Bab ini mengandung sesuatu yang kurang nyaman seperti obsesi, stalking, dll, harap bijak saat membaca ^^
***
Rupanya, benar kata Luciel jika satu minggu ke depan, perkiraan bahwa musim semi di Aithne akan tiba. Sebelumnya, aku bahkan tak berani membuka jendela di kamarku karena angin dingin akan langsung menerpa dan tubuhku bisa menggigil kedinginan, walau sesudahnya aku langsung menutup jendela dan mandi air hangat.
Akan tetapi saat ini, aku bisa membuka jendela dengan leluasa, dan tak ada angin dingin yang menerpa. Sebaliknya, angin hangat yang bertiup menyegarkan kulit, serta panorama menyejukkan berupa lelehan salju yang meresap ke dalam tanah, mengubah pepohonan yang awalnya membeku menjadi hijau, kemudian bau petrikor kuat menyerang penciuman.
Juga, karena hujan salju telah lenyap, hewan-hewan yang berhibernasi entah untuk berapa lama akhirnya keluar dan mengungkapkan eksistensi mereka. Para pelayan yang bekerja tak lagi mengenakan pakaian berbulu tebal jika harus pergi keluar kediaman, bahkan rakyat jelata yang kerap bersembunyi di dalam rumah mulai menampakkan wujud mereka. Panorama ini bisa ditangkap dengan baik dari kamarku di lantai dua.
Senyumanku rekah. Musim semi di Aithne, tak heran mengapa Luciel mengatakan jika musim ini banyak dinantikan oleh orang-orang.
Dari kejauhan, aku bisa melihat bahwa kota Aithne mulai sibuk mempersiapkan festival. Pembangunan dan dekorasi festival telah didirikan di sana-sini, kesibukan khas kota yang membuatku merasa jika kota ini tak lagi suram dan mati.
Ah, benar. Aku harus meminta izin pada Helios supaya bisa pergi ke festival. Lagipula, pergi ke festival juga harus memiliki uang dan aku tak punya sama sekali, mungkin aku juga akan minta sedikit pada Helios.
Dengan pemikiran itu, aku pergi ke ruangan kerja Duke yang kini sudah aku hafal tata letaknya. Lorong berwarna putih yang digradasi dengan biru memanjakan mata, hati pun terasa tenang bagaikan aku tak tengah dikunci dalam kediaman. Beberapa pelayan yang lewat menyapaku dengan senyuman cerah dan aku pun membalas.
Satu kali belokan, aku akan segera tiba di ruang kerja Duke.
“Tuan Muda?” Namun Luciel ada di sana, tengah menutup pintu ruang kerja Duke dengan beberapa dokumen di tangannya.
“Sir Luciel, apakah Tuan Duke di dalam?” tanyaku sambil curi pandang ke dokumen yang Luciel pegang. Jika tak keliru, aku melihat dokumen itu sebagai perjanjian atau transaksi item sihir? Tak heran, seluruh kediaman ini penuh oleh item sihir.
“Tuan Duke sedang kedatangan tamu,” balas Luciel, membenarkan tumpukan dokumen di tangannya. “Saat ini, Tuan Duke berada di ruang tamu kediaman bersama tamunya. Apa Anda hendak menemui Tuan Duke?”
Aku mengangguk. “Benar, ada yang ingin aku bicarakan dengan Tuan Duke.”
“Sepertinya akan memakan beberapa saat sampai Tuan Duke bisa menemui Anda. Bagaimana jika Anda menunggu di dalam dan saya akan menemui Tuan Duke untuk mengantarkan dokumen ini serta memberitahu Tuan Duke bahwa Anda tengah menunggu?”
“Oke, aku mengerti. Aku akan menunggu Tuan Duke di dalam. Tidak perlu terburu, aku yakin tamu itu cukup penting, bukan?”
Luciel mengangguk. “Cukup penting. Kalau begitu, saya akan pergi.”
Luciel lantas pergi dengan tumpukan dokumen di lengannya itu, lalu aku pun memutar kenop pintu ruangan Duke.
Aku melangkahkan kaki ke dalamnya sembari menutup pintu. Visiku menyapu ke sekeliling, menelisik seluruh furnitur yang ikut diubah kala renovasi, menjadi interior penuh warna biru muda yang lembut, beserta beberapa perabotan menjadi warna putih. Seperti meja kerja, sofa, rak buku, dan lain sebagainya yang menyesuaikan dengan tema dinding ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Transmigrated Into a Finished Novel
Ficção HistóricaHore! Aku jadi seorang pangeran yang hidup bergelimang harta dan serba kecukupan di dalam sebuah novel romansa-fantasi! Karena peranku adalah antagonis, jadi aku tinggal menghindari peran antagonis saja sambil melihat perkembangan pemeran utama dala...