XIV

1.1K 175 9
                                    

Pagi ini, Jeno mengantar Renjun ke bengkel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, Jeno mengantar Renjun ke bengkel. Selama perjalanan ke bengkel, mereka berbincang ringan.

Obrolannya terkesan tidak penting, entah kenapa Jeno menanyakan hal yang aneh-aneh. Misalnya, Jeno bertanya, 'Apa warna cat kamarmu?'

Apa? Kenapa Jeno menanyakan hal tidak penting seperti itu?

"Rencananya hari ini mau ngerjain apa, Dek?" tanya Jeno sambil menyetir.

"Nerusin yang kemarin, Mas. Kan kemarin kita nggak masuk. Pasti kerjaan aku numpuk." jawab Renjun sambil melihat keluar jendela.

Setibanya di bengkel, Renjun segera turun dan bergegas masuk ke dalam area bengkel, tapi Jeno memanggilnya.

"Dek!"

Renjun berbalik, "Kenapa, Pak?"

"Kok Pak?"

"Kita lagi di bengkel, Pak. Bapak berharap saya manggil bapak, Mas Jeno ganteng?" Renjun berkata dengan nada bercanda. "Jangan mimpi!"

Jeno menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. "Hmm, iya deh, oke. Tapi, tolong handle kasir hari ini ya."

"Emang bapak mau kemana?" tanya Renjun, penasaran.

"Saya ada urusan hari ini." jawab Jeno singkat. "Kamu handle anak-anak juga ya."

Jeno mengeluarkan dompet ya dan menyerahkan sebuah kartu kredit, credit card khusus bengkel ke tangan Renjun.

"Eh, apa ini, Pak?" Renjun menatap kartu itu bingung.

"Itu kartu kredit bengkel."

Renjun me atap Jeno bingung. "Kenapa dikasih ke saya?"

"Buat bayar makan anak-anak nanti, kamu yang handle ya." kata Jeno sebelum pergi. "Kasian Pak Taeil, kalau pada ngutang."

"Baik, Pak."

Setelah mobil Jeno berlalu, Renjun masuk ke bengkel dan melewati para montir yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka.

Salah satu montir, Yuta, memperhatikannya. "Pagi, Renjun."

"Pagi juga, Bang Yuta."

"Renjun, kamu kemarin sakit apa?" tanya Jhonny dengan nada khawatir.

"Cuma nggak enak badan aja, bang." jawab Renjun singkat.

"Kebetulan kemarin Pak Jeno juga libur," kata Yuta kembali menimpali, dengan nada menggoda. "Kok bisa barengan ya?"

Renjun hanya menahan tawa dalam hati.

Mereka tidak tahu kalau kemarin dia dan Jeno memang jalan bersama.

Obrolan mereka terpotong oleh Ten yang mendekat.

"Renjun, siap-siap ya, customer mau bayar. Kemarin kita pusing karena nggak ada yang bisa handle kasir." kata Ten dengan nada serius.

"Bener.. bener." Timpal Jhonny

Istri Boss BengkelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang