16

2.3K 242 11
                                    

Rasanya ada yang aneh, hatinya terasa sesak dan begitu menyakitkan, entah apa alasannya Jennie sendiri tak memahaminya karena ada dua alasan yang mendasar, yaitu penghianatan Mino atau putusnya hubungan dia dan Lim.
Jennie sendiri tak tau alasan pasti namun ia terus mencoba menyadarkan diri mencari jawaban atas rasa sakit yang dirasa, Jennie terus berkilah jika Limariolah alasan hatinya terluka, namun pada kenyataan sejak kejadian itu bayangan Limario yang terus berputar-putar di kepalanya.

"Jen..." Panggil Irene yang baru saja masuk ke ruangan Jennie.

Diam, Jennie tak menyadari temannya datang.

"Jen kenapa sih ngelamun?" Tanya Irene lagi dengan sedikit menepuk bahu Jennie.

"Eh eng... enggak ngelamun ko. Ada apa?" Jawab Jennie gugup karena baru menyadari keberadaan Irene.

"Tuan Marco memanggilmu." Irene mengatakan apa tujuannya datang ke ruangan Jennie.

Deg...
Jantung Jennie langsung berdegup kencang, hatinya langsung gelisah dan tak nyaman, tumben sekali CEO memanggilnya seperti ini. Meskipun berat dan gelisah Jennie tetap berdiri dan berjalan menuju ruangan orang nomor satu di perusahaan sekaligus orang tua dari anak lelaki yang sudah ia sakiti.

Tok....tok...tok...

Jennie mengetuk pintu ruangan CEO dengan perasaan yang semakin gelisah, bagaimana jika ia dipecat karena menyakiti anak kesayangannya.

Terdengar suara seseorang mempersilahkan Jennie masuk, dengan segera Jennie masuk ke dalam ruangan yang begitu mewah dan terlihat mahal.

"Selamat siang tuan, anda memanggil saya?" Sapa Jennie dengan sopan.

"Silahkan duduk Jen, ada yang ingin saya bicarakan." Tuan Marco mempersilahkan Jennie untuk duduk membuat Jennie semakin gelisah.

Telapak tangannya sudah berkeringat hebat dan jari jemarinya terus saja bermain-main. Entah harus bagaimana karena Jennie sendiri bingungndan takut sekali.

"Apa sedang sibuk? Karena ada yang ingin saya bahas mengenai anak saya Limario." Tanya Tuan Marco membuat Jennie semakin gelisah.

"Tidak terlalu tuan, hanya sedang menyelesaikan beberapa pekerjaan untuk winter nanti." Jawab Jennie berusaha setenang mungkin.

Tuan Marco menganggukan kepalanya, memang benar perusahaan sedang membuat model baru untuk beberapa pakaian winter nanti, tentu Jennie lumayan sibuk karena semua ada di tangan terampilnya.

"Begini, saya ingin membuat jas dengan model terbaru untuk Limario, ehmm yang tetap terlihat muda." Tuan Marco akhirnya menjelaskan tujuannya memanggil Jennie ke ruangannya.

"Ah begitu, kalau boleh tau untuk acara apa tuan, supaya saya bisa dapat gambaran dan model cocok dengan acara." Tanya Jennie, ia sedikit lebih lega karena tuan Marco hanya meminta ia untuk membuat baju saja.

"Pertunangan, Lim akan berkuliah di Amerika dan sebelum pergi ia akan bertunangan dulu, setidaknya sebagai seorang Ayah saya akan merasa tenang jika mereka hidup berdua saja di sana, kamu sendiri tau Jen bagaimana pergaulan anak muda jaman sekarang." Jelas tuan Marco dengan raut wajah yang khawatir.

Deg... Bagaikan terkena durian runtuh rasanya begitu sakit, Jennie tak salah dengar kan? Jennie baik-baik saja kan? Mengapa rasanya begitu menyakitkan mendengar kabar ini, Jennie akan baik-baik saja jika Limario bersama perempuan lain, tapi kenapa rasanya tak rela dan sangat menyakitkan?

"Dengan Diana ya?" Tanya Jennie, ia harus tau siapa perempuan itu.

"Bukan, dia menyakiti Lim saat itu dan tentu saya tak akan tinggal diam pada siapapun yang menyakiti anak kesayangan saya. Bahkan saya bisa menghancurkan hidup siapapun orang yang menyakiti hati Lim, dia segalanya bagi kami berdua Jen." Marco menatap Jennie dengan tatapan yang begitu tajam, namun setelah menyelesaikan kalimatnya Marco langsung tersenyum pada Jennie.

"Mungkin nanti sekalian saja kamu buatkan untuk calon menantuku Jen. Coba tanyakan pada Joy kapan mereka bisa datang." Lanjut tuan Marco.

"Ma...maksud anda Lim akan bertunangan dengan Joy?" Jennie kembali bertanya dengan gugup.

"Haha tentu bukan, Lim akan bertunangan dengan Karina kamu pasti tau kan, Karina adalah adik Joy, mereka anak dari Park Hyun Suk sahabatku sejak sekolah dulu." Tuan Marco tertawa dengan renyah mendengar pertanyaan Jennie.

"Ah begitu, baik tuan saya akan persiapkan semuanya. Jadwalkan saja kapan mereka akan datang. Kalau begitu saya permisi dulu." Jennie akhirnya berpamitan dan pergi dengan luka yang begitu mendalam.

Tuan Marco menatap kepergian Jennie dengan penuh kebencian, ia benci siapapun yang menyakiti anak semata wayangnya, jika bisa Marco akan melenyapkan Jennie dari muka bumi ini, namun Marco tak mungkin tega melakukannya.

"Beruntung kamu adalah anak dari sahabatku Jennie!" Gumam tuan Marco dengan penuh penekanan, tangannya mengepal kuat menahan amarah.

***

Lalu bagaimana dengan Lim?
Tentu ia tak tau menahu tentang pertunangannya dan gadis bernama Karina itu, semua itu memang sudah direncanakan oleh Marco sejak mengetahui Jennie menyakiti hati anaknya, sedangkan Jesica menyetujui ide Marco karena demi kebahagiaan anaknya, Karina adalah gadis yang cantik ia tau itu sudah pasti Lim akan menyukai Karina dengan mudah.

Sejujurnya malam ini Marco dan Hyun suk sudah merencakanakn pertemuan pada saat makan malam nanti, tentu di salah satu hotel mewah yang dimiliki Marco, Lim sendiri sudah mengetahui jika malam ini akan ada pertemuan penting tapi ia tak tau jika itu adalah pertemuan dengan calon tunangannya.

Karena hatinya masih sakit sepulang sekolah Lim langsung pulang ke rumah, ia ingin beristirahat sejenak sebelum nanti pergi bersama kedua orang tuanya.

"Oh Anak Mommy sudah pulang?" Sapa Jesica saat melihat Lim memasuki kediaman mewah miliknya.

Tak berniat menjawab Lim justru hanya memeluk Jesica dengan erat, pelukan dari Ibunya memang begitu ia butuhkan saat ini. Jika saja Lim tak malu rasanya ia ingin sekali menangis karena luka yang Jennie berikan begitu menyakitkan.

"Sudah makan? Jika belum makan siang dulu ya." Tanya Jesica dengan mengelus bahu sang anak.

"Sudah, Lim tidur siang dulu ya Mom, Bangunkan saja jika Daddy sudah pulang." Setelah mengatakan itu Lim langsung pergi menuju ke kamarnya untuk memejamkam matanya meski sulit, karena Lim memang tak bisa tidur semalaman.

Sesampainya di kamar Lim langsung membuka seragam sekolahnya menyisakan celana pendek saja sedangkan bagian atas ia biarkan terbuka, Lim langsung membaringkan badannya dan berusaha memejamkan mata, namun sialnya yang muncul adalah wajah cantik Jennie, badan seksi Jennie dan seluruh yang ada pada diri Jennie.
Lim berusaha menghilangkan seluruh bayangan tentang Jennie namun sulit sekali.

"Lupakan dia Lim lupakan!" Ucap Lim dengan mengacak-acak rambutnya.

Tring....

Jennie...
Lim aku merindukanmu, maafkan atas semua kesalahanku Baby, bisakah kita mulai dari awal lagi, aku janji akan melakukan apapun agar kamu mau memaafkanku.

Lim membaca pesan Jennie yang baru saja masuk, hatinya mulai meragu lagi, ia rindu Jennie, ia rindu pelukan Jennie dan sejujurnya Lim saat ini sedang Horny, entah mengapa di siang bolong ini Lim justru malah ingin bercinta.

"Apa aku beri Jennie kesempatan saja? Lagipula rasa cintaku untuk Jennie sangat besar." Gumam Lim dengan memandangi pesan Jennie.

Sesaat Lim diam dan berpikir apa yang harus ia lakukan saat ini, Terbayang ketika Jennie sedang merasa nikmat dan mendesah hebat karena ulah penisnya, bayangan Jennie menjerit nikmat menyebut namanya mulai terlihat jelas, bahkan dengan bodohnya penis Lim kini sudah berdiri hanya karena membayangkan saja, Jennie memang begitu menggoda sehingga Lim sulit melupakan saat indah bersamanya.




Seperti biasa 500-600 view baru update lafi.

BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang