Setengah hari sudah dan mood-nya tetap terjaga hari ini. Seolah dunia begitu menyenangkan baginya. Ia lupa semua kesedihan yang tempo hari di rasakan, lupa beban berat yang menimpanya sejauh ini.
Yang terlihat hanya sebuah senyuman memuaskan juga menyenangkan bagi semua rekan kerja di studionya.
"Pak Zio, ada satu kanvas kosong lagi " Ujarnya ramah.
Reyzio sudah paham maksud dari informasi yang di dapat. Artinya satu lukisan lagi harus ia selesaikan hari ini. "Siap." Jawabnya tanpa ragu.
"Mas zio, istrinya gak di ajak?"
Istri?
Istrinya sedang kelelahan di dalam kamar, itu sebabnya Reyzio meninggalkan Abil sebelum wanitanya bangun.Alih-alih menjawab pertanyaan rekannya, Reyzio justru mengulum senyum teringat kejadian malam tadi.
Meski cukup mendebarkan, karena Abil sampai meminta izin untuk pulang. Dan hal itu tidak akan Zio biarkan. Sudah ia pastikan, keadaannya tidak akan baik-baik saja tanpa wanita itu di rumahnya.
"Cie mas Zio, kok malah senyum-senyum" ucapnya dengan nada menggoda.
"Maaf, istri saya sedang istirahat di rumah."
Helaan nafas lemah terdengar dari lawan bicaranya, "lain kali ajak ya mas Zio, saya mau minta tanda tangan."
Zio hampir lupa istrinya sudah menyandang status sebagai penulis. Sampai tanda tangannya begitu penting, apakah Zio lupa jika 150 halaman dalam buku miliknya itu sudah di tanda tangani penulisnya?
"Iya lain kali ya"
Hari ini biarkan istrinya beristirahat.
Berbicara soal istirahat, Reyzio belum menyentuh benda pipih di mejanya. Sebab tangannya masih penuh cat akrilik yang berceceran.
Pria itu membersihkan tangan lalu meraih ponselnya. Satu gelembung notifikasi baru terlihat masuk ke dalam ponselnya. Dari istrinya.
Senyumannya mengembang sempurna kembali, selama membalas pesan sang istri sebab menggoda Abil yang salah tingkahnya seakan menembus layar itu cukup menyenangkan. Dapat Zio bayangkan ekspresi istrinya di seberang sana.
Istri mas❤️
Kucingnya kemana mas?
Kok aku gak liat dia berkeliaran di rumah.Jangan lupakan makhluk satu itu. Yang Zio selamatkan justru tak tau diri melukai kesayangannya. Meski respon Abil terlihat tidak terlalu senang, saat Zio jujur soal kucingnya yang telah ia serahkan kepada shelter hewan, Zio tak peduli dan memang sudah menyingkirkan hewan itu.
Disamping itu, Zio baru tau jika Abil memang tak menyukai hewan berbulu. Zio mengetahui fakta tersebut dari sang mertua alias papah istrinya yang pagi tadi sempat datang ke rumah mereka. Membawa masakan mama mertuanya untuk mereka.
Berkomunikasi lewat chat juga tak kalah menyenangkan bagi Zio, sebab sepanjang kata yang Abil kirimkan mengandung balasan yang dapat Zio bayangkan bagaimana gesture malu-malu istrinya.
Dari kejadian semalam, lalu membahas soal kucing dan terakhir Abil seolah marah dibuat-buat saat tahu papahnya datang pagi tadi.
Abil malu terhadap apa yang Zio jelaskan pada sang papah.
Gak usah mikirin soal papah, itu aman. Papah juga senyum senyum ajah.
Ya tentu hanya bisa tersenyum, sebab menantunya terlalu jujur mengatakan bahwa Abil masih tidur karena malamnya mereka bergadang. Pria dewasa mana yang tak paham maksudnya apa.
Drama kedua insan belum usai, sampai Abil memintanya untuk sarapan ditemani. Bukan ditemani melalui layar kaca, tapi ditemani di hadapannya sendiri. Dan Abil memohon untuk datang ke studionya siang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seni mengeja duka
RomansaBagi seorang pria dewasa, kabar duka lima tahun lalu membuatnya takut kehilangan lagi. Pun bagi gadis manis yang merasa satu tahun ini teramat lama prosesnya untuk menamatkan sebuah cerita kesedihan. Lalu bagaimana jika semesta mempertemukan keduany...