Aku mengerang kesal menjadi cewek lemah karena chiqi. Ini bukan diriku sama sekali. Huh.
Chiqi! Tega sekali dia mengunciku di dalam kamar yang sunyi ini. Jika dia tidak mengunciku aku akan mencari keberadaannya dan memukulinya sekarang juga.
Tidak peduli dia akan semakin marah atau tidak. Kutatap pergelengan tanganku yang memar dengan miris. Lihat lah, baru kali ini ia menyakiti fisikku. Dia menyakitiku karena terlalu cemburu. Padahal aku mencintainya.
Perasaanku pada manu hanya sekedar perasaan sayang dan bersalah. Perasaan sayang karena aku menganggap dia sebagai sahabatku sendiri dan bersalah karena aku tidak bisa menepati janji yang telah kami buat dulu.
Entah sejak kapan aku mencintai chiqi, aku tidak tahu persis. Perasaan ini muncul dengan sendirinya. Hatiku sakit dan kecewa dengan perlakuannya tadi tapi aku berusaha mengerti dirinya. Dia cemburu dan aku berusaha
memakluminya.Dia takut aku di rebut dan aku berusaha memahaminya. Siapa yang tidak akan cemburu jika orang yang dicintainya ternyata mempunyai pacar dan pacarnya meminta kembali kepadanya. Jika aku berada di posisi chiqi, aku juga akan marah.
Pasti aku akan merasa dipermainkan. Atau mungkin saja aku akan langsung pergi begitu saja tanpa mendengar penjelasannya karena terlanjur sakit hati. Ah, sudah lah. Lebih baik aku mengobati luka di pergelangan tanganku menggunakan kekuatanku.
Ah iya, manu! Aku juga harus mengobatinya. Aku tidak mau dia kesakitan. Apakah chiqi tidak akan tahu kalau aku pergi ke rumah sakit? Bagaimana kalau beberapa menit kemudian dia masuk ke sini? Semuanya akan hancur begitu saja.
Pria itu pasti akan semakin marah dan rahasiaku akan terbongkar. Namun, jika aku tidak menyelamatkan manu. Dia akan tetap kesakitan. Dia kan tidak suka rumah sakit. Ah, bodo amat. Jika chiqi tahu, aku akan mengurusnya belakangan saja.Yang terpenting manu sehat.
Menghubungi Rora. "Ra, manu di rawat dimana?" tanyaku sewaktu panggilanku langsung diangkatnya.
"Bagaimana kondisinya?"
"Oke. Gue tutup dulu."
Berusaha berkonsentrasi dan menggunakan kekuatan teleportasiku. Tujuanku adalah rumah sakit. Bagaimana pun caranya aku akan menyembuhkan manu.
Aku langsung sampai di ruang manu di rawat. Aku memilih langsung sampai di sini karena Rora mengatakan jika manu masih dibawah pengaruh obat bius. Karena kebrutalan chiqi tulang rusuk manu patah, tangan kanannya patah, wajahnya terluka, dan kakinya retak.
Kasihan sekali manu. Aku menjadi tidak tega melihatnya babak belur. Aku hendak mengusap pipinya tapi mengurungkan niat. Takut dia terbangun. Mulai menyembuhkan manu dengan kekuatanku.
Kusentuh kepalanya dan membacakan mantra penyembuh. Prosesnya lumayan lama karena manu terluka parah. Tubuhku melemas sesudah mengobatinya. Mungkin aku mengeluarkan tenaga lebih banyak untuk mengobatinya.
Dengan segera aku kembali ke istana. Takut-takut chiqi kembali ke dalam kamar. Setibanya di kamar aku langsung menghempaskan tubuhku ke atas tempat tidur. Aku lelah. Aku mengantuk. Aku ingin istirahat untuk sejenak.
"Maafkan perlakuan kasarku, sayang. Aku hanya takut kehilanganmu."
Sayup-sayup, aku dapat mendengar ucapan Chiqi. Ingin membuka mata namun mataku seperti diberi lem. Sulit sekali untuk dibuka.
Tubuhku menghangat saat dia memeluk tubuhku dengan erat. Wajahnya ia sembunyikan di ceruk leherku. Sesekali ia mengecupinya.
"Jangan pernah tinggalkan aku!" bisiknya lirih.
Tidak akan chiqi! Aku mencintaimu. Bagaimana mungkin aku akan meninggalkanmu?!batin ku
"Kalau pun kamu berniat meninggalkanku. Aku tidak
akan pernah melepaskanmu. Kamu hanya milikku, sayang.""Dasar chiqi"
Di dalam pelukannya, aku mencari kenyamanan di dada bidangnya.
Kueratkan pelukanku pada guling besarku. Sangat empuk. Aku suka. Aku tidak berniat membuka mata sekali karena terlalu nyaman.
Namun ku urungkan niatku saat merasakan hembusan nafas di wajahku. Cepat-cepat aku membuka mataku. Wajah tampan chiqi langsung tertangkap di penglihatanku.
Mengerjap beberapa kali untuk menyadarkan diriku, apakah mimpi atau tidaknya. Sayangnya, bukan mimpi. Guling empukku ternyata chiqi. Kutatap wajah polosnya saat memejamkan mata.
Sialnya dia tetap terlihat tampan. Bibirnya yang sexy terbuka sedikit. Baru kusadari, bulu matanya agak lentik. Alisnya tebal dan rapi. Betapa sempurnanya dia.
=====
Berusaha melepaskan tanganku pelan-pelan dari pinggangnya. Setelah itu, melepaskan pelukannya dariku. Bukannya terlepas, dia malah mengeratkan pelukannya.
Shit! Apakah dia sudah bangun? Dengan perlahan, aku kembali berusaha melepaskan tangannya dari pinggangku. Bukannya berhasil, dia malah menarikku ke dalam dekapan hangatnya.
"Lepass!"
"Diam, aku masih ingin memelukmu seperti ini, sayang."
Aku terdiam mendengar lirihannya. Chiqi ku sudah kembali. Dia tidak lagi berbicara dengan nada dingin kepadaku.
"Kita harus ke sekolah." ujarku seraya mengelus rambut lebatnya.
"Ckkk" Chiqi berdecak dan membuka matanya.
"Lepaskan aku."
Chiqi menggeleng seraya mencuri kecupan di bibirku.
"Maafkan aku atas kejadian yang kemarin, sayang. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku hanya dilanda emosi." katanya dengan raut wajah yang sangat bersalah.
Tanpa meminta maaf pun, kamu sudah kumaafkan chiqi.
"Lupakan saja. Sekarang kita harus bersiap-siap. Aku tidak ingin bolos lagi hehe."
"Bolos sehari tidak akan membuatmu bodoh, sayang."
"Aku tahu. Tapi aku rindu sekolah." kekehku.
"Duh, gemesnya." Dia mencium pipiku bertubi-tubi
hingga aku tertawa kecil dan menutup bibirnya dengan tanganku agar dia tidak bisa melanjutkan aksinya.
"Chiqi." panggilku dengan nada serius.
"Apa, sayang?"
Aku mengambil nafas panjang. "Aku hanya ingin bilang. Jangan menyakiti manu lagi." kataku hati-hati.
Wajah bahagianya tadi seketika berganti dengan wajah datar dan dingin.
"Kamu mencintainya hah?" Aku tertunduk. Tak berani menatap mata tajam chiqi.
"Jawab aku, ahyeon."
Aku menggeleng lemah. Menguatkan diriku sendiri, aku mengadah, menatap wajah dinginnya.
"Dengarkan dan jangan potong ucapanku." lirihku. Setelah dia mengangguk baru lah aku melanjutkan ucapanku.
"Percaya lah. Aku tidak mencintainya lagi karena ada seseorang yang telah menggantikan posisinya di hatiku. Yeah, walaupun orang itu menyebalkan dan suka sekali membuatku kesal."
"Aku tidak tahu semenjak kapan aku mencintainya. Yang aku tahu, jantungku sering berdetak tidak normal jika berada di dekatnya."
"Perasaanku ke manu sekarang hanya sekedar perasaan sayang kepada sahabat. Sebenarnya aku merasa jahat dan bersalah kepada manu, karena sudah menghianati janji kami tapi aku tidak bisa memutuskan kepada siapa aku jatuh hati."
"Aku mencintaimu, Jacob Chiqita Magro,"
Akhirnya aku merasa lega setelah mengungkapkan isi hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The vampire prince and his soul mate(BXG)(Chiyeon) END
Vampiri300 tahun yang lalu terjadi lah pertempuran sengit antara bangsa Vampire dan bangsa Werewolf. "Kamu adalah mateku." "APA" "Kamu adalah mateku. Pasangan yang telah ditentukan oleh tuhan. You are my mate." "Ini gk bisa dipercaya" "Terserah kamu saja...