Hidup bersama wanita yang bicaranya penuh kelembutan, itu juga suatu keberuntungan bagi lelaki bertubuh tinggi dengan kulit putih bersih dan rambutnya yang ikal pun hitam pekat.
Bibir tipis, serta hidung mancung yang pas sekaligus dihiasi bulu-bulu halus yang tumbuh di bagian dagu. Alis tebal serta tatapannya yang tajam menambah pesona pria yang pantas disebut tampan.
Dan kehidupan yang paling ia syukuri adalah diberinya kesempatan membersamai wanita cantik yang ia panggil dengan sebuah sebutan bunda. Selama dua puluh tujuh tahun dan lima tahun terakhir menemani sang bunda tanpa ayahnya. Sungguh sangat terbukti baktinya.
"Bunda tuh pengen punya temen cewe gitu di rumah, biar masak ada yang nemenin, ada yg bisa bunda ajak ngobrol ngalir gitu mas.." inginnya tersampaikan secara jelas, bahkan tak sulit untuk dipahami bagi seorang Zio.
Ya, Reyzio Ghazzal Hirawan. Sepertinya agak kesulitan menuruti pinta sang bunda yang satu ini.
"Kenapa gak ajak temen-temen bunda aja ke rumah ini, kalian bisa masak bareng, ngobrol bareng juga kan pastinya" ucap zio kemudian menyeruput secangkir teh dengan gula kurang dari setengah sendok.
"Bukan itu maksud bunda mas.."
"Terus apa?" Zio hanya berpura-pura tidak paham, meski ia tahu kemana arah pembicaraan bunda selanjutnya.
"Ya maksud bunda temen di rumah tuh, menantu gitu loh. Kapan mas?"
Sudah tidak heran lagi, sebab akhir-akhir ini bundanya selalu menanyakan hal yang sama.
"Kapan bunda punya menantu?"
"Kapan mas Zio bawa perempuan ke rumah ini?"
"Kapan mas bicarakan soal perempuan?"Seperti itu bundanya setiap hari.
"Mas Zio!" Geram bundanya, membuat Zio menyerah hingga akhirnya menatap sang bunda yang duduk di sampingnya.
"Mas Zio punya someone gitu gak? Yang lagi deket atau sedang mas perjuangkan?"
Zio menggeleng dengan tenang. Teramat tenang, sampai pikirannya tak pernah sejauh itu memikirkan soal perempuan. Ia nyaman dengan kehidupan meski tanpa cinta seperti kebanyakan orang.
"Umurmu sudah 27 tahun, bunda liat juga sifat mas Zio udah pas untuk menangani kerumitan seorang perempuan. Apalagi mas ini tampan, Gak mungkin gak ada yang suka sama mas kan?"
Bunda menyipitkan matanya. Memberi tatapan seperti sedang menyelidiki sesuatu. Barangkali anaknya memiliki kelainan dari lelaki pada umumnya.
"Yang suka mungkin ada ya Bun.."
"Nah itu. Tinggal mas pilih!" Seru bunda lagi.
"Gak segampang itu Bun.."
"Gampang mas, kalo mas ada kemauan!" Timpal bunda penuh penekanan. Entah kenapa, putra nya yang satu ini seperti tidak tertarik dengan dunia percintaan.
Melihat helaan nafas lemah dari Zio, bunda bersiap untuk kembali bicara. "Gini aja deh mas.." ujarnya.
"Bunda kasih waktu satu Minggu, untuk mas bawa perempuan ke rumah ini. Jika dalam satu Minggu ini mas tidak membawa perempuan manapun, bunda langsung turun tangan yang akan mencarikan perempuan untuk mas" jelasnya penuh semangat.
"Gimana?"
Zio pikir, ide bundanya juga tidak terlalu buruk untuk ia terima. Memang sejauh ini, Zio belum bisa memilih siapa perempuan yang pantas ia perjuangkan. Barangkali jika bundanya yang pilihkan, Zio tidak perlu sibuk mencari perempuan ke sana kemari.
Dan tujuan awalnya, ia senang melihat bundanya antusias perihal percintaannya. Mungkin dengan menerima pilihan bunda, itu menjadi bukti nyata baktinya pada bunda.
"Oke Bun, mas setuju." Putusnya membuat bunda refleks mengulurkan tangan untuk berjabat dengan putra pertamanya.
"Deal ya mas, awas mas tolak!"
Zio tersenyum, memberikan senyuman paling menenangkan. Ia rela, menerima apapun jika itu menyangkut kebahagiaan sang bunda. Sekalipun kisah asmara yang seharusnya menjadi miliknya sendiri di masa depan nanti.
_o0o_
Welcome back to.. ☺️
Dengan cerita baru, kisah cinta baru, perjuangan baru, warna baru meski ada tokoh lama yang harus kita temani sepanjang waktu.Jangan bosen sama minthor yaaa!
Jangan lupa vote dan komentarnya okay. Minthor juga butuh support dari kalian..Pokonya janji ya, janji bersamai Abil dengan kisah barunya dan janji menerima mas Zio untuk Abil 🌹
Luvv ol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seni mengeja duka
RomanceBagi seorang pria dewasa, kabar duka lima tahun lalu membuatnya takut kehilangan lagi. Pun bagi gadis manis yang merasa satu tahun ini teramat lama prosesnya untuk menamatkan sebuah cerita kesedihan. Lalu bagaimana jika semesta mempertemukan keduany...