XXIII

1K 148 9
                                    

Don't forget to vote and happy reading

Pagi itu, ketika alarm berbunyi, Renjun terbangun dengan perasaan yang tidak biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, ketika alarm berbunyi, Renjun terbangun dengan perasaan yang tidak biasa.

Semalam pikirannya terus dibayangi oleh perkataan Jeno yang tiba-tiba mengabari bahwa dia akan pergi untuk beberapa hari. Belum lagi soal mimpi itu.

Tanpa sepatah kata lagi, Renjun perlahan bangkit dari tempat tidur, merasakan sedikit kekosongan dalam hatinya.

Renjun menuju kamar mandi, membuka kran shower, dan membiarkan air mengalir deras di atas tubuhnya. Namun, dia hanya berdiri diam, memandangi air yang turun tanpa benar-benar bergerak.

Air hangat itu seharusnya membuatnya lebih segar, tapi yang dirasakan hanyalah hampa.

Renjun terjebak dalam lamunannya, memikirkan kata-kata terakhir Jeno. Dia merasa aneh tanpa kehadiran Jeno, tapi gengsi untuk mengakuinya.

Setelah beberapa menit lamunan itu, Renjun sadar bahwa dia belum benar-benar memulai mandi. Dia cepat-cepat membersihkan dirinya dan keluar dari kamar mandi, masih dengan perasaan yang berat.

Setelah selesai, Renjun langsung berpakaian dan menuju ke dapur.

Di dapur, Renjun memilih menu sarapan yang sederhana. Dia mengambil segelas susu dari kulkas dan selembar roti panggang yang dia olesi mentega.

Duduk sendirian di meja makan, Renjun meminum susu itu perlahan. Setiap tegukan terasa hambar, seolah tidak ada yang bisa benar-benar mengisi kekosongan yang dia rasakan saat ini.

Setelah sarapan yang berlangsung dalam diam, Renjun merapikan dapur, menaruh gelas dan piring di wastafel, lalu bergegas mengganti pakaian untuk berangkat ke bengkel.

Renjun memesan ojek online dan menunggu di teras depan rumah.

Tak lama kemudian, ojek online yang dia pesan tiba. Renjun menaiki kendaraan dengan perasaan yang masih melayang, tidak sepenuhnya menyadari perjalanan yang sedang dia lalui.

Motor melaju, membawa Renjun melalui jalan-jalan yang sudah sangat familiar baginya. Namun, kali ini, setiap jalan yang dilewati terasa berbeda—sepi dan kosong.

Renjun kembali melamun, pikirannya penuh dengan pertanyaan tentang Jeno.

Kenapa Jeno tidak memberikan detail tentang perjalanannya?

Kenapa dia merasa sangat gelisah dengan kepergian Jeno kali ini? Lee Jeno yang belum lama ia kenal, membiarkan nya untuk tinggal dirumahnya.

Memangnya Jeno tidak takut Renjun melakukan sesuatu yang buruk. Mencuri misalnya?

Jadi sebenarnya apa yang Jeno sedang coba lakukan?

Semakin dia memikirkannya, semakin dalam rasa cemas itu merasuk ke dalam dirinya.

Istri Boss BengkelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang