XXVI

850 145 31
                                    

Vote first and happy reading

Satu jam setelah wisuda selesai, kampus masih ramai dengan wajah-wajah ceria para wisudawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu jam setelah wisuda selesai, kampus masih ramai dengan wajah-wajah ceria para wisudawan.

Aula utama masih penuh sesak, dengan orang-orang yang saling berpelukan dan mengucapkan selamat.

Tiba-tiba, Jeno berkata. "Kita makan siang yuk. Untuk merayakan wisuda mu."

Sebelum Renjun bisa menjawab, Jaemin menyela.

"Om dan Tante bisa ikut saya. Biar Jeno dan Renjun punya waktu buat ngobrol-ngobrol." katanya sambil tersenyum, menunjukkan mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana.

Orang tua Renjun setuju, tampak senang dengan tawaran Jaemin.

Renjun hanya bisa mengikuti, sedikit bingung dengan situasi ini. Jeno, tanpa banyak bicara, menggenggam tangan Renjun dan menuntunnya ke mobil.

"Ayo, masuk." katanya, membukakan pintu penumpang untuk Renjun, mempersilakan dia masuk dengan anggukan kepala.

Setelah Renjun duduk, Jeno menutup pintu dengan hati-hati dan masuk ke sisi pengemudi. Dia menyalakan mesin dan melaju keluar dari parkiran.

"Mas, selama beberapa hari ini kamu ke mana aja sih?" Renjun bertanya dengan nada agak ngambek.

Jeno tertawa kecil. "Di rumah aja. Mas juga ke rumah orangtua kamu, sayang." jawabnya santai.

Renjun memutar kepalanya, kaget. "Tau rumah orangtuaku dari mana?"

"Mark yang kasih tau." jawab Jeno sambil melirik Renjun, senyum kecil tersungging di bibirnya. Renjun mendengus, sedikit kesal. Jeno meraih tangan Renjun, menggenggamnya erat. "Jangan ngambek dong, sayang. Mas cuma mau kenal lebih dekat sama orang-orang yang kamu sayangi."

Renjun menghela napas, hatinya bergejolak antara kesal dan terharu. Namun, sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, Jeno menyela.

"Kita harus buru-buru nih. Di restoran, Mama dan Papa udah nunggu."

Renjun tersentak. "Hah? Mama Papa siapa?"

"Mama Papanya Mas."

"Hah?"

Jeno tersenyum. "Kamu kan udah pernah ketemu Mama, sayang."

"Tapi kan..." Renjun teringat pertemuan dengan Nyonya Lee sebelumnya, saat itu bersama Sion. Sedikit rasa gugup muncul, namun dia menelannya dan mencoba tersenyum.

Jeno menggenggam tangan Renjun lebih erat, memberikan sedikit pijatan. "Jangan overthinking. Orangtua Mas pasti suka sama kamu."

Ketika mereka tiba di restoran, mobil Jaemin sudah terparkir di sana. Jaemin dan orang tua Renjun sudah menunggu di depan pintu masuk.

Jeno membuka pintu untuk Renjun, lalu menuntunnya masuk. Tangannya meremas lembut tangan Renjun, memberi kekuatan dan kepercayaan diri.

Saat mereka masuk, Tuan dan Nyonya Lee berdiri menyambut. Senyum hangat mereka menenangkan sedikit kegugupan Renjun.

Istri Boss BengkelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang