27. Azri

2K 276 10
                                    

Azri melangkah kakinya kembali masuk ke dalam kamar, ia tak jadi mengambil air karena haus, tatapan itu kosong, Azri mengusap air matanya yang jatuh, entah kenapa ia merasakan cemburu melihat interaksi antara Jef dan Aciel.

Dari ketujuh putra Jef mungkin Azri salah satu anak yang tak pernah terlihat, ia anak yang jarang di khawatirkan, ia anak yang jarang dibanggakan.

Dulu kamar yang sekarang ditempati Aciel itu sebenarnya kamar miliknya, tapi karena Aciel datang ke sini, Jef meminta Azri tidur sekamar dengan Ansel sama seperti Arkata dan Arkana yang tidur sekamar.

Azri merasa kesal dengan dirinya sendiri, ia bukan anak yang nakal seperti saudaranya yang lain, Azri termasuk anak yang paling menurut, ia tak pernah membantah, lebih banyak menghabisi waktu dirumah dari pada diluar, ia melakukan itu bukan tanpa alasan, dirinya tak ingin menambah kekhawatiran sang ibu jika saudaranya yang lain berada diluar rumah.

Azri hanya takut kedatangan Aciel semakin membuat dirinya tak terlihat, sebelum kedatangan Aciel saja dirinya sudah tak terlihat apalagi sekarang, Azri tahu Jef sangat menyayangi Aciel dari apa pun.

'Enak ya jadi kalian, nggak kayak aku'

'Apa aku pantas buat cemburu?'

Semalam Azri tak kembali tidur, ia habiskan waktunya melamun dan menangis, bahkan ketika pagi menyambut Azri tetap tak beranjak dari tempat tidurnya, Ansel sudah membuka matanya dan meregangkan ototnya dan menatap Azri heran.

"Kenapa?" Tanya Ansel membaringkan tubuhnya dikasur milik Azri, mereka berdua memang tidur sekamar, Ansel tak bisa tidur jika harus berjauhan dengan Azri, dulu saja Ansel lebih sering menginap dikamar Azri dibanding kamarnya sendiri.

Azri menoleh kearah Ansel sekilas, lalu ia lebih memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi, Ansel mengernyit, ia tahu jika Azri sedang menyembunyikan sesuatu.

"Kenapa sih?" Monolognya heran, perasaan sebelum tidur anak itu begitu ceria, ia cerita dengan Ansel jika ia merasakan bahagia karena Jef sudah berubah, ayahnya tak lagi kasar semenjak kedatangan Aciel.

Lama Ansel terdiam menunggu Azri yang sedang mandi sampai pintu itu terbuka, Ansel langsung berlari kecil menyusul Azri yang kini sudah rapi dengan pakaian seragam sekolah, ia masih diam sembari menyisir rambutnya yang basah.

"Jujur dulu sama aku, kenapa?" Desak Ansel, dirinya benar penasaran kenapa Ansel banyak diam, walaupun anak itu sering diam tapi diam Azri kali ini berbeda, dari mata yang sedikit bengkak, mata panda yang melingkari bawah mata, itu benar membuat Ansel curiga, apa Ansel tak tidur semalaman? Atau anak itu bergadang? Tapi kalau memang ia bergadang ngapain? Main game anak itu hampir tak pernah main game online kalau kakaknya Arkata mungkin Ansel percaya.

"Nggak apa-apa" jawabnya datar dan itu semakin membuat Ansel curiga.

"Kalau memang nggak apa-apa, kenapa matanya bengkak?" Tuding Ansel menatap Azri penuh selidik, mereka itu kembar dan Ansel bisa rasakan jika suasana hati kakak kembarnya itu sedang tak baik-baik saja.

Azri menghela nafas panjang, ia berjalan menuju kasur miliknya lalu duduk ditepi kasur, "semalam aku terbangun, niatnya mau turun ke bawah buat ambil minum, tapi aku lihat ruang kerja papa kebuka, lampunya pun masih hidup, tapi ternyata disana ada Ciel dan papa, aku cemburu melihat kedekatan pada dan Ciel, maaf" cerita Azri meneteskan air matanya, ia kembali teringat interaksi antara Jef dan Aciel.

Ansel mengambil nafas dalam, dirinya mengerti perasaan Azri karena memang dirinya pernah merasakan hal yang sama, Ansel duduk disamping Azri, dirinya ingin meluruskan rasa cemburu yang Azri rasakan, Ansel tak ingin jika sampai Azri juga tersesat seperti yang pernah dia rasakan.

SEVEN ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang