VII

1.3K 187 1
                                    

Jeno dan Renjun berjalan menuju mobil dengan Sion yang tetap menempel pada Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno dan Renjun berjalan menuju mobil dengan Sion yang tetap menempel pada Renjun.

Saat mereka masuk ke mobil, Jeno mencoba menenangkan Renjun yang terlihat sedikit kewalahan dengan perhatian Sion.

"Tenang aja, Renjun. Kita akan makan siang dengan tenang." kata Jeno sambil menghidupkan mesin mobil.

Renjun hanya bisa tersenyum tipis dan mengangguk, sambil membantu Sion duduk dengan nyaman di kursi belakang. "Aku harap begitu, Jeno."

Mereka melaju menuju restoran yang lebih tenang dan nyaman.

Selama perjalanan, Sion terus bercerita dengan antusias tentang berbagai hal, mulai dari mainan favoritnya hingga pengalaman serunya di sekolah.

Renjun mendengarkan dengan sabar, kadang-kadang tertawa kecil mendengar celoteh Sion.

Mobil Jeno berhenti di salah satu restoran favorit keluarganya, karena Sion agak picky jadi Jeno yakin kalau makan disini, Sion akan mau.

Jeno memilih meja yang agak terpencil agar mereka bisa makan dengan lebih tenang.

Pelayan segera datang dan memberikan menu.

"Aku mau spaghetti!" seru Sion dengan mata berbinar.

Jeno tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, satu spaghetti untuk Sion. Renjun, kamu mau pesan apa?"

Renjun melihat menu sejenak sebelum memutuskan. "Aku pesan ayam bakar aja."

Jeno memesan makanan untuk mereka bertiga, lalu kembali fokus pada Sion yang tak henti-hentinya berbicara.

Renjun menatap Jeno sejenak, merasa kagum dengan kesabarannya menghadapi keponakannya yang sangat aktif.

"Sion benar-benar energik, ya pak." kata Renjun dengan nada kagum.

Jeno mengangguk. "Iya, dia memang begitu. Tapi dia anak yang baik. Maaf kalau dia merepotkan kamu."

Renjun tersenyum. "Nggak apa-apa, pak. Saya malah senang bisa menghabiskan waktu dengan Sion."

"Hanya dengan Sion?"

"Iya."

Jeno membuat mimik sedih. "Yah kirain, suka menghabiskan waktu dengan saya juga."

"Ah, bapak apaan sih."

Tak lama kemudian, makanan mereka datang.

Mereka mulai makan dengan lahap, sambil sesekali tertawa dan berbagi cerita.

Sion tetap setia di sisi Renjun, kadang-kadang menyuapkan spaghetti ke mulutnya sendiri dengan tangan kecilnya yang lucu.

Di tengah makan, Sion memandang Renjun dengan mata besar dan penuh harap. "Kak Renjun, suapin Sion, dong." pintanya manja.

Renjun tertawa kecil dan mengambil garpu untuk menyuapi Sion. "Oke, Sion. Buka mulut lebar-lebar, ya."

Renjun makan sambil menyuapi Sion.

Istri Boss BengkelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang