Setelah mandi, Jeno berinisiatif untuk mengajak Renjun ngobrol agar tidak canggung.
Mereka duduk di ruang tamu, dengan Jeno yang masih sedikit basah rambutnya, mengenakan kaos santai dan celana pendek.
Renjun sudah merasa sedikit lebih tenang setelah kejadian di kamar mandi, mendengarkan Jeno dengan penuh perhatian.
BRUSHHH
Namun, tiba-tiba hujan deras turun.
Suaranya begitu keras, disertai angin kencang yang membuat suasana semakin mencekam.
"Wah, hujan." kata Jeno, menatap keluar jendela.
Renjun mengerutkan kening, merasa risau. "Nanti gimana makan makannya, Pak?" tanyanya khawatir.
Jeno mencoba menenangkan Renjun. "Tunggu terang saja, ya." jawabnya, meski dia sendiri juga merasa sedikit cemas.
Tapi Renjun tetap risau, "Tapi kalau kemalaman gimana?"
"Saya antar kamu pulang pakai mobil."
Waktu berlalu dengan cepat. Mulai dari keduanya mengobrol sampai keduanya kehabisan topik untuk mengobrol.
lima menit,
sepuluh menit,
lima belas menit, hujan tidak juga berhenti.
Renjun merasa semakin gelisah dan Jeno menyadari itu. Kemudian dia mencoba mencari solusi.
Ting
Tiba-tiba, Jeno mendapatkan pesan dari Yuta dan Ten. Mereka mengabarkan bahwa mereka tidak bisa datang karena hujan yang sangat deras.
Jeno langsung tahu bahwa Jhonny juga mungkin tidak bisa datang, kalau Yuta dan Ten tidak datang, maka begitu juga dengan Jhonny.
Jeno menatap Renjun dengan penuh pengertian. "Di luar hujan deras, nggak mungkin kita memaksakan kehendak untuk pergi ke luar. Jadi, kita batalkan saja rencananya untuk makan-makan, ya." kata Jeno dengan nada menenangkan.
Renjun mengangguk, meski sedikit kecewa, dia memahami situasinya.
Mereka berdua duduk di ruang tamu, mendengarkan suara hujan yang terus turun dengan deras.
Setelah beberapa saat, hujan tidak kunjung berhenti. Sambaran kilat beberapa kali muncul, menandakan jika mungkin hujan tidak akan reda dalam waktu dekat.
Jeno menatap Renjun dengan rasa perhatian. "Kamu nginep aja ya?" tawarnya dengan lembut.
Renjun tampak bingung, mencoba memikirkan alternatif lain. Namun, dia tahu bahwa tidak mungkin minta diantar pulang dalam kondisi hujan dan angin kencang begini.
Dia menatap Jeno dengan ragu-ragu, "Tapi, Pak, saya nggak bawa apa-apa. Gimana nanti?"
Jeno tersenyum menenangkan, "Nggak apa-apa, saya punya baju yang bisa kamu pakai. Lagipula, lebih aman di sini daripada harus keluar di tengah hujan seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Boss Bengkel
Fiksi Penggemar[NOREN] [BL] Renjun, mahasiswa IT yang tinggal nunggu wisuda, direkomendasikan oleh tetangga kosnya buat magang bantu - bantu digitalisasi bengkel temennya. Tapi bukannya magang malah jadi istri bos bengkel.