Pada malam harinya, di kamar Yeosang, ketegangan kembali muncul. Yeosang duduk di tempat tidurnya, memeluk bantal, sementara Jongho berdiri di depan meja, menatap ke arah jendela.
"Kita tidak bisa terus begini, Yeosang," kata Jongho dengan suara putus asa. "Aku merasa kita semakin jauh."
Yeosang mengangguk, tetapi tetap memeluk bantalnya erat-erat. "Aku tahu. Tapi aku tidak tahu bagaimana lagi caranya untuk mendekatkan kita. Aku sudah lelah."
Jongho mendekati Yeosang, berlutut di depannya. "Aku minta maaf, Yeosang. Aku tahu aku belum melakukan cukup untuk membuatmu merasa penting. Tapi aku ingin memperbaikinya."
Yeosang tiba-tiba meledak, suaranya meninggi. "Minta maaf? Itu kata-kata yang terus kamu ucapkan berulang kali, tapi kamu terus mengulangnya lagi dengan hal yang sama! Kau bahkan tidak ingat ulang tahunku kemarin! Aku tidak berpikir bahwa kamu juga melupakan hal itu." Air matanya mulai mengalir, dan dia menggigit bibirnya untuk menahan isak.
Jongho tampak terguncang, mencoba menjawab dengan tenang. "Aku benar-benar menyesal, Yeosang. Aku tidak bermaksud melupakan. Aku hanya terlalu sibuk dan..."
Yeosang berdiri, wajahnya memerah karena emosi. "Aku lelah, Jongho! Aku merasa dalam hubungan ini hanya aku yang memiliki cinta. Hanya aku yang berjuang untuk kita. Kamu selalu sibuk dengan hal lain dan aku merasa aku selalu di urutan terakhir bagimu!"
Jongho mengangkat tangan, mencoba menenangkan Yeosang. "Yeosang, tolong. Aku juga mencintaimu. Aku hanya... aku kesulitan menjabarkan perasaanku. Aku tidak tahu bagaimana menunjukkan cinta seperti yang kamu butuhkan."
Yeosang menghela napas, mencoba menahan air matanya. "Aku hanya butuh tahu bahwa kamu peduli, Jongho. Aku butuh merasa bahwa aku tidak berjuang sendirian dalam hubungan ini."
Jongho mengangguk, merasa sedih melihat Yeosang begitu lelah. "Aku akan mencoba lebih keras, Yeosang. Aku tidak ingin kehilanganmu."
Di tengah malam yang tenang itu, mereka berdua sadar bahwa hubungan mereka membutuhkan lebih dari sekadar kata-kata.
Jongho memandang Yeosang dengan ekspresi penuh penyesalan di wajahnya.
"Maafkan aku, Sayang..." ucap Jongho dengan suara lembut.
"Aku benar-benar tidak bermaksud melukaimu atau membuatmu merasa tidak dihargai."
Yeosang mengangguk perlahan, bibirnya masih sedikit gemetar. "Aku tahu kamu mencoba, Jongho. Tapi kadang aku merasa begitu sendirian, terlalu banyak yang harus aku tanggung sendiri."
Jongho menarik napas dalam-dalam. "Aku berjanji akan berubah, Yeosang. Aku akan lebih memperhatikanmu, lebih peka terhadap perasaanmu. Aku tidak ingin kamu merasa seperti itu lagi."
Mereka saling berpandangan sejenak, membiarkan kata-kata mereka saling meresap. Yeosang akhirnya tersenyum kecil, meskipun masih terlihat ragu. "Aku percaya padamu, Jongho. Tapi kita harus bekerja sama, bukan hanya aku atau kamu sendiri."
Jongho mengangguk mantap. "Kita akan melakukannya bersama-sama, Yeosang. Aku janji."
Mereka berdua kemudian duduk berdekatan di atas tempat tidur dan membagi kehangatan, dengan saling memeluk satu sama lain.
Menikmati kehangatan dan ketenangan malam itu. Dalam keheningan yang mereka bagi, mereka berdua merasakan bahwa meskipun ada ketegangan dan kesulitan, cinta dan komitmen mereka masih kuat.
Pada akhirnya, mereka menyadari bahwa setiap hubungan membutuhkan waktu, komunikasi, dan komitmen untuk tumbuh dan berkembang.
❄
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic School Academy [ Ateez BxB ] ✓
ФэнтезиMenceritakan tentang delapan murid yang bersekolah di sekolah sihir. BXB ATEEZ!! Main Pair JoongHwa! Dom! Hj, sn, mg, jh Sub! Sh, wy, yh, ys WARNING! Gay story! - mature🔞 - missgendering - bahasa baku - mengandung unsur kekerasan karya ini adalah h...