[ 24 ] 💖

9.3K 847 126
                                    

Agasta menatap nyalang pria tua yang duduk santai di sebrangnya. tangannya tengah memegang cerutu, bibirnya terlihat mengulas senyum menjengkelkan bagi Agasta yang melihatnya.

"santailah, tatapanmu seakan ingin melahap Ayahmu ini hidup hidup" ujar Ricard yang memang benar adanya, Agasta terlihat seperti predator yang menemukan mangsanya dengan aura dinginnya di senggol sedikit saja sudah pasti apa yang akan terjadi.

"Dimana putriku bajingan?!" ucapnya dengan tangan mengepal.

Mereka tengah berada di ruangan utama Ricard atau bisa di sebut ruang keluarga yang selalu Ricard tempati bersama mendiang istrinya.

"Aku tidak punya kesabaran seluas samudra pria tua! Dimana adikku? "Alaska berdiri dari duduknya dengan amarah sudah cukup kehidupannya selalu di setir sekarang ia ingin hidup dengan ke inginannya sendiri tanpa di atur oleh kakeknya. Dulu ia selalu menuruti apa yang pria tua itu ucap karena Alaska menghormatinya. Tapi setelah apa yang terjadi kemarin saat Ricard mengambil keputusan mengenai adiknya yang akan di adopsi tanpa sepengetahuan mereka membuatnya kecewa dan juga marah di satu waktu.

Aidan, Xander keduanya menyetujui ucapan Alaska, meskipun cukup terkejut dengan Abang pertamanya baru perta kali mereka melihat Alaska mengumpat pada kakeknya dan untuk pertama kali juga memberontak.

Ricard tidak terkejut dengan apa yang di ucapkan Alaska ia mengerti cucunya sedang marah padanya. Pria tua itu menghelanafas sejenak" Tidur, adikmu tidur di kamar kakek. Maka dari itu kakek mengabari Ayahmu jangan ada keributan" ujarnya.

"Maafkan kakek, Maafkan Ayah Agasta. Tindakanku kali ini salah dalam mengambil keputusan"Ricard menatap putranya dengan penyesalan terlihat jelas pada wajah pria paruh baya itu."keputasanku kali ini membuat kalian semua kecewa, Ayah salah Agasta, kakek salah Alaska, Xander, Aidan. Bagaimana bisa----- aku menukar seorang malaikat kecil dengan sesuatu yang bahkan tidak berguna sama sekali. Kekuasaan membuatku buta bahwa semua tidak bisa di ukur dengan uang. Ayah menyesal. Maafkan Ayah"lirih Ricard.

Terlintas bayangan wajah imut cucunya, tawa manis, tatapan polosnya dan setiap kata yang keluar dari bibir kecilnya membuat Hati Ricard bergetar.

Tidak ada anak pembawa sial di dunia ini, istilah itu hanya di gunakan bagi mereka yang tidak menerima takdir atas kehilangan seseorang, rasa amarah dan benci terhadap apa yang terjadi, Mereka lampiaskan pada sesosok bayi yang bahkan tidak mengerti apapun.

Ikhlas menerima takdir seharusnya dulu yang mereka lakukan. Bukan malah kebencian.

Pemikirannya terbuka ketika memandang wajah imut cucunya yang tertidur begitu pulas nampak begitu damai di balik perasaanya itu ia juga di kejutkan dengan bekas luka di tangan Anya yang tidak sengaja tersingkap saat ia mengecup tangan gempalnya itu dengan gemas.

Sudah tidak di anggap keberadaanya, kekerasan dari keluarganyapun ia dapatkan. pikir Ricard padahal luka itu muncul dengan sendirinya. Sebagai kakek yang seharusnya melimpahkan kasih sayang dan juga mengambil alih kesedihan cucunya justru yang mereka lakukan malah menambah luka atas sikapnya selama ini yang acuh dan abai.

"Aku ingin melihat putriku, bawa aku kesana" ujar Agasta hatinya masih merasakan sakit atas tindakkan Ayahnya itu.

Alaska mulai tenang begitupun dengan kedua adiknya mengetahui kesayangan mereka baik baik saja. Bagi mereka membutuhkan waktu untuk memaafkan Ricard tidak semudah itu.

Ricard yang mengerti akan situasi lebih memilih mengalah" di kamarku princess masih tidur"

~000~

Kau sudah gila, perjajian denganku tidak bisa kau langgar, Batas waktu sebentar lagi habis.

Family Possessive [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang