36

1.5K 199 11
                                    

Pagi hari seperti biasa Jennie bangun untuk menyiapkan sarapan, Lim sendiri masih tidur dan Jennie tak berniat untuk membangunkannya. Sejujurnya Jennie masih terluka karena Lim masih mengingat wanita lain, namun karena permasalahan Jay kemarin membuat Jennie mau tak mau harus memaafkan Lim.

Hari ini rencananya Jennie akan memeriksa kandungannya, sejak tahu hamil Jennie belum sekalipun memeriksakan kandungannya, untung Jennie kuat menahan mual dan lemas selama ini.

Setelah selesai membuat sarapan Jennie masuk kembali ke kamar berniat untuk mandi, namun suaminya itu masih belum juga bangun. Jennie melirik ke kaki suaminya matanya langsung memerah dan hatinya bergemuruh, kasihan sekali anak semuda Lim harus kehilangan sebelah kakinya seperti itu, padahal masa depan Lim masih begitu panjang.

"Eoh Noona sudah bangun, Jam berapa sekarang?" Tanya Lim yang baru saja membuka matanya, ia lalu mengucek matanya yang masih begitu mengantuk.

"Tujuh." Jawab Jennie singkat setelah itu pergi ke kamar mandi.

Lim yang kaget karena Jennie hanya menjawab seadanya langsung diam tak berkutik, Lim sadar Jennie pasti masih marah karena ia salah menyebut namanya, tapi apa yang harus Lim lakukan agar Jennie mau memaafkannya. Namum dari pada diem lebih baik Lim mandi di kamar tamu saja.

Sesaat Lim memandangi kursi roda dan tongkat, ia merasa lelah jika terus memakai kursi roda namun Lim sendiri belum pernah latihan memakai tongkat, karena tekadnya akhirnya Lim berdiri dan meloncat menggunakan satu kakinya, ia lalu mengambil tongkatnya.

"Ini yang bener tongkatnya di pake di kanan apa di kiri sih?" Gumam Lim dengan menatap tongkat tersebut.

"Ini kan ada dua jadi pake semuanya aja deh." Lanjutnya lagi setelah itu memakainya.

Lim sudah berdiri dengan kedua tongkat yang diapit tangannya, ada sedikit keraguan namun ia tetap harus berusaha agar bisa lepas dari kursi roda. Lim mengangkat kedua tongkatnya setelah itu melangkahkan kakinya, ada sedikit nyeri di bagian tangan namun wajar saja karena ini pertama kalinya untuk Lim.

Selangkah demi selangkah akhirnya bisa Lim lalui, ia sedikit beristirahat karena nafasnya memburu, maklum saja jarang bergerak membuat Lim memiliki nafas yang pendek.

"Akhirnya sampai juga." Gumam Lim di depan pintu kamar mandi.

Namun saat baru selangkah masuk ke kamar mandi Lim terpleset dan akhirnya jatuh terlentang, untung saja Lim bisa menahan kepalanya sehingga tak membentur lantai, namun kedua siku Lim terluka dan sakit karena menahan badannya.

"AH SIAL!" Teriak Lim dengan melemparkan tongkatnya sembarang arah.

Lim merasa dirinya tak berguna saat ini, bagaimana bisa menjaga Jennie dan anak-anaknya jika menjaga diri sendiri saja tak bisa.

"Ya Tuhan, Lim kamu kenapa?" Teriak Jennie yang baru saja datang dengan hanya mengenakan handuk.

Jennie membantu Lim untuk berdiri namun Lim menolaknya, "biar aku saja." Tolak Lim saat Jennie sudah memegang badannya.

Lim akhirnya mencoba bangun sendiri meskipun badannya terasa remuk, ia kesal karena merasa tak berguna. Setelah berhasil berdiri Lim melanjutkan jalan menuju ke kamar mandi namun Jennie tahan.

"Di kamar kita saja, di sini licin jarang dipakai." Cegah Jennie dan membantu Lim menggunakan tongkat lagi.

Lim tak mengatakan apapun ia mengikuti Jennie ke kamar, Lim tak marah pada Jennie hanya saja ia merasa gagal dan malu sebagai seorang suami, sesampainya di kamar mereka lalu duduk di kasur.

"Jangan dipaksa ya, pelan-pelan saja dulu." Ucap Jennie dengan mengelus wajah tampan Lim yang penuh dengan keringat.

Lim hanya menganggukan kepalanya, matanya sudah memanas namun ditahan karena tak mau terlihat lemah di hadapan Jennie, namun Jennie adalah istri yang peka jadi Jennie membawa Lim ke dalam pelukannya.

BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang