5. Memihak

6K 841 90
                                    

Luciel membawaku menuju kediaman yang paling besar di dalam Desa Shura. Saat melihat betapa megahnya bangunan itu, kelihatan sekali ketimpangan sosial antara kaum bangsawan dan kaum rakyat jelata di sini.

Sepertinya, Duke Helios biasa menetap di Desa Shura kalau punya kediaman tersendiri seperti ini di salah satu desa wilayah pemerintahannya.

Luciel tak melepaskan cekalan tangannya padaku walau sebentar, mungkin takut aku akan kabur lagi. Lalu, aku pun dibawa masuk dengan mudah ke dalam kediaman yang dijaga oleh puluhan ksatria, bahkan ada yang patroli juga, para pelayan masih bekerja walau malam telah larut, serta suasana tak nyaman yang menguar kuat dari dalam kediaman membuat tubuhku agak merinding.

Sebenarnya, siapa Duke Helios ini?

Saat memasuki kediaman, ini lebih parah. Gelap. Nyala lentera tak ada, hanya mengandalkan cahaya bulan sabit yang sinarnya tak terlalu membantu. Karena diseret Luciel, aku harus berhati-hati supaya tak terpeleset atau terjungkal karena berjalan dalam kegelapan seperti ini.

Namanya juga kediaman bangsawan, ya, aku melihat tempat ini megah sekali, mirip dengan rumah-rumah mewah miliuner di dunia asalku. Aku dibawa naik menuju lantai dua lewat tangga spiral yang memiliki ukiran aneh tak perlu, tetapi meninggalkan kesan kuno yang elegan. Kemudian aku dibawa ke sebuah lorong berkarpet merah yang lembut, setiap lorongnya memiliki potret orang tak dikenali, hiasan atau furnitur secara berlebihan, dan tema dinding mewah khas kediaman mahal.

Lalu, tibalah saatnya ketika Luciel menghentikan langkahnya di hadapan sebuah pintu. Kegelapan dan hening mengisi, tetapi pecah kala Luciel mengetuk pintu.

“Tuan Duke, ini Luciel Morrance, saya membawa tamu untuk Anda.”

Jeda untuk sepersekian detik sebelum suara dari dalam sana menyahut, “Masuk.”

Kedua tanganku dilepas oleh Luciel dan dia menatapku dengan tatapan datarnya dan memberi kode supaya aku masuk ke dalam tanpa kabur. Luciel pun membuka pintunya, dan menungguku masuk lebih dulu.

Aku menarik napas. Oke, siapa pun orang yang ada di dalam sana masih belum jelas benar-benar berada di pihakku atau hendak menamatkan riwayatku. Namun, tak ada salahnya untuk mencoba peruntungan dan melihat orang seperti apa Duke Helios el Aithne itu.

“Sistem, aktifkan sihir teleportasi ketika aku memberi aba-aba.”

[Dimengerti, Tuan.]

Untung sistem ini bisa diajak kerja sama.

Menarik napas sekali lagi, akhirnya aku masuk. Suasananya begitu dingin, mencekam, dan seolah bernapas di dalam sana saja sudah merupakan kesalahan besar saat langkah kaki pertama ditempuh. Aku agak tercekat saat masuk, tetapi Luciel bahkan tak terpengaruhi. Atau mungkin ini hanya ilusi? Sebuah ilusi yang dihasilkan karena rasa takutku akan peruntungan yang gagal.

Lantas, aku menemukan seseorang di balik meja kerjanya, tengah menyangga dagu dengan sebelah tangan, sepasang manik hitam kelam menyorot dingin dan tajam, kemudian rambut hitamnya kelihatan berantakan dan agak ikal, serta pakaian tipis berupa kemeja yang agak ketat.

Satu yang aku tahu. Mengerikan. Duke Helios itu mengerikan!

“Sistem—“

Namun, saat kami membuat kontak mata, sepasang manik hitam Helios melebar, pupilnya gemetaran, dan dia segera berdiri dari tempat duduknya dengan tergesa.

“Hi! Sistem, sistem, aktifkan—“

“Yang Mulia?”

Jantungku rasanya seperti berhenti selama beberapa detik. Bagaimana bisa dia sudah berada di hadapanku dalam waktu yang singkat bahkan sebelum aku memberi tahu sistem untuk melakukan sihir teleportasi?

I Transmigrated Into a Finished NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang