22. Helios vs Mitchell

979 149 60
                                    

Asrama bangsawan di menara sihir berubah sunyi ketika detik jam hendak menuturkan larut tengah malam. Sebelumnya, berkat ricuhnya duel di arena yang telah dimenangkan oleh Anastasius, banyak siswa di menara sihir yang mulai mengubah persepsi mereka terhadap Anastasius. Rumor tak berdasar bahwa dia merupakan orang yang mengandalkan master menara untuk memasuki menara sihir mulai lenyap setelah tahu bahwa kemampuan dan potensi Anastasius rupanya begitu luar biasa. Sehingga masuk akal saja kali ini ketika master menara menaruh perhatian kepada Anastasius.

Akibat kericuhan pasca duel tersebut, para siswa di master menara yang kelelahan langsung kembali ke asrama masing-masing setelah makan malam. Begitu pula Anastasius yang kembali ke asrama bangsawan ditemani Aatish. Karena Anastasius juga merasa kewalahan menghadapi duel yang melelahkan dan para siswa di menara sihir yang mencoba untuk membuat koneksi dengannya. Jadi, begitu dia menyentuh tempat tidur, dia langsung tertidur pulas seolah tak ada hari esok.

Sementara itu, Anastasius sendiri tidak akan tahu jika momen inilah yang mereka tunggu, yaitu momen di mana Anastasius mulai tak berdaya.

Helios dan Luciel menyelinap memasuki menara sihir dan mampu menaiki lantai dua menara sihir. Itu semua karena Luciel bukan seorang amatir dalam perihal membuntuti Anastasius. Maka dari itu, sudah menjadi tugasnya untuk mengetahui jalur mana saja yang bisa menuntun mereka ke tempat tujuan dengan ancaman seminimal mungkin.

Lorong asrama bangsawan ditata dengan mengikuti selera kelas atas, dengan pola ukir yang rumit dan klasik, pilar raksasa yang menopang atapnya dengan kokoh, tema dinding berwarna merah dan emas yang elegan, beserta dekorasi khasnya yang enak dipandang. Benar-benar menyatakan identitasnya sebagai asrama bangsawan.

Di atas karpetnya yang lembut, Helios dan Luciel berjalan dengan langkah yang halus, tanpa suara. Keduanya menyelinap, tetapi keduanya tak takut ketahuan, bahkan mereka bersikap biasa seolah lorong ini merupakan lorong di kediaman Aithne.

"Di sini ruang asrama Yang Mulia Anastasius," ujar Luciel dengan nada rendah, menunjuk sebuah pintu berpelitur cokelat dengan pola ukir klasik. Tak ada tanda nama seperti kebanyakan pintu lain yang diisi oleh marga keluarga, hanya ada pintu kosong dengan tanda nama tanpa marga.

Ash, tuturnya.

Helios tersenyum miring. "Bagus."

Keduanya bergegas menuju pintu itu, sebelum keduanya terpaku sembari tiba-tiba merasa waspada. Sebab, semilir angin menyapu keduanya di saat yang sama kala seseorang tiba-tiba muncul di hadapan mereka, tepat di depan pintu asrama Anastasius. Seolah menjaganya, menahan mereka yang ingin menyelinap masuk.

Helios menyipitkan matanya tak senang. "Mitchell," panggilnya dengan nada tajam dan dingin.

Sementara itu, Luciel sudah mengeluarkan belatinya yang berada di balik pakaiannya. Selama dia bertugas untuk membuntuti Anastasius, dia tak membawa pedang panjang yang bisa menarik perhatian, melainkan menyembunyikan belati di balik pakaiannya dengan apik.

Mitchell yang berteleportasi tepat di hadapan Helios hanya tersenyum. Sepasang netra merah di balik kelopak matanya menyipit saat ia menarik gurat bibirnya dengan begitu manis. Helai rambut emasnya beterbangan akibat sisa-sisa pengaruh sihir teleportasi. Pakaian berenda miliknya pun masih agak berkibar, sebelum terdiam.

"Tuan Duke, apa ini bisakah aku bertanya? Kunjungan tengah malam?" tanya Mitchell dengan nada tenang, padahal di balik netra kemerahannya yang menyorot manis, ada tatapan yang siap mencincang sosok di hadapannya. "Kau tahu, para siswaku sedang beristirahat dan wali sama sekali tidak diperbolehkan berkunjung kecuali memiliki surat izin."

Helios mendengus sebagai jawaban. Dia tak langsung lari selepas Mitchell menangkap basahnya, melainkan menghadapinya dengan tenang.

Helios sebenarnya tidak takut pada Mitchell. Dalam perihal kekuatan sihir, keduanya setara. Dalam perihal kekuasaan, keduanya setara. Namun, hal yang menghambat Helios adalah Kerajaan Achthoven itu sendiri, di mana jika pertempuran pecah, maka Aithne akan mengalami kemalangan, di kala menara sihir sebaliknya akan mendapatkan keuntungan.

I Transmigrated Into a Finished NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang