Lira dan Aruna saat ini sedang beriringan berjalan menuju fakultas teknik. Tujuannya adalah menunggu Mirta untuk menebeng pulang dimobil pria itu. Kebetulan ketiganya hari ini hanya kelas pagi di 3 sks.
"Tanggung banget bjir jam sepuluh udah balik." Lira berkata setelah mendudukan bokongnya di kantin Teknik, Mirta keluar sekitar lima belas menit lagi katanya.
Kedua gadis itu memilih menunggu dikantinnya saja, kebetulan suasana dikantin cukup lengang mungkin karena masih terlalu pagi.
"Gue pengen jajan batagor, mau nitip gak?" Aruna bertanya sembari bangkit.
"Lemonade aja, haus pengen yang seger." Aruna mengangguk kemudian berlalu, Lira yang ditinggal sendiri langsung saja membuka ponsel miliknya, memilih untuk scrool media sosial.
Sedang asik - asiknya menonton vidio kucing gemash, Lira menjerit terkejut karena tiba - tiba saja seseorang menyiram dirinya hingga membuatnya cukup basah walau tidak basah kuyup.
Dengan perasaan emosi, Lira mengebrak meja dan menatap gadis yang saat ini bersedekap dada menatapnya dengan sinis.
"Lu siapa? Dateng - dateng langsung nyiram gue gitu? Ada adab gak?!" Lira berkata dengan emosi, sedangkan sang pelaku hanya tersenyum sinis.
"Pelakor kaya lo itu emang perlu dikasih pelajaran," Jawabanya dengan enteng.
Lira yang emosi langsung saja mendorong gadis itu hingga terjerembab, terlihat dari wajahnya gadis itu agak shock tidak menyangka Lira bisa mendorongnya seperyi tadi, tiga temannya yang tadinya hanya ikut tersenyum langsung membantu sang gadis untuk bangkit.
Tapi karena ini Lira, dirinya tidak membiarkan gadis itu bangkit, "Minggir lu semua kalo gak mau gue kepret!" Teman - temannya kicep dan memilih menyingkir, Lira cukup menyeramkan dimata ketiganya.
Senyum sinis dan sombong yang tadi sempat ditampilkan mendadak hilang, Lira tahu gadis dibawahnya ini gemetar tapi masih berusaha untuk bersikap pemberani. Lira berdecih, "Kita kenal? Gue gak ngerasa kenal sama lu. Dan apa tadi lu bilang? Pelakor? Sorry gue gak merasa ngegoda siapapun tuh." Jari Lira membelai wajah gadis yang tampak gemetar.
"Siapa nama lu? Ah Gista," Lira menganguk saat tidak sengaja melihat keychain bernama yang dia yakini nama gadis ini.
"Denger ya, gue akuin nyali lu gede sampe berani nyiram gue kaya tadi, tapi izinin gue tanya. Siapa cowok lu itu? Siapa tau cowok lu emang salah satu cowok yang ngemis jadi pacar gue,"
Gista tidak menjawab melainkan tiba - tiba saja mendorong Lira hingga terjungkal, keduanya akhirnya saling menjambak dan saling memukul. Suasana kantin jadi ramai tiba - tiba. Aruna yang baru saja datang juga terkejut melihat perkelahian temannya itu.
Yang membuatnya kesal, dari sekian banyak orang yang menonton kenapa tidak ada yang memisahkannya?
Aruna melesak dengan tubuh mungilnya, dirinya berusaha menghentikan keduanya, tapi nihil malah dia yang terbanting. Dengan panik akhirnya Aruna memilih pergi memanggil anak kostnya yang memang ada difakultas Teknik.
"Dasar, lu itu pelakor! Gara - gara lu Alfi mutusin gue!!"
Lira mendorong tubuh Gista menjauh. Nafasnya terengah - engah. "Heh, kenapa nyalahin gue? Gue bahkan gak tau Alfi itu siapa?!"
"Bohong! Buktinya sekarang lu ada difakultas teknik! Pasti buat ketemu sama alfi kan!"
Lira baru saja akan kembali menyerang gadis itu saat tiba - tiba saja tangannya ditarik seseorang dan disembunyikan dibelakangnya. "Awas Mirta."
"Udah diem!" Mirta menatap gadis yang berseteru dengan Lira tajam. "Lu ada masalah apa sama cewek gue?" Tanyanya.
Gadis itu terdiam. "Cewek lu?" Tanyanya gamang kemudian terkekeh sinis. "Emang dasar sasimo ya, punya cowok aja masih gatel sama cowok orang!"