"लज्जया स्फुरति हृदयम्, प्रेम्णा विचलितं च चेतः।"
(Lajyayā sphurati hṛdayam, premṇā vicalitaṁ ca cetaḥ.)
"Hati berdebar karena tersipu, dan pikiran gelisah oleh cinta."
***
" aku ada sebuah lagu mau dengar"
" ya, bernyanyilah"
" who is blushing...who is blushing..."
"here i am.. here i am.. how do you do"
"astaga yang benar saja kamu"________________________________________________________________________________
Di sebuah pagi yang cerah, sinar matahari menyelinap melalui tirai kamar sosok pria . Tapi bukan sinar matahari yang membangunkannya. Oh, tidak. Pria itu sudah terjaga semalaman. Pemirsa yang tercinta, mari kita saksikan pria dewasa yang semalam tidak bisa memejamkan mata. Masih dengan setelan baju yang sama, hoodie abu-abu, jas almamater, dan celana bahan. Tidak ada yang berubah, bahkan pria itu belum mandi. Namanya adalah...
Elerick Leondra
Ya, dialah Elerick Leondra, yang sehabis pulang dari kampus tadi malam, tidak bisa berhenti bertingkah aneh. Bahkan saat makan malam, atau dalam ritual pribadinya di kamar mandi, senyum aneh terpampang di wajahnya. Dia tidak bisa berhenti tersenyum. Seolah-olah, momen itu, momen yang membuatnya terjaga semalaman, harus diabadikan dalam setiap detail pakaian dan suasana hati. Sebuah momen yang membuatnya ketagihan.
A.K.A PELUKAN
"Astaga, hari yang indah!" gumamnya pada dirinya sendiri, menatap ke langit-langit kamarnya.
"Aku harus bertemu Bill hari ini. Kukatakan padanya, obat dari penyakitku ternyata pelukan! Hehehe." Dia tertawa kecil pada dirinya sendiri, masih belum sepenuhnya sadar akan perasaan yang mulai tumbuh dalam dirinya. Perasaan yang membuatnya bertingkah aneh sepanjang malam.Di sisi lain, Samantha tengah duduk di sofa dengan kaki dilipat, memperhatikan bungkus rokok yang ia pungut kembali dari tong sampah kamarnya. Bungkus itu seolah menjadi simbol dari perasaannya yang campur aduk. Ia sedang memikirkan ketakutannya kehilangan teman. Pikiran itu terus menghantui, seolah-olah menjadi bayangan yang selalu mengikuti kemanapun ia pergi.
Samantha mendesah, "Kenapa aku seperti lega? Perasaan ini lega, bahkan aku tidak menyentuh rokok ini." Ia melemparkan bungkus rokok itu ke atas meja dengan wajah yang penuh kebingungan.Bagaimana mungkin ia merasa lega setelah semua kekacauan yang terjadi belakangan ini? Apakah mungkin ada hubungannya dengan pelukan semalam? Tapi itu hanya pelukan, kan?
Kembali ke Elerick, yang telah memutuskan untuk pergi ke klinik temannya, Bill, setelah panggilan teleponnya ditolak beberapa kali. Elerick, tentu saja, masih dengan setelan pakaian yang sama. Kamu tidak salah. Masih dengan hoodie abu-abunya dan jas almamater itu, dia menyusuri jalanan kota dengan mobil San Marino Blue Metallic-nya.
Sabtu pagi itu tidak ada perkuliahan, tapi semangat Elerick justru meluap-luap. Dia melangkah keluar dari mobil dengan mantap, menyusuri trotoar menuju klinik Bill. Pukul 09.00 pagi, waktu yang seharusnya digunakan untuk bersantai, tapi tidak bagi Elerick. Ia terlalu bersemangat, terlalu terobsesi dengan pikirannya sendiri.
"Hey, Bill! Aku mau konsul!" seru Erick dengan semangat yang tak tertahankan, wajahnya penuh dengan antusiasme.
Bill, yang sedang bersiap-siap hendak pergi, menoleh dengan ekspresi sedikit terkejut. "Maaf, bisa besok atau lusa? Aku harus ke kampus sekarang," jawab Bill sambil memakai jasnya dengan rapi.
YOU ARE READING
PRAKASA ASTI [ON GOING]
RomantizmTerang itu selalu ada, meski kini mungkin belum terlihat oleh mata. Namun, kelak sinar yang kita dambakan akan menyapa, membawa harapan dalam setiap cahayanya.