CHAPTER 16

209 39 26
                                    

sifat dan karakter tokoh di cerita ini hanya karangan dari author, tidak ada sangkut pautnya dengan sifat asli dari tokoh-tokoh yang author gunakan sebagai media visual

sorry for typo

==================================================

✦✧ SPECIMEN ✧✦

==================================================

==================================================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

brakk

klang 

suara hantaman benda-benda yang tengah dikendalikan oleh specimen pemilik kekuatan telekinesis tidak berhenti berhamburan menumbuk sooya, lalice, jane dan juga rosé

keempatnya masih bisa menghindar sekalipun tergores beberapa serpihan tajam

"hihi matilah"

siluet seringai jahat terlukis di wajah sang telekinesis. ia melayangkan sebuah mobil dan mobil tersebut melesat dengan kecepatan tinggi siap membentur pada keempatnya 

BLAM!

seluruh debu bertebaran disekitar kelompok tersebut. tidak sampai situ, sang telekinesis sudah bersiap mengangkat bongkahan bebatuan sebesar truck-truck pengangkut barang yang tengah berputar-putar diatas kepalanya

saat debu sudah mulai menghilang, sang telekinesis dikejutkan oleh mobil yang telah terbelah menjadi dua, membuat kendaraan tersebut gagal menggeprek mangsanya

tangan sooya masih sedikit gemetar akibat membelah sebuah mobil dengan pedangnya

uhuk

"kalian tidak apa-apa?"

tanya lalice dengan khawatir lalu membantu jane dan rosé berdiri karena terhempas oleh daya gravitasi yang kuat

tanpa mempedulikan seluruh wajahnya yang telah tergores serpihan kaca dari mobil yang hancur, sooya sedikit menjauh dari kelompoknya dan berteriak kepada sang telekinesis

"heh paman jelek! turun! akan ku tebas kepalamu itu! kenapa kau terbang? itu tidak adil!"

"kau curang paman!!"

sooya mengibas-ibaskan udara di depan wajahnya akibat debu yang beterbaran, dengan tangan kanannya yang mengacungkan pedang menuju sang telekinesis. tidak lupa dengan rasa kesal menggebu karena lawannya bisa melayang, maka sooya menghentak-hentakkan kakinya pada tanah dan mendengus kesal

tiba-tiba pedang milik sooya tertarik keatas, membuat pemiliknya kebingungan

"eh eh, pedangku! jangan pergi"

dari atas sana, sang telekinesis tersenyum miring

"kau matilah duluan bocah cerewet!-

sret

SPECIMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang