IX

1K 156 7
                                    

Setelah makan malam, Sion menguap lebar dan menggosok matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah makan malam, Sion menguap lebar dan menggosok matanya. "Om Jeno, Kak Renjun, Sion ngantuk." katanya dengan suara manja.

Jeno tersenyum dan mengangguk. "Oke, saatnya tidur, Sion." Jeno melirik Renjun, memberikan isyarat jika dirinya akan menidurkan Sion lebih dulu.

"Jeno, aku akan bersihkan dulu meja ini." kata Renjun sambil mengumpulkan piring dan mangkuk yang sudah kosong.

"Terima kasih, Renjun," balas Jeno sambil menggendong Sion yang sudah setengah tertidur. "Ayo, kita ke kamar."

Renjun melihat Jeno membawa Sion ke kamar, lalu kembali ke dapur untuk mencuci piring.

Pikiran Renjun melayang pada kejadian-kejadian hari itu, tak bisa menahan senyum saat mengingat kejenakaan Sion dan perhatian Jeno. Setelah selesai, dia bergegas ke ruang tamu dan mengecek ponselnya.

Jeno sudah selesai menidurkan Sion yang sekarang terbaring nyaman di kamar, terbungkus selimut tebal.

Setelah menidurkan Sion, Jeno kembali ke ruang tamu untuk menemui Renjun yang sedang bermain ponsel. Renjun mengangkat pandangannya ketika Jeno mendekat, menyandarkan tubuhnya di sofa dengan santai.

Jeno menatap Renjun dengan pandangan yang lembut. "Dia tidur dengan cepat." bisiknya.

Renjun mengangguk, tersenyum hangat. "Dia pasti lelah setelah seharian bermain."

"Renjun, saya minta maaf ya, kalau Sion sangat manja padamu. Kamu pasti lelah." kata Jeno dengan nada penuh penyesalan.

Renjun tersenyum tipis, menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa, Pak. Sion anak yang menyenangkan kok."

Jeno duduk di sebelah Renjun, merasakan ada kehangatan yang mengalir di antara mereka.

"Sebenarnya, saya ingin membahas sesuatu yang penting."

Renjun menatap Jeno dengan penuh perhatian, menunggu penjelasan lebih lanjut.

"Saya merasa sangat nyaman saat kamu ada di sekitar saya, Renjun. Tidak ada rasa tidak nyaman ketika kamu melakukan sesuatu untuk saya. Padahal sebelumnya kamu dan saya hanya dua orang asing yang tidak saling mengenal. Namun, keberadaan kamu tidak pernah menjadi masalah bagi saya." kata Jeno dengan jujur, menatap mata Renjun.

Renjun mendengarkan dengan serius, namun tetap merasa bingung. "Maksud bapak apa ya?"

Jeno menghela napas dalam-dalam, mencoba merangkai kata-kata. "Saya ini sangat pemilih. Saya tidak suka saat Mama saya mengatur kencan buta buat saya. Tapi, pas kamu tiba-tiba ada di sini, saya tidak mempermasalahkannya. Saya merasa nyaman, dan mungkin... saya suka kamu."

Renjun terkejut mendengar pengakuan Jeno. "Bapak jangan bercanda, pak." katanya, mencoba meredakan ketegangan.

Jeno menggelengkan kepala, serius. "Saya nggak bercanda, Renjun. Mungkin saya memang terbawa suasana, tapi saya sungguh merasa ada sesuatu di antara kita."

Istri Boss BengkelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang