"सुखं प्रकाशे अस्ति, तस्मिन जीवनं नित्यं यशस्वी।"
(Sukhaṃ prakāśe asti, tasmin jīvanaṃ nityaṃ yaśasvī.)
"Kebahagiaan ada dalam cahaya, dalam cahaya itulah kehidupan abadi dan penuh kemuliaan."***
Apakah kalian pernah merasa lelah dan muak akan segala hal, merasa bahwa itu bukan dirimu? Apakah kalian pernah merasa "arghh ngapain hidup jika ujungnya mati" "arghh kenapa mereka bisa bahagia kenapa aku tidak?"
Apakah kamu merasa seperti kehilangan suatu hal tapi tidak tahu apa, merasa bahwa alur hidupmu tak berubah, dan hal itu-itu mulu yang kamu lakuin, "bosan bat"Tapi...
Apakah kamu pernah mengucapkan terima kasih kepada dirimu? Maksudku bukanlah menyombongkan diri seperti "jika bukan karena aku kalian semua tidak akan bla..bla.." maksudku adalah pernahkah kamu mengucapkan kepada diri kamu "wah terima kasih sudah bertahan, terima kasih yang Maha Kuasa telah menciptakanku, ternyata inilah hidup, ternyata aku harus merasakan sakit agar tahu apa rasa bahagia"
Pernahkah?
"Sam, kamu ketiduran ya? Aku tahu apartemenmu dari Sandra, cepat kita harus ke wisma tempat acara pernikahannya, kamu kan teman dekatnya harus di sana lo, acaranya belum mulai kok." Itulah yang menyebabkan gadis dengan kebaya pink yang merupakan dresscode bridesmaid dan sepatu Converse yang bersembunyi di balik rok batik yang membuatnya tidak nyaman. Dia benar-benar semakin membenci Sandra karena menyuruh adiknya dan teman se-SMA mereka dulu untuk menjemput dan memberitahukan apartemennya kepada mereka.
"Tersenyumlah di kamera ini, hari besar sahabatmu." Ucap teman satu SMA-nya dulu kepadanya yang juga merupakan bridesmaid.
"Maaf, nona dengan rambut kuncir, boleh pindah ke samping pengantin wanita agar fotonya cantik?" ucap sang kameraman ketika melihat ada gadis yang tingginya tidak sama dengan orang yang di sampingnya. Kalian sudah tahu bukan aturan foto yang pendek selalu di depan atau di tengah.
Samantha hanya bisa menutup raut kesalnya dengan senyum simpul lalu bertukar posisi dengan bridesmaid yang ada di samping Sandra dengan sedikit menjaga jarak.
"Hayo nona-nona, tolong lebih rapat lagi, yang Groomsmen jangan terlalu rapat." Ucap sang kameraman. Sungguh, Samantha ingin sekali mencincang kameraman tersebut.
"Maaf dan terima kasih," ucap Sandra pelan berharap Samantha mendengarnya, dan ya, Samantha mendengarnya dengan jelas.
Setelah sesi foto, Samantha mencoba melarikan diri entah ke mana untuk sendiri dan berakhir di taman belakang Wisma. Ia diikuti oleh Sandra yang masih lengkap dengan suntiang Minangkabaunya.
"Kenapa kau mengikutiku? Seharusnya ibu hamil tidak bisa lelah, kau tahu kan jika suntiangmu berat," ucap Samantha berbalik melihat Sandra yang melihatnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Hayolah Sam, ini hariku bisakah kau berusaha sedikt saja, hari terakhirku menjadi gadis," ucap Sandra mendekat ke arah Samantha, membuat mata Samantha sedikit berkaca-kaca.
"Apakah kau marah karena aku nikah dengan Bagas? atau karna uang? Jika ya, aku benar-benar minta maaf." Ucap Sandra, membuat mata Samantha semakin buram dan akhirnya Samantha sudah tidak tahan lagi.
"Kau sudah tidak gadis lagi dari kemarin, kau itu sahabatku, aku tidak peduli kau nikah dan mau sama siapa. Aku ini sahabatmu bodoh? Seharusnya kau cerita denganku. Kita kuliah di kota yang sama, tapi kita tidak pernah jumpa. Kau selalu menghilang, setiap aku menghubungimu kau tidak pernah menjawab bahkan aku tidak tahu dimana kost atau apart atau apalah itu, Kau tahu aku membutuhkanmu di saat sulitku, kau tidak di situ. Dan kau kenapa tidak datang kepadaku di saat sulitmu? ceritalah kepadaku apapun itu, apapun itu, kau hanya selalu cerita tentang dirimu yang butuh uang, tolong sekali saja cerita tentang apa yang kau benci atau apa yang membuatmu senang di hari-harimu"
YOU ARE READING
PRAKASA ASTI [ON GOING]
RomanceTerang itu selalu ada, meski kini mungkin belum terlihat oleh mata. Namun, kelak sinar yang kita dambakan akan menyapa, membawa harapan dalam setiap cahayanya.