26.Rain

209 24 1
                                    

HAPPY READING

"Apa kau sudah siap?" Tanya Suga.

Doyoung mengangguk,dia akan siap untuk kemoterapi ataupun nantinya akan operasi,tetapi dia hanya berharap jika dia nanti berhasil melalui penyakitnya maka dia harap para saudaranya akan memaafkannya.

Tetapi jika itu tidak berhasil, dia hanya harap bahwa saudaranya harus datang melihat dia dan memukul jasadnya sebelum menjadi abu.

"Aku siap,Hyung"

"Hyung,kenapa kalian tidak mencari ku....aku takut"batin Doyoung yang gelisah.

Suga bisa melihat sorot mata Doyoung yang terlihat ketakutan dan gelisah,dia pun tersenyum kearah Doyoung.
"Kau harus percaya pada dirimu"

"Bertahanlah,demi dirimu sendiri"kata Suga mencoba menyakinkan Doyoung.

Doyoung tersenyum menanggapinya,Suga benar setidaknya dia bisa bertahan demi dirinya,tetapi....

Dia sudah lelah.

Suga ingin melangkah tetapi suara Doyoung membuat dia kembali berhenti.

"Jika nanti aku mati, tolong kabari para saudaraku,Hyung."

"Dan bilang bahwa aku menyayangi mereka"sambung Doyoung dengan menunduk pandangan nya.

"Kau itu akan sembuh, Doyoung.kamu mau para saudara mu sedih akan kehilangan mu"Suga berucap dengan menahan air matanya.

"Mereka tidak akan sedih,karena ini yang mereka tunggu,Hyung."Doyoung berucap dengan nada pelan.

"Jangan mengatakan hal yang tidak baik, sebaiknya kamu siapkan dirimu tinggal 1 jam lagi"ucap Suga kemudian melangkahkan kakinya pergi dan tidak sanggup mendengar ucapan Doyoung lagi.

Doyoung yang di tinggal hanya terdiam sambil memikirkan apakah dia akan bisa dengan ini.

"1 jam lagi ya"kata Doyoung dengan tawa yang hampar.

Disisi lain,Suga sedang memeriksa keadaan pasien lainnya. Suga melihat bahwa pasien nya itu seorang yang baru saja di sekap oleh seorang penjahat yang akan melukai dirinya.

"Bagiamana,apa kau masih merasakan sakit lagi?"tanya Suga terhadap pria itu.

Pria itu melihat ke arah Suga dan menggelengkan kepalanya,"terimakasih,dok."

"Nama TAKATA MASHIHO,nama anda bangus. Kau orang jepang ya?"Suga bertanya sambil sibuk membereskan alat-alatnya.

Mashiho berusaha duduk lalu, mengangguk sambil berdehem benar.
"Baiklah,luka yang berada di lenganmu hanya luka luar itu tidak akan lama.aku akan menuliskan resep obatnya"

Mashiho Menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Setelah Suga mau selesai menulisnya Dia memberikan kertas resep obat itu kepada Mashiho.

Mashiho menerimanya dengan senang hati lalu tersenyum ke arah surga, tidak lama seorang perawat wanita memasuki ruangan Mashiho, dengan mencoba mengatur nafasnya.

Perawat itu terlihat ngos-ngosan karena baru saja berlari ke ruangan ini.

"Dokter Min, kamar 217 huhh... Cepat!"kata perawat wanita itu dengan panik.

Dokter Min mendengar itu langsung berlari menuju kamar 217 diikuti dengan wanita itu. Sebelum perawat wanita itu keluar dari ruangan Mashiho, dia mencegah perawat wanita itu keluar lalu bertanya,"Apa yang terjadi?"

Perawat wanita itu menatap ke arah Mashiho, halo membuang nafasnya kasar.

"Kamar 217..."

Dear Doy

Dear Doy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang