13. Kejahatan

152 17 5
                                    

Kabuto berlari terpogoh-pogoh ke arah Hinata. "Hinata, apa kamu baik-baik saja?" tanyanya, membuat Kiba dan Sakura—kedua sahabat Hinata yang pengertian—mundur, memberikan ruang privasi.

"Aku baik-baik saja," jawab Hinata defensif dengan lesu. Tiada yang akan baik-baik saja setelah mendapatkan teror seperti ini. Dipermalukan di seluruh fakultas, Hinata benar-benar merasa tertekan. Peristiwa hari ini membuat mentalnya jatuh.

“Aku turut menyesal, Hinata. Maaf aku tidak bisa membantumu,” tutur Kabuto penuh sesal, riak mukanya menunjukkan kesedihan dan penyesalan.

“Tidak masalah, Kabuto. Ini tidak ada hubungannya denganmu.” Hinata melanjutkan langkahnya dengan enggan, meninggalkan Kabuto di belakang. Namun, belum jauh dia melangkah, Kabuto tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Hinata berbalik dengan wajah terkejut.

“Uchiha Sasuke! Aku yakin ini perbuatannya.” Kabuto menatap lurus mata Hinata tanpa keraguan sedikit pun.

“Apa?” Hinata terjelengar. Kiba dan Sakura yang tidak mengerti tuduhan Kabuto pun lekas mendekatinya.

“Siapa Uchiha Sasuke?” tanya Sakura ingin tahu. Hinata tidak pernah menceritakan apa pun pasal kejadian di kafé pada Kiba maupun Sakura.

"Uchiha Sasuke satu-satunya mahasiswa fakultas hukum yang menguasai pemrograman dan retas-meretas. Sewaktu di sekolah menengah atas, dia pernah tersandung kasus peretasan soal-soal ujian akhir." Kabuto menatap Hinata, Kiba, dan Sakura dengan sorot mata penuh keseriusan. Dia tampak yakin dengan tuduhannya.

“Lantas, apa hubungannya dengan Hinata?” Sakura kembali bertanya, diangguki Kiba.

"Sebenarnya, setelah kejadian di kafé waktu itu, aku diam-diam menyelidiki Sasuke sendirian. Ternyata, dia sudah menguntit Hinata cukup lama. Aku bahkan menemukan file di komputernya yang penuh dengan foto-foto Hinata. Lihatlah ini, aku sempat mengunduhnya saat menyelidikinya." Kabuto menunjukan file di ponselnya.

Hinata dan Sakura membekap mulut, menatap tak percaya hasil jepretan lensa kamera di sana. Ada banyak sekali foto-foto Hinata di berbagai tempat; di kampus; di kafe; bahkan di depan gerbang rumahnya. Foto-foto itu diambil dari sudut-sudut tersembunyi, jelas tanpa sepengetahuan Hinata. Sakura merasakan ketakutan merambat di punggungnya, sementara Hinata hanya bisa terdiam, terpaku oleh kenyataan mengerikan bahwa setiap gerak-geriknya telah diawasi selama ini.

Namun, Kiba skeptis melihat bukti-bukti itu. Dahinya berkerut dan matanya menyipit curiga, dia pun bertanya, “Bagaimana kamu bisa mendapatkan akses ke komputernya?” Perasaan ragu dan ketidakpercayaan tampak jelas di wajahnya. Dalam hatinya, Kiba merasa ada sesuatu yang janggal. Dia tidak ingin langsung mempercayai tuduhan serius tanpa mengetahui cara dan alasan di balik penyelidikan itu. Kiba selalu percaya pada keadilan dan ketelitian, dan baginya, tuduhan tanpa bukti yang kuat adalah sesuatu yang harus dipertanyakan.

“Aku menyelinap ke dalam apartemennya.” Kabuto menatap Kiba tegas, tak gentar.

“What? Itu kejahatan, Bro.” Kiba tak habis pikir: melakukan tindakan kejahatan untuk membuktikan suatu kejahatan.

“Aku tahu. Tapi aku merasa perlu melakukan itu untuk mendapatkan bukti kejahatannya,” papar Kabuto dengan lugas.

“Hinata, kita harus melakukan ini dengan cara yang benar. Mungkin ini bisa jadi bukti awal, tapi kita perlu mengajukan ini ke pihak universitas,” jelas Sakura dengan lembut, mencoba memberi jalan keluar.

Kiba mengangguk setuju. “Sakura benar. Kita harus melaporkan ini. Jika Sasuke benar-benar bersalah, biarkan pihak berwenang yang menanganinya.”

Tanpa pikir panjang, Hinata pun memutuskan untuk melaporkan kejahatan yang dilakukan Sasuke kepada pihak universitas. Dengan hati yang berat, dia menyerahkan bukti-bukti yang didapat dari Kabuto dan menjelaskan situasi yang dialaminya. Pihak universitas segera melakukan investigasi menyeluruh.

Hierarki (NaruHina) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang