- Selamat Membaca -
|| Jangan pernah merasa sempurna! Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, termasuk itu kamu.
Emran Haritz Al-Khalid
————
Sore ini harusnya Emran menjemput Aretha yang mana gadis itu pasti tengah menunggunya. Namun, di pertengahan jalan Emran dicegah oleh seseorang. Emran sampai terkejut melihat siapa manusia yang telah berani mencegahnya. Emran tidak suka. Dia berdecak sebal, lalu terpaksa turun dari mobilnya setelah memarkirkannya di tepi jalan tak jauh dari tempat si manusia tidak punya etika itu berdiri.
“Tiara Aneira. Ternyata kamu belum mau menyerah dan bahkan sekarang kamu dan Dinar bersekongkol. Kenapa, hem? Apa kamu mau mati sekarang atau—-”
Dinar memotong ucapan Emran dan berusaha mendekat hendak memeluknya. Dinar mengungkapkan kalau adanya Tiara Aneira karena dia yang menyuruhnya. Dinar lah yang memang memaksa Tiara dengan mengancamnya.
Tahukah ancamannya seperti apa?
Temukan jawabannya di bagian selanjutnya, ya. Yang jelas saat ini Emran melihat pelaku utamanya itu Dinar. Terlihat Tiara tidak seobses kayak waktu itu bahkan lebih banyak menunduk. Emran tebak kalau Dinar ini memiliki tingkah yang sama seperti yang Tiara waktu itu lakukan.
Emran tahu, tapi Emran tidak akan pernah membalasnya. Dirinya hanya milik istri kecilnya—-Aretha Zayba—-gadis incarannya sejak kecil dulu. Bukan Tiara maupun Dinar.
“Ran! Gue mohon lihat sekali aja ke gue, plis. Gue ini lebih segalanya daripada bocil udik yang lo bilang istri lo. Ran! Gue cantik, gue sempurna, gue punya segalanya. Kenapa lo susah sekali gue dapetin, sih, hah?! Apa gue harus buat si bocil itu menghilang dari dunia ini, sehingga lo bisa gue miliki dan gue lah istri lo satu-satunya. Plis.”
Seorang perempuan seperti Dinar Nadherra mau-maunya merendahkan harga dirinya hanya karena mengejar seorang laki-laki yang jelas-jelas dia sudah ada yang memilikinya bahkan laki-laki itu sendiri sudah berstatus jadi suami orang. Melihatnya Tiara menggeleng, muak rasanya.
Teringat akan dulu dirinya yang memang menyukai bahkan mengidamkan Emran menjadi suaminya, hidup bahagia dan punya anak bersama. Nyatanya setelah tahu sikap asli di balik wajahnya yang meneduhkan itu. Tiara jadi urung, dia buang jauh-jauh impian itu dan kini dirinya milik Galang seorang.
“Minggir dan jangan halangi jalan saya karena saya harus menjemput istri saya!” usir Emran.
Kedua tangannya dimasukkan ke saku jaketnya. Hari ini dia mengenakan jaket. Tubuhnya tidak tahu kenapa mendadak mengigil sehingga membutuhkan kehangatan. Memakai jaketnya sudah sangat lega dan membuatnya tenang sekarang. Melihat jam tangannya sudah hampir mau magrib.
Cepat-cepat Emran menyingkir. Bicara banyak dengan Dinar hanya membuang waktu. “Minggir!” usirnya lagi karena Dinar menghalangi jalannya bahkan berdiri di depan pintu mobilnya.
“Nggak!” Dinar merentangkan kedua tangannya. “Emran! Gue heran sama lo apa yang bocil itu kasih sama elo sampai lo nggak mau sama gue, hah?! Bahkan si Tiara aja lo tolak dan lo hampir bunuh dia dengan cara mencekikny—-”
“Sekarang giliran Anda. Bagaimana?” Emran memotong kalimat Dinar, kemudian mendekat dengan senyum yang sulit diartikan. Sementara, Tiara sendiri memilih melarikan diri karena Tiara pernah melihat raut wajah Emran yang seperti ini di saat dia memprovokasi anak lain untuk merundungnya, “bagaimana? Mau? Mati di sini atau … saya dorong langsung ke tengah jalan? Jalanan sekarang ini lumayan ramai. Hem?”
Dinar menelan ludahnya susah payah. Tatapan tajam Emran membuat bulu kuduknya merinding. Ingatannya terbayang ketika dia didorong oleh laki-laki yang dia cintai ke jalananan? Namun, jika tidak begini kapan lagi Dinar akan berbicara dengannya, kan?
Jadi? Mati di tangannya dengan cara dicekik atau di dorong ke tengah jalan sehingga mobil-mobil itu melindasnya? Atau melarikan diri dan membiarkan Emran pergi?
“Satu ….”
“Dua ….”
“Oke. Gue izinin lo sekarang pergi, Emran. Tapi gue nggak akan nyerah. Gue yang kenal lo lama, gue juga yang pantas menjadi istri lo. Bukan si bocil sialan.”
Dinar menjauhkan tubuhnya dari sana. Menatap kesal kepergian Emran yang benar-benar sulit dia sentuh. Bertahun-tahun bahkan setelah dia kembali nyatanya dia terlambat. Emran menikahi bocil itu.
‘Cantik, cantikan gue. Seksi? Seksian gue. Gue kaya? Pastinya. Keluarga gue keturunan orang kaya. Masa dengan apa yang gue miliki susah juga dapetin dia? Hem, tapi gue nggak peduli. Sekalipun gue jadi pelakor di hubungan rumah tangga mereka. Gue nggak peduli!’ batinnya sembari tersenyum sinis.
Dinar meninggalkan tempat itu dan langsung pulang ke rumah. Kekesalannya kian bertambah apalagi ketika kedatangannya langsung diperintahkan duduk di hadapan mereka detik itu juga. Dinar bahkan mengira jika orang tuanya masih di luar. Tidak ada di rumah, tapi apa-apaan ini?
“To the point aja, ya, Dinar. Papa mau kamu segera menikah. Hem, maaf … Papa sudah menjodohkan kamu dengan anak teman bisnis Papa. Besok malam hari pertunangan kalian. Minggu depan kalian menikah dengan laki-laki pilihan Papa. Jadi, turuti perintahmu, maka Papa akan mengabulkan semua keinginanmu.”
What the hell? Apa-apaan ini? Bisa-bisanya papanya mengatakan demikian sementara dia tahu kalau anaknya menyukai seseorang.
“Pa!”
Papa dan Mama menggeleng.
“Tidak ada penolakan, Nak. Mama hanya mau kamu segera menikah. Usiamu sekarang ini sudah memasuki 29 tahun, Mama tahu kamu mencintai Emran. Anak muda yang punya bisnis dan anak pemilik pondok. Tapi, Mama tidak pernah mengizinkan kamu jadi perusak hubungan orang lain apalagi kabarnya dia sudah menikah.” Kali ini mamanya lah yang berkata.
‘Aaarghh! Sial.’
Ingin Dinar menimpali, tapi tanggapan mamanya tentang dia yang usianya sudah 29 tahun itu memang benar. Sudah cukup umur untuknya menikah, tapi yang dia inginkan Emran bukan laki-laki lain.
“Pa! Ma!”
Papanya lagi-lagi menggeleng. “Tidak! Sekali tidak, tetap tidak. Mengerti? Masuk kamar sekarang! Mulai hari ini sampai kamu menikah dengan anak teman bisnis Papa. Kamu tidak akan ke mana-mana.”
Mau mengelak lagi nyatanya kesulitan. Apa yang dimilikinya sekarang semua tidak lebih dia dapatkan dari uang papa dan mamanya. Bahu Dinar merosot. Dia kesal. Dia ingin enyah dari rumah ini dan meraih sesuatu yang ingin dia dapatkan sejak dulu.
Tanpa membersihkan tubuhnya juga sekedar mencuci kaki dan wajahnya. Dinar langsung merebahkan diri di atas ranjangnya. Dia menendang-nendang kakinya ke udara. Gagal bicara dan mendapatkan Emran, pulang-pulang malah akan dinikahkan dengan pria yang bahkan dia sendiri tidak tahu.
“Apa gue kabur aja. Minta bantuan Emran? Tapi, mana bisa dia mau. Atau … hah, gue dapet ide. Gue mesti kabarin Ikram. Dia, kan, pasti mau-mau aja.”
Dinar langsung berdiri melihat ke arah jendela yang ternyata ada anak buah papanya. Bahkan di dekat balkon pun sama. Jadi? Kabur atau tidak?
- Bersambung -
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cinta Senior Dingin [Marriege Life ]
ChickLitTanpa diduga ternyata Aretha Zayba Almira telah dinikahkan dengan seorang pemuda tampan anak dari seorang pemimpin Pesantren, semua itu telah direncanakan oleh kedua orang tuanya. Aretha yang mengharapkan kehidupan yang indah dan memiliki rumah yang...