Bab 13

266 21 0
                                    

Ahyeon POV.

"Gue pacarnya ahyeon." jawab manu sambil tersenyum manis. Senyuman yang masih sama seperti dulu.

Oke. Namanya adalah Manu Anthanius. Kami berpacaran setahun yang lalu dan lost contact ketika dia pindah ke Jepang.  Awalnya aku merasa begitu senang bisa berpacaran dengannya tapi kebahagiaan yang kurasakan hanya berlangsung sementara.

Selama kami berpacaran dia tidak pernah menghianatiku, meski banyak yang berusaha mendekatinya dan bersedia melemparkan tubuh mereka kepadanya. Dia tidak pernah menghianatiku karena dia mencintaiku.

Alangkah bahagianya aku sekarang saat mengetahui dia tidak melupakanku. Dia masih mengingatku, pacarnya.

Sebenarnya aku sangat merasa bersalah kepadanya karena secara tidak langsung aku telah menghianati cinta kami dengan membuka hati untuk pria lain. Tapi, di sini bukan sepenuhnya salahku. Dia yang salah.

Tidak pernah menghubungiku. Maaf saja, aku adalah tipe perempuan yang butuh kepastian. Aku tidak mau menunggu dalam ketidakpastian.

"Kalau kau pacarnya, sekarang juga kalian putus. Ahyeon adalah calon istriku." kata chiqi dingin.

Aku harap chiqi tidak marah kepadaku karena menyembunyikan hal ini darinya. Biar bagaimana pun, ini salahku karena tidak memberitahukannya masa laluku. Eh, tidak juga sih. Dia kan gak nanya?!

"Calon istri?" Manu menatapku dengan tatapan menuntut. Raut wajahnya yang awalnya ceria berubah menjadi serius.

Ah, aku bingung menghadapi situasi seperti ini. Apa yang harus aku katakan? Aku tidak mau menyakiti manu karena dia pria baik tapi aku juga tidak bisa menyakiti chiqi karena hatiku telah memilihnya. Bagaimana caraku mengungkapkannya?

"Jelaskan, ahyeon." pintanya dengan raut wajah yang datar.

Aku semakin menatapnya dengan tatapan bersalah.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan! Dia calonku jadi jangan menganggunya lagi." tegas chiqi.

Wajah manu kembali tenang.

"Baru calon suami, kan?? Berarti kita masih sederajat. Gue masih punya kesempatan buat ngerebut ahyeon dari lo."

Manu, jangan pancing kemarahan chiqi. Aku tidak mau kamu terluka. Selama tinggal beberapa bulan ini dengan chiqi, aku menjadi mengetahui tabiat pria yang satu itu.

"Aku peringatkan kepadamu. Jangan pernah mendekati ahyeon ku lagi!" bentak chiqi marah.

"Kalau lo lupa, dia masih pacar gue." balas manu santai tanpa memedulikan ekspresi chiqi yang seperti hendak memakan mangsanya.

Aku menghela nafas.

"Kalian sudah tidak punya hubungan apa pun lagi mulai detik ini juga."

"Emang lo siapa? Ahyeon aja gak mutusin gue."

"Oh jadi gitu. Ahyeon, putusin dia sekarang juga!"

Aneh rasanya chiqi memanggil namaku langsung. Biasanya dia memanggilku sayang.

"Katakan, ahyeon!"

"Kamu masih cinta sama aku kan, Yeon?"

Aku semakin bingung.

"Asal kamu tahu Yeon, hatiku masih untuk kamu sampai sekarang." lirihnya.

"Tapi kenapa kamu tidak pernah menghubungiku?!"

"Saat di Jepang, aku mengalami kecelakaan. Handphoneku rusak, Yeon."

Jadi selama ini manu tidak menghubungiku karena itu. Astaga! Aku salah sudah berpikiran negatif padanya.

"Kamu masih mencintaiku kan, Yeon? Jawab aku,Yeon." Dia meraih tanganku dan mengenggamnya erat.

Namun hal itu tak bertahan lama karena chiqi segera menarikku berdiri di belakangnya dan memukul pipi manu.

"Manuu!!" pekikku kaget melihat sudut bibir pria itu terluka.

Aku ingin mendekatinya tapi chiqi lebih dulu menahanku dan mencengkram tanganku erat. Sakit.

"PUTUSIN DIA SEKARANG!" bentaknya.

Hatiku semakin sakit mendengar bentakannya. Baru kali ini dia membentakku. Kemana chiqi ku yang manis? Hiks.

"Jangan pernah membentak ahyeon gue, sialan!"

Manu menarikku ke dalam dekapannya. Mengelus puncak kepalaku dan yeah, aku merasakan kenyamanan di dalam pelukannya. Aku refleks membalas pelukannya yang sangat kurindukan.

"SHIT!"

Chiqi kembali menarikku dengan kasar. Lenganku terasa sangat sakit. Lebih sakit lagi saat melihatnya memukuli manu dengan brutal. Air mataku memberontak, ingin keluar melihat manu dipukuli oleh chiqi.

Aku tahu manu tidak akan bisa melawan chiqi karena chiqi bukan lah manusia biasa. Dia vampir. Dia lebih kuat dari manusia.

"STOPP! JANGAN SAKITI MANU LAGI!" teriakku setelah mengumpulkan keberanianku.

Mereka menatapku bersamaan. Aku berlari ke arah manu dan memeriksa lukanya. Dia terluka parah. Hatiku sakit melihat wajahnya yang terluka parah.

"Sttt... Jangan menangis lagi. Aku tidak suka melihat ahyeon ku menangis."

Aku semakin menangis keras mendengar ucapannya. Di saat sedang kesakitan sekali pun dia tetap memberikan senyuman manisnya kepadaku. Dia masih manu yang sama dengan manu setahun yang lalu.

"AHYEON! MENJAUH DARINYA!"

Aku menatap chiqi marah dan menggeleng tegas.

"Aku tidak mau!"

"ARGHHH! MENJAUH KUBILANG!"

Dengan. tidak berperasaan dia menarik tanganku kuat dan kembali memukuli manu.

"Sudah..." lirihku. Aku tidak ingin orang yang kusayangi semakin terluka parah.

"Ingat! Kalian bukan sepasang kekasih lagi mulai sekarang! Kalau kau masih mendekati calon istriku, akan kubunuh kau dengan tanganku sendiri."

Aku terpekik kaget kala chiqi menendang tubuh tak berdaya manu.

Chiqi menatapku dengan tatapan dingin dan menyeretku ke luar cafe. Pasti setelah ini akan ada video yang beredar. Ah, semoga saja tidak ada. Aku tidak ingin masalah ini semakin runyam. Dia mendorongku kasar ke dalam mobil.

Kenapa di saat seperti ini aku menjadi perempuan yang lemah? Hiks. Aku tidak berdaya melawannya. Aku tidak ingin membuat chiqi semakin marah. Aku harap, Rora dan asa membereskan kekacauan yang terjadi serta membawa Athan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Semoga saja dia tidak kenapa-napa. Chiqi masuk ke dalam mobil dan menutup pintu dengan kasar hingga aku terlonjak. Tanpa berbasa-basi lagi dia segera melajukan mobilnya dengan ugal-ugalan.

Aku tidak berani mengajaknya bicara hingga aku hanya menunduk dan berharap amarah chiqi segera reda. Mobil berhenti di depan kerajaan. Lagi-lagi dia menyeretku ke dalam kerajaan dengan ekspresi dinginnya. Dapat kulihat, para pelayan menatap kami dengan tatapan penasaran.

Aku semakin menunduk jadinya.
Chiqi membuka pintu kamar dan mendorongku ke dalam. Dia tega sekali mendorongku. Tak hanya itu, ia juga mengunciku.

"Chiqi, buka!!"

Aku menggedor-gedor pintu dengan kencang. Berharap dia mau membukakannya. Lelah dengan segalanya, aku menghempaskan tubuhku ke atas tempat tidur. Aku berusaha menenangkan diriku sendiri.

The vampire prince and his soul mate(BXG)(Chiyeon) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang