-Mengalihkan tujuan Abil

710 102 14
                                    

Aku janji, akan bertanggung jawab dengan apa yang sudah aku pilih.

Abil ditemani sebuah pulpen yang diapit jemarinya dan satu buku kecil di hadapannya.

Terkadang, perasaannya tidak sanggup ia katakan pada siapapun. Itu sebabnya, menulis menjadi sebuah pilihan untuk menggambarkan perasaannya yang beberapa hari ini rasanya seperti ada paksaan. Meski dirinya sendiri yang memaksa.

Ia memaksa dirinya sendiri agar selalu terlihat nyaman setiap bersama Zio, ia memaksa perasaannya seolah Abil sungguhan sedang jatuh cinta. Gadis itu juga yakin, Zio pasti menyadari sikap Abil yang perlahan berbeda.

Itu hak Zio menilainya seperti apa. Yang jelas, Abil akan melanjutkan semua kepura-puraan ini demi Bu Irma.

Demi jawaban yang sudah Abil revisi. Penolakan yang Abil rubah menjadi sebuah penerimaan.

Satu minggu yang lalu, dirinya membuat janji temu dengan Bu Irma. Dan Abil membicarakan soal perjodohan.

Awalnya, Bu Irma ragu dengan jawaban yang Abil berikan. Wajar, sebab itu berbeda dari sebelumnya. Bu Irma khawatir jika Abil harus memaksa perasaannya sendiri. Meskipun pastinya akan seperti itu. Tapi Abil memiliki kalimat penenang tersendiri untuk Bu Irma. Katanya, "Abil siap Bu, Abil juga sudah mau buka hati lagi."

Semua akan dimulai dari malam ini, seharusnya ia terlelap saja jika sudah ngantuk. Tapi tidak begitu, ia harus berkomunikasi dengan Zio meski hanya sebatas chat.

Mas Zio jam segini udah tidur?

Abil tidak akan berteman dengan gengsi. Sebab itu hanya akan menggagalkan semua usahanya. Masabodo jika Zio menilai Abil sebagai gadis murahan, yang berani mengirim pesan lebih awal dari laki-laki.

Toh mereka ini dijodohkan, bukan?
Mau dipandang bagaimanapun, perjodohan akan tetap berlanjut.

Mas Zio
Belum, sy masih di studio. Mengemas beberapa lukisan yang nantinya akan di antar ke luar kota.

Teringat lukisan, Abil punya sebuah lukisan berkesan di sana. Selama terpajang, belum sekalipun Abil berkunjung lagi ke studio milik Zio. Karena rasanya, sibuk mengurus banyak hal akhir-akhir ini.

Mas Zio besok ada di studio?

Sebelum ke sana, alangkah baiknya memastikan pria itu sedang di sana atau tidak. Abil harus ditemani, karena terkadang canggung jika bertanya pada orang lain.

Mas Zio
Ada bil

Senyuman Abil mengembang menatap layar ponsel. Ini kesempatannya datang ke sana.

Aku ke sana ya, besok. Cek lukisan almarhum mas Fero 😊

Setelah mengirimkan pesan itu, sebetulnya ada perasaan yang aneh dalam diri Abil. Apa manusia sepertinya membingungkan?

Menerima sebuah perjodohan, menjalankan proses pendekatan, tapi juga belum bisa melepas semua tentang masa lalu.

Tapi kan──masa lalunya tidak lagi berada di alam yang sama. Dari sana juga bisa dipastikan, Zio tidak sedang bersaing dengan siapapun.

Balasan yang cukup lama akhirnya masuk juga. Segera Abil buka dan ia baca isi nya apa.

Mas Zio
Boleh. Mau saya jemput ke rumah?

Lihat, betapa baiknya Zio yang tidak jauh berbeda dari Bu Irma.

Aku ke sana sendiri aja mas, naik motorku.

Karena Abil rindu satu minggu tanpa motornya. Saat mendaftarkan diri untuk sidang, ia di antar Zio bahkan dijemput dari rumahnya. Setelahnya, Abil juga mengurus persyaratan sidang ditemani Zio. Satu minggu full itu bersama Zio, merepotkan Zio, membuat Zio mengalihkan kegiatannya dari studio, tapi juga membuat bu Irma terlihat banyak tersenyum akhir-akhir ini. Memang itu tujuannya.

Seni mengeja dukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang