"बाह्ये तु कठोरः स्यात्, अन्तः सुहृदं हृदयं।"
(Bāhye tu kaṭhoraḥ syāt, antaḥ suhṛdaṁ hṛdayaṁ.)
"Di luar tampak keras, namun di dalam tersembunyi hati yang penuh kasih."
***
Samantha berdiri mematung di samping dinding tangga darurat, merasakan dinginnya tembok yang menembus . Jantungnya berdegup kencang saat ia melihat sosok yang paling ia hindari—Erick, pria yang selalu membuatnya merasa tidak nyaman.
"Sial, kenapa dia di sini?" batinnya, mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkan perasaannya. Tapi air mata itu, tanpa diundang, mulai menggenang di sudut matanya.
Erick, yang baru saja menuruni tangga, melirik Samantha sekilas sebelum menyadari air mata yang menetes di pipi gadis itu. Sebuah senyum sinis muncul di wajahnya. "Cih, cengeng," ejeknya, suaranya terdengar datar, tetapi cukup menusuk.
POV Erick :
Reality:
"Apaan sih, dasar!" balas Samantha, suaranya gemetar oleh kemarahan dan frustrasi. Dia menyesali air mata yang tidak bisa ia kendalikan, meskipun sudah berusaha sekuat tenaga untuk menahannya.
"Memangnya kamu bukan cengeng, itu air mata buaya apa?" Erick melanjutkan ejekannya sambil bersandar santai di terali tangga darurat itu. Tidak ada siapa pun di situ selain mereka berdua, suasana menjadi semakin intens dan penuh ketegangan, gedung itu adalah gedung khusus jurusan kesehatan dan laboratorium dimana di lantai 1 sebagai ruang tunggu/santai dan lantai 2 untuk jurusan Farmasi dan Bidan, lantai 3 kedokteran,kedokteran gigi dan kesmas dan lantai 4 dan 5 ruang laboratorium serta OSCE.
Samantha mencoba menyembunyikan rasa sakitnya dengan berbohong. "Aku nggak nangis, aku cuma kelilipan. Makanya agak pedih," jawabnya, berharap Erick akan berhenti mengusiknya dan pergi.
YOU ARE READING
PRAKASA ASTI [ON GOING]
RomanceTerang itu selalu ada, meski kini mungkin belum terlihat oleh mata. Namun, kelak sinar yang kita dambakan akan menyapa, membawa harapan dalam setiap cahayanya.