Jaemin dan murid-muridnya menunggu hingga sore hari, berharap Jeno segera kembali ke bengkel.
Namun, waktu terus berlalu dan Jeno tidak kunjung datang.
Renjun merasa sedikit canggung melihat mereka menunggu begitu lama.
"Maaf sekali, Pak Jaemin." kata Renjun dengan nada sedikit menyesal. "Sepertinya Pak Jeno masih belum kembali. Mungkin ada sesuatu yang menahannya."
Jaemin tersenyum sopan, meski ada sedikit kekecewaan di matanya. "Tidak apa-apa, Renjun. Kami mengerti. Yang butuh kan kami, jadi nggak apa-apa."
Selama menunggu dari jam satu hingga sore hari, Jaemin dan murid-muridnya terlihat mulai bosan.
Mereka duduk di ruang tunggu bengkel yang sederhana, beberapa di antara mereka memainkan ponsel, sementara yang lain saling mengobrol untuk menghabiskan waktu.
Renjun merasa tidak enak melihat mereka menunggu begitu lama tanpa ada kepastian.
Dia mencoba menghubungi Jeno beberapa kali, tetapi tidak berhasil. Telepon Jeno tidak bisa dihubungi, dan ini membuat Renjun semakin cemas.
Sekitar pukul tiga sore, Renjun melihat wajah murid-murid yang mulai tampak bosan. Ia memutuskan untuk membuat mereka lebih nyaman.
Renjun kembali ke dapur bengkel dan menyiapkan teh hangat lagi.
Dia membawa nampan berisi cangkir teh ke ruang tunggu dengan hati-hati.
"Ini, silakan dinikmati teh hangatnya." kata Renjun sambil meletakkan nampan di meja.
Jaemin dan murid-muridnya mengucapkan terima kasih dan mengambil cangkir mereka masing-masing.
Untuk membuat suasana lebih menyenangkan, Renjun mencoba mengajak mereka berbicara. "Bagaimana sekolah kalian? Apakah kalian sudah pernah pkl sebelumnya?" tanya Renjun sambil tersenyum.
Jaemin yang merespons terlebih dahulu, "Anak-anak ini baru pertama kali mau pkl. Mereka sangat antusias tapi juga sedikit gugup."
Renjun tersenyum, "Tenang saja, di sini kalian akan belajar banyak hal baru. Pak Jeno sangat berpengalaman dan baik hati, kalian pasti akan merasa nyaman."
Percakapan terus berlanjut dan Renjun berhasil membuat suasana lebih cair.
Namun, waktu terus berlalu dan Jeno belum juga datang.
Renjun berusaha mencari solusi agar Jaemin dan murid-muridnya tidak perlu menunggu terlalu lama tanpa kejelasan.
Dia memutuskan untuk berkonsultasi dengan para montir di bengkel. Ia mendekati Yuta, Johnny, dan Ten yang sedang beristirahat setelah menyelesaikan pekerjaan mereka.
"Bang, boleh minta waktu sebentar?" Renjun memulai dengan suara lembut namun serius.
Ketiganya mengangkat kepala, menatap Renjun dengan perhatian. "Ada apa, Renjun?" tanya Johnny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Boss Bengkel
Fanfiction[NOREN] [BL] Renjun, mahasiswa IT yang tinggal nunggu wisuda, direkomendasikan oleh tetangga kosnya buat magang bantu - bantu digitalisasi bengkel temennya. Tapi bukannya magang malah jadi istri bos bengkel.