Selama sebulan ini, ahyeon dan genk Rika terlibat perang dingin. Setiap kali dia lewat di sana maka genk Rika akan berbisik-bisik seraya menatapnya sinis. Dia sih masa bodo saja karena tidak guna menanggapi sampah seperti mereka.
Pernah dulu mereka mengeroyok ahyeon seperti di rooftop waktu itu. Akan tetapi mereka ketahuan oleh pihak sekolah. Pihak sekolah mengancam akan mengeluarkan mereka jika kedapatan lagi. Tentu saja mereka tidak berani bermain fisik lagi dengan ahyeon. Segala jenis ujian akan mereka hadapi beberapa bulan lagi.
_
_Hari ini kelas ahyeon olahraga. Materi pelajarannya adalah basket. Permainan yang sangat tidak disukai gadis cantik itu.
Sewaktu para cowok bermain, ahyeon dan kumpulan cewek lainnya menyemangati jagoan mereka masing-masing dari pinggir lapangan. Tidak hanya siswi di kelasnya yang
menyemangati mereka tapi juga siswi kelas lain. Mereka rela membolos hanya untuk melihat para cogan kelas ahyeon bermain."YEEYYYYY!!! KELOMPOK CHIQI MENANG!!" sorak siswi kelas ahyeon heboh. Gisel.
"Sekarang giliran anak cewek!" Para cewek maju dengan malas-malasan. Mereka lebih suka menonton daripada bermain. Tapi demi nilai, mereka terpaksa bermain. Permainan di mulai. Dimana bola melambung, ke situ lah para cewek menggerumun.
Para cewek lebih banyak berteriak daripada bermainnya. Bahkan lapangan dipenuhi oleh teriakan mereka. Permainan dimenangkan oleh kelompok gisel.
Ahyeon yang menjadi kelompok kalah hanya mengendikkan bahunya acuh dan duduk di tengah lapangan basket karena merasa sangat kelelahan. Beberapa siswi juga mengikuti tindakannya.
Bahkan ada di antaranya yang langsung merebahkan tubuhnya. Ahyeon memejamkan matanya seraya mengipasi wajahnya dengan telapak tangan. Sedikit membantu lah. Ia tersentak kaget ketika sebuah benda dingin menempel di pipinya. Refleks ia membuka matanya dan menatap si pelaku.
"Chiqi?!"
"Hehe. Nih minum dulu."
Dengan sweetnya, chiqi membukakan tutup botol minumannya sebelummenyodorkan minuman tersebut ke ahyeon.
"Makasih." Ahyeon langsung meneguk airnya dengan tergesa-gesa akibat terlampau haus. Para jomblo hanya bisa menatap aksi keduanya dengan tatapan iri.
_
_"Guyss, kalung guee ilangggg!!" teriak gisel heboh.
"Serius lo?!"
"Coba cari lagi, siapa tau nyelip di dalam buku-buku lo."
"Gak ada. Udah gue cari."
"Pasti ada yang curi kalung lo nih."
"Gawat! Kelas kita punyai maling!"
"Geledah aja langsung biar pelakunya ketemu."
"Eh, ada apaan nih?" tanya ahyeon yang baru saja datang bersama Rora dari kantin.
"Kalung si gisel ilang tuh."
Mulut ahyeon terbuka, hendak mengatakan sesuatu akan tetapi terpotong oleh kedatangan guru.
"Ada apa nih ribut- ribut?" tanya guru tersebut.
"Kalung gisel ilang, bu."
"Udah diperiksa tasnya, sel?"
"Udah, bu. Tapi gak ketemu-ketemu. Padahal gisel baru beli kalung itu kemarin."
Bu Rita duduk di kursi guru. Dia juga menyuruh anak muridnya duduk di kursi masing-masing.
"Kenapa kalung kamu bisa hilang? Ceritakan ke ibu detailnya, gisel."
Gisel mengambil nafas dalam-dalam.
"Tadi kami olahraga, bu. Gisel taroh kalung gisel di dalam tas. Takut hilang nanti pas olahraga. Eh, tau-taunya pas selesai olahraga kalung gisel ilang, bu!"
"Berarti ada kemungkinan orang mencuri kalungmu." Bu Rita bertopang dagu, menatap seluruh anak didiknya dengan intens.
"Siapa di antara kalian yang terakhir kali di dalam kelas?"
"Jangan jangan luh ya yeon" Tuduh gisel
"Gk usah fitnah ya sel"
"Apa kamu yang mencuri kalung gisel?"
Pertanyaan frontal Bu Rita membuat ahyeon membulatkan matanya.
Kesal, tidak terima ditanya seperti itu."Ya elah, bu. Mana ada maling mau ngaku." celetuk salah seorang siswi.
Ahyeon menatap sinis teman sekelas perempuannya.
"Eh, jadi maksud lo gue maling gitu?"
Siswi tersebut mengendikkan bahunya acuh.
"Tidak baik nuduh sembarangan, bu. Lebih baik kita periksa semua kelas ini." celetuk Rora.
"Ah, kamu benar juga." Bu Rita menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Sekarang kalian semua berdiri lah. Gisel kamu bantu ibu menggeledah tas mereka."
Gisel mengangguk. Mereka mulai melaksanakan tugas. Satu persatu meja dan tas seisi kelas digeledah. Hingga hanya tertinggal meja ahyeon dan Rora yang belum digeledah.
Meja Rora lebih dulu digeledah. Setelah selesai digeledah, berpindah ke meja ahyeon. Semua orang di dalam kelas tegang karena hanya meja ahyeon yang belum diperiksa. Berbagai spekulasi buruk bergentayangan di otak mereka.
"Gak ada, bu." kata gisel lesu.
"Mungkin anak kelas lain yang ngambil." celetuk ahyeon.
"Bisa aja sih."
"Makanya lain kali kamu jangan membawa barang- barang berharga ke sekolah, gisel." omel Bu Rita.
"Bu, coba deh liat di dalam alas meja Rora. Ada barang yang terlihat berkilau."
seru seorang siswa yang tidak sengaja melihat di bawah alas meja gadis itu. Bu Rita langsung saja memeriksanya. Mereka menarik lepas alas meja Rora. Mereka tercengang. Sebuah kalung cantik terdapat di sana.Rora sendiri geleng-geleng kepala dengan wajah yang pucat.
"Bukan aku yang meletakkannya di sini, bu." gagapnya takut.
"Ibu gak nyangka sama kamu, ra." ujar Bu Rita kecewa.
"Eh, lo! Gue gak nyangka lo itu pencuri!! Kenapa lo curi kalung gue hah?!" sembur gisel marah.
Ahyeon sendiri menggeram marah mendapati Rora dituduh. Mana mungkin sahabat yang dikenalnya sangat baik mencuri. Rora adalah gadis yang kaya raya. Pasti ada yang melakukan ini dengan sengaja. Mungkin, target orang itu bukan Rora tapi dirinya.
Hari ini dia dan Rora berpindah duduk, tas mereka juga couple. Ya, pasti karena itu! Siapa yang tega menjebaknya?
"HUUUU!! DASAR PENCURII!!"
"CANTIK-CANTIK KOK PENCURI!"
Dari luar kelas, ada seorang siswi yang mengetatkan rahangnya kesal. Dia salah target. Padahal tadinya dia ingin menjebak ahyeon agar gadis itu dibenci oleh anak-anak kelasnya.
"Sialan! Gue malah salah target." gerutunya dan berlalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The vampire prince and his soul mate(BXG)(Chiyeon) END
Vampire300 tahun yang lalu terjadi lah pertempuran sengit antara bangsa Vampire dan bangsa Werewolf. "Kamu adalah mateku." "APA" "Kamu adalah mateku. Pasangan yang telah ditentukan oleh tuhan. You are my mate." "Ini gk bisa dipercaya" "Terserah kamu saja...