"Ini kaos saya, pakai saja. Saya kasihan melihat Anda pakai baju atasan rumah sakit," ucap seorang pria paruh baya kepada seorang pemuda yang baru memasuki ruangan inap pasien.
"Tidak perlu, Pak. Saya akan pulang kok," tolak pria itu dengan lembut.
"Ambil saja, Nak," ucap seorang wanita paruh baya yang brankarnya dekat dengan pintu masuk, yang merupakan pasangan pria paruh baya itu.
"Eh, kalau begitu terima kasih. Saya akan memakainya," ucap pemuda itu menerima kaos hitam tersebut.
"Pakai saja di sini, jangan malu-malu," ucap wanita paruh baya itu.
"Saya akan memakainya di situ saja, hehe," balasnya, namun pria paruh baya itu tidak ambil pusing.
Erick berjalan menuju brankar gadis itu. Ia bisa melihat gadis itu masih serius menonton channel YouTube dengan ponselnya. Tanpa sadar, ia tersenyum. Ia melepas baju rumah sakit itu dan memakai kaos pemberian pria paruh baya itu. Kaos itu sangat pas di tubuhnya, berlengan pendek, memperlihatkan tato yang menari-nari di lengannya.
Ia duduk di kursi samping gadis itu, pikirannya berkecamuk.
"Dring...dring..." bunyi ponsel itu membuyarkan pikirannya yang berkecamuk.
"Dada..." panggil gadis itu sambil memberi ponsel itu.
Pria itu menerima ponsel itu dan berjalan ke luar ruangan untuk menjawab panggilan tersebut.
"Ya, halo?"
"......"
"Saya akan segera ke sana, sebentar."
"......"
"Kirim saja daftarnya."
Ia menutup percakapan itu dan mengantongi ponselnya, lalu memasuki ruangan kembali menuju brankar gadis itu.
"Aku ada urusan ke luar. Aku harus pulang. Tidak perlu khawatir, seluruh administrasimu sudah selesai," ucap pria itu sambil berdiri di depan gadis itu.
"Dada," ucap gadis itu sedih sambil menahan pergelangan tangan pria itu.
"Aku benar-benar harus pergi," ucap pria itu.
"No...dada...no," ucap gadis itu sambil menggelengkan kepalanya dengan mata yang memelas, masih memegang pergelangan pria itu. Pria itu melepaskan tangannya lalu pergi keluar ruangan menuju ke lantai dasar, lalu ke parkiran tempat mobilnya diparkir.
"Apakah ini akhir dari semuanya? Aku tidak tahu aku ada di mana. Bahkan ponselku tidak bisa nyala, aku hanya bisa mengucapkan kata-kata bayi 1 tahun. Astaga, ya ampun..." batin gadis itu frustasi sambil menunduk hingga tak sadar air matanya mulai merintik di atas selimut dan semakin lama terdengar suara isakan. Ia tidak bisa berhenti menangis lagi karena lengannya gatal dan gerah akibat rambutnya tergerai. Ia juga ingin sekali makan es krim dan mandi.
YOU ARE READING
PRAKASA ASTI [ON GOING]
RomanceTerang itu selalu ada, meski kini mungkin belum terlihat oleh mata. Namun, kelak sinar yang kita dambakan akan menyapa, membawa harapan dalam setiap cahayanya.