24. Manipulasi Mitchell

1.8K 204 31
                                    

Aku menatap Mitchell dengan tatapan sebal dan kelopak mata berkedut jengah. Seperti biasa, Mitchell tidak bisa memahami batas kekuatan yang bisa dihasilkan dari seorang penyihir amatir. Walaupun Mitchell seolah menggadang-gadangkan kekuatanku, tetapi tetap saja aku ini masih berada di taraf amatir! Untuk mengalahkan Harley saja, aku telah mempergunakan seluruh waktu, fisik, dan mental dan mencurahkan segalanya dalam pelatihan neraka Mitchell. Lantas saat ini, pelatihan penuh derita macam apa lagi yang hendak dia berikan padaku?

“Ash, mengapa kau menatapku seperti itu?” tanya Mitchell sembari terkekeh kecil seolah kami sedang berbagi candaan saat ini.

Aku makin kesal dibuatnya, tetapi tentu saja aku tidak akan mungkin langsung meledak di hadapan Mitchell dan ketiga penyihir senior itu. Bisa-bisa, karena aku memaki master menara mereka, para penyihir itu akan langsung membunuhku di tempat karena sudah bertindak lancang pada Mitchell.

Aku menarik napas, lalu menghembuskannya perlahan, berusaha untuk menenangkan diri dari gejolak amarah yang siap meluncur. “Master, apa maksudmu dengan aku yang berduel dengan ketiga penyihir senior?”

Mitchell menggedikkan bahu. “Seperti yang sudah kukatakan, berduel dengan mereka.” Mitchell menunjuk ketiga penyihir yang ada di sampingnya secara bergantian untuk memperkenalkan mereka.

Mitchell pertama-tama menunjuk seorang penyihir yang mengenakan seragam resmi penyihir, yaitu kemeja dan celana bahan yang dilapisi oleh jubah berwarna putih dan emas, dibubuhi pola bordiran klasik yang rumit di sepanjang tepi jubah, sementara di bagian dada jubah itu telah terbordir emblem serikat sihir. Penyihir yang ditunjuk Mitchell itu memiliki rambut berwarna keabuan yang mirip sepertiku dan bola mata biru, dia juga kelihatan masih muda, dan kesannya begitu ramah.

“Namanya Lonnie Linwood,” ujar Mitchell.

Penyihir itu, Lonnie, mengangguk sekilas sambil tersenyum lembut padaku.

“Lonnie menguasai sihir berelemen tumbuhan dan sihir non-elemen ilusi,” sambung Mitchell. Dia lalu menunjuk seseorang di samping Lonnie.

Pria itu juga mengenakan jubah penyihir, tetapi rambutnya berwarna hitam bergelombang disertai mata ungu yang menampilkan kesan misterius. Dia tidak tersenyum ketika Mitchell memperkenalkannya padaku, hanya menatapku dengan tatapan tanpa kesan pasti yang tak dapat terbaca.

“Penyihir ini bernama Charles Easton, pengguna sihir non-elemen kutukan.”

Selanjutnya, pria di samping Charles melambai dengan senyuman cerah saat Mitchell menunjuknya. Sama seperti pribadinya yang hangat, dia memiliki rambut cokelat ikal dan pupil hijau yang menyorot lembut.

“Dia Alistair Wilhelm, pengguna sihir berelemen tanah dan non-elemen waktu.”

Selepas memperkenalkan mereka satu-persatu, Mitchell menghampiriku dan menepuk bahuku sambil menghadap ketiga penyihir.

“Seperti yang sudah aku katakan, nama anak ini Ash, murid berbakat di menara sihir.”

Aku agak mengangguk dengan canggung pada ketiga penyihir yang menatapku intens. Sungguh, sebenarnya apa yang direncanakan Mitchell? Apa dia serius untuk menjadwalkan duelku dengan ketiga penyihir?

“Master, bukankah dia anak tingkat pertama? Apakah tidak apa-apa jika harus berduel melawan kami sekaligus?” tanya Alistair dengan tatapan khawatir. Dia menatapku seolah aku adalah benda rapuh yang mudah hancur.

Bukannya tersinggung, aku malah setuju dengan argumen Alistair, aku ini benda rapuh, Mitchell seharusnya mengerti itu!

“Dia juga kelihatan lemah,” komentar Charles.

Aku setuju! Sangat setuju!

Lonnie hanya tersenyum dan bicara, “Master, bukankah Anda agak berlebihan jika Ash harus berduel melawan kami semua sekaligus? Mungkin lebih tepatnya, Ash melawan kami satu-persatu.”

I Transmigrated Into a Finished NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang