अल्पाशा (Alpāśā)

8 1 0
                                    

"अल्पाशा अपि महान् मार्गं प्रदर्शयति।"

(Alpāśā api mahān mārgaṁ pradarśayati.)

"Secerca harapan pun dapat menunjukkan jalan besar."

***

"apakah kamu punya harapan"

"hmm harapan ya? entahlah, bagaimana denganmu?"

"kau"

________________________________________________________________________________

"Hey, kau sudah janji aku bisa melihatnya sebagai gantinya," ucapan tegas keluar dari bibir seorang gadis. Gadis itu memutar genggaman yang ada di udara ke kiri dan ke kanan agar bisa melihat jelas dengan cahaya mendung ini, karena jika dilihat begitu saja kurang jelas. Oleh sebab itu, dia mengangkat tangan ini ke atas.

Tebak keadaan pria yang ia genggam?

Pria itu adalah Erick. Perlakuan Sam sukses membuat seluruh wajahnya merah. Ia memalingkan wajahnya ke samping dengan tangan kanan yang menutup wajahnya, sedangkan gadis yang bernama Samantha masih asik memandangi setiap tato dengan menengadah ke atas memperhatikan lengan Sam di bawah langit mendung itu.

"Hey, sudahilah acara menyentuhmu, kau ternyata cabul ya, ehem," ucap Erick sambil menarik paksa tangannya ketika mereka sudah sampai di depan pintu masuk apartemen mereka.

"Ma-maaf, aku bukan cabul. Aku hanya bersemangat, tahu. Soalnya aku kaya pernah lihat tato itu, tapi aku sedang mencoba mengingatnya. Eh, kita ke supermarket yuk, tadi aku sudah janji mentraktirmu, aku benci hutang," ucap Sam sambil berjalan pertama memasuki lift dan Erick hanya pasrah saja mengikuti Sam. Kini mereka sudah sampai di depan freezer khusus es krim.

"Erick, pilihlah, kamu mau apa, jangan sungkan," ucap Sam sambil mengambil es krim kesukaannya yang berbentuk cone itu.

"Samakan saja," ucap Erick dengan ekspresi datar. Mereka pun menuju kasir dan Sam membayar total es krim mereka.

"Rick, makan di belakang yuk, soalnya aku mau memastikan kau memakannya. Aku kesal jika ada orang yang membuang-buang makanan," ancam Sam, karena ia sekarang tahu bahwa Erick membencinya tanpa alasan yang jelas dan ia menebak jika setelah ini mungkin Erick bakal membuang es krim, dan tebakan itu tidak meleset sebab Erick memang ada keinginan melakukannya. Erick berdecak sebal dan mengikuti Sam yang sekarang sedang duduk di belakang supermarket yang pemandangannya mengarah ke jalan raya, di mana air hujan mulai menetes satu per satu.

"Wah, untung saja kita sampai tepat waktu," ucap Sam sambil membuka bungkus es krimnya dan hanya dibalas oleh dehaman Erick yang masih memandang jalan raya dengan es krim di tangannya yang bungkusnya belum dibuka.

"Hayolah Rick, jangan bilang selain membenciku kamu membenci es krim itu, padahal kamu mengatakan samakan saja tadi," goda Sam yang turun dari bangkunya dan mengarah ke kulkas minuman yang ada di belakang mereka.

"..." Erick tidak membalas, ia hanya melihat es krimnya dan milik Sam bergantian.

"Makan saja, loh Rick, aku ingin membayar ini ke kasir, saat aku kembali ke sini, kuharap kamu setidaknya sudah membuka bungkus es krim itu," ucap Sam, lalu berlalu membawa air mineral itu ke kasir untuk dibayar.

Erick memandang es krim itu bergantian dengan tatonya yang mengintip dari balik lengan bajunya. Ia menarik napas dalam, mengingat momen yang ada di tato ini, dan saat pembuatan tato itulah menjadi pertemuan dia dengan Samantha.

PRAKASA ASTI   [ON GOING]Where stories live. Discover now