"Lira masih belum mau keluar kamar?"
Yuriko bertanya dengan nada cukup khawatir, Roila sendiri hanya menggeleng. "Tadi jea udah bawa makanan tapi, semoga dia makan."
Aruna, Roila, Chaera, dan Yuriko saat ini sedang berkumpul di kamar Aruna, karena kamar Aruna langsung berhadapan dengan kamar Lira. Mereka ingin memastikan Lira baik-baik saja dengan memantaunya seperti ini, walaupun mereka juga tidak tahu apa yang sedang di lakukan gadis itu di kamarnya.
Yap, sudah tiga hari Lira tidak masuk kuliah dan hanya mengurung diri di kamar, semua ini tentu saja imbas dari masalah yang menimpa keluarganya. Semua hanya membiarkan tapi tetap memperhatikan, menurut mereka tidak baik ikut campur terlalu jauh, mereka hanya bisa mendukung saja sebagai teman.
"Kalian udah tau adik yang dimaksud Lira ini siapa? Dia sekampus sama kita kan kata lili?" Yuriko bertaya menatap teman-temannya. Tapi tidak ada yang tahu, alhasil mereka hanya mengedikan bahunya.
"ROILAAA COWOKLUU DATENGGG!!" Bukan hanya Roila yang terkejut karena teriakan menggelegar dari Juna, tapi Aruna dan Chaera. Bahkan Aruna yang sedang memakan keripik singkong langsung tersedak karena kaget, Yuriko yang paling dekat dengan air langsung saja menyodorkan botol minum kearah Aruna.
"Bisa gak datengnya jangan rusuh?!" Yuriko melotot sedangkan Juna hanya membentuk tanda peace lalu berlalu.
"GUE LUPA HARI INI MAU JALAN SAMA JEHAN!!! GUE BELUM MANDI!!" Roila jadi heboh sendiri sekarang. Sedangkan ketiga temannya hanya memutar kedua bola matanya malas, sudah biasa.
Jehan sendiri sedang berbincang dengan Devan dan Mirta, pemuda itu mengernyit melihat tampilan Roila yang masih biasa-biasanya saja. "Kamu belum siap ay?" Jehan bertanya dengan nada tidak percaya, padahal dirinya sudah berangkat setengah jam lebih terlambat agar dirinya tidak menunggu terlalu lama, namun lihatlah sekarang. Kekasihnya bahkan belum apa-apa.
Roila hanya cengengesan. "Lupa. Maaf ya?"
Jehan terdiam, entah perasaannya saja atau bagaimana tapi belakangan ini ada saja hal yang membuatnya sulit menghabiskan waktu dengan kekasihnya ini.
Ngomong-ngomong tiga hari yang lalu juga mereka gagal berkencan karena bertemu dengan Lira di pinggir jalan itu, mereka memutuskan pulang pada akhirnya.
"Kan mening join futsal aja bang sama kita!" Devan berkata dengan enteng, Mirta langsung membekap mulut pemuda itu dan berdiri sembari menarik Devan seperti sapi.
"Urusan rumah tangganya, monggo di selesaikan dulu baik-baik." Setelahnya Mirta berlalu dengan Devan yang meronta-ronta meminta di lepaskan.
Tinggal Jehan dan Roila sekarang yang ada disini.
"Kamu tunggu bentar, 30 menit oke? Aku siap-siap sekarang." Roila memutuskan untuk mengeluarkan suara terlebih dahulu setelah lebih dari lima detik mereka hanya diam.
"Kamu bisa gak sih prioritasin aku dulu?" Roila yang baru saja akan kembali ke kamarnya sontak berbalik menatap jehan dengan tatapan tidak senangnya. "Maksudnya apa? Kamu tetep prioritas aku kok."
Jehan tersenyum, bukan senyum jahil seperti biasanya melainkan senyum sinis. "Gitu? Kamu gak sadar aja, setelah kamu ngekost disini prioritas kamu itu bukan aku lagi, tapi temen-temen kost kamu!"
Roila berjalan mendekat kearah Jehan. "Kamu ngelindur ya?!"
Jehan terkekeh. "Itung deh, berapa kali kamu ngingkarin janji cuma buat have fun atau ngabisin waktu sama temen-temen kost kamu ini."
"Lebih dari sepuluh kali la!"
"Kenapa kamu jadi bahas kemana-mana sih?! Kalo kamu gak mau nunggu aku siap-siap ayo kita jalan sekarang!" Roila akan pergi menuju pintu jika saja Jehan tidak menarik lengannya.
"Aku belum beres ngomong!" Jehan tanpa sadar menaikan nadanya.
"Terus apa sekarang? Kamu sadar gak sih akhir-akhir ini kamu sering banget marah sama aku? Bahkan cuma gara-gara hal sepele! Dulu kamu gak kaya gini!"
"Kamu udah dewasa, gak seharusnya kamu bersikap childish."
Roila tertawa sumbang. "Sekarang kamu ngatain aku childish?! Yang pertama sibuk itu kamu, yang gak ada waktu buat aku itu kamu ya Jehan."
"Kamu tau aku kerja!"
Roila tersenyum sinis. "Aku baru sekali ini lupa sama janji kita, kamu gimana? Kamu yang lebih sering lupa han! Aku marah gak? Enggak aku tetep bilang gak papa. Dan sekarang kamu gak bisa gitu nunggu aku cuma 30 menit? Aku bahkan pernah nungguin kamu sampe dua jam!"
Jehan terdiam, sepertinya pemuda itu sadar jika dia terlalu emosional sampe melibatkan pertengkaran yang sebenarnya tidak diperlukan ini. "Oke, maaf aku kebawa emosi." Jehan akan membawa Roila kedalam pelukannya. Roila tidak mau dipeluk, gadis itu menepis lengan Jehan dengan lembut.
"Kamu pulang aja, aku udah gak mood jalan sama kamu!" Setelahnya Roila berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, meninggalkan Jehan seorang diri.
Sementara itu di sisi lain Jayden, Yasha dan Jila sedang terdiam kaku di depan pintu masuk kost, mereka mendengar dan melihat semua pertengkaran Jehan dan Roila sejak awal. Tadinya mereka akan masuk saja tapi melihat situasinya yang makin panas, Jila menahan keduanya.
"Putus gak nih kata lu pade?" Yasha bertanya agak berbisik.
"Gak mungkin, mereka pacaran udah tujuh taun pasti sering berantem gitu," Jila menjawab dengan kalem.
"Lu sama Mirta juga tiga taun putus tuh." Jayden berkata asbun yang tentu saja langsung mendapat hadiah jitakan dari Jila.
Ketiganya terkesiap saat Jehan tiba-tiba keluar dan menatap ketiganya.
"Eh bang Jehan, kok sendiri? Roilanya mana?" Jayden dengan cepat berbasa-basi.
Yasha langsung mengangguk. "Mau kita panggilin gak? Kebetulan kita baru balik sih." Setelah mengatakan hal itu Yasha hampir saja akan berteriak karena Jila yang menginjak kakinya, dirinya kemudian memasang wajah aneh dan melotot mearah Jila, menyuruh gadis itu mengangkat kakinua tapi Jila tidak peduli dan malah balik memelptoti Yasha.
Jehan sendiri hanya tersenyum. "Gue ada urusan mendadak tiba-tiba, duluan ya." Setelahnya Jehan berjalan menuju mobilnya yang terparkir, merasa Jehan sudah pergi Jila langsung saja melepaskan injakannya membuat Yasha meringis.
"Lu kenapa injek kaki gue?! Untung aja gue gak kelepasan teriak ya!" Yasha berjinjit sempari mengusap-ngusap kakinya. Mana jila hari ini pake sepatu pentopel.
"Lu bego soalnya, makanya gue injek!" Setelahnya Jila berlalu masuk ke dalam kost, meninggalkan Jayden dan Yasha.
"Dasar mak lampir!" Yasha berujar dengan pelan sedangkan Jayden hanya meningkmati itu semua dengan tertawa.
Tbc
Chapter depan mau ketemu siapa nih gessss? Hehehehe see u next chapter yaa!!<3

YOU ARE READING
ninenty-seven kost
Romanzi rosa / ChickLitkostan dengan penuh keragaman dari para penghuninya