CHAPTER 27

17.9K 750 110
                                    


Sebelum baca jangan lupa vote dan komen ya! kali ini aku make target, yuk kalian bisa menuhin biar teratur jadwal update aku ya. biar cepat end nya.

400 vote dan 1000 komen! Spam komen ya dengan begitu jg komennya naik. dan komen disetiap paragraf 🥰

VOTE DAN KOMEN DISETIAP PARAGRAF! itu gak susah kok, jadi ayo vote dan komen ya!

___

Naya mengobati setiap inci luka yang dimiliki Arlan di bagian pipi, maupun dekat bibir nya yang sebelumnya terluka.

"Argh!" Arlan meringis, karena terkaget akan Naya yang mengobati nya.

"Kamu ini, kenapa berulah lagi sih."

Matanya beralih menatap gadisnya yang sibuk dengan lukanya. "Sakit," Arlan memanyunkan bibirnya.

Seolah bersifat manja kepada Naya, padahal biasanya luka itu ia abaikan, karena menurut nya itu adalah luka kecil. tapi karena di obatin oleh Nayanya, ia jadi mau-mau saja.

"Shutt, diam!" Naya menggeleng pelan seraya menyuruh Arlan untuk diam agar ia bisa fokus mengobatinya.

"Lagian kamu ya, bisa-bisa nya guru kayak gitu di ajak berantem! liat kamu sampe di tampar sama dia." cerocos Naya.

"Untung anggota Pachinko lainnya ada di depan kamu, mereka langsung ngalangin jalan sih guru jadi-jadian itu!" lanjut Naya."

"Gue kesel, dia itu udh korupsi banyak duit sekolah sampe hampir habis gara-gara dia korupsi. terus pake halangin jalan kamu lagi, ya apa gue ga tambah kesel?"

Arlan menatap Naya, yang menatapnya balik. "Setiap dia lewat aja gue selalu sinisin, ya bacot lah. dia aja sering ngomongin Genk gue!" Naya melongo, ia membulatkan kedua matanya.

"Serius?" Arlan mengangguk,"Iya, tapi gue diam aja, karna gue emang tahu guru-guru pada gak suka sama Genk pachinko. tapi di Pachinko ada Devano."

Naya menaruh peralatan yang ia pakai untuk mengobati Arlan itu ke tempat semula seraya menanggapi cerita Arlan.

"Ada kamu juga. kamu kan ketuanya!"
kata Naya dengan tersenyum. Sedangkan Arlan hanya menghela nafasnya.

"Loh, kenapa?" Naya tidak habis pikir, yang ia bilang kan betul saja?

Arlan menggeleng, "Gak, gak papa." Jawab Arlan. "Nanti gue gak bisa antar lu pulang, lu pulang sama supir gue, udah gue hubungin juga. mau?" Arlan menaikkan kedua alisnya.

Naya terdiam sesaat, lalu mengangguk ragu. "Emang, kamu mau kemana?" Dia memiringkan kepalanya.

"Ada urusan."

"Urusan apa?"

Arlan menghela nafasnya kesal, Akan tetapi ia tidak menunjukkan ekspresi kesal nya kepada Naya. menjaga perasaan gadisnya itu. "Urusan sama anak-anak Pachinko, sayang." Ujar Arlan yang berbicara dengan lembut seraya tetap menatap kekasihnya.

Naya mengerutkan keningnya. "Enggak berantem-berantem lagi, kan?" Tanya Naya.

Langsung saja lelaki itu menggeleng, "Enggak. mau ngurusin itu loh, Adeknya Devano."

"Serius?"

Arlan mengangguk, "Iya, sayang." Naya lalu bisa merasa lega, karena perasaan negatif nya itu bisalangsung hilang setelah mendengar penjelasan Arlan.

"Oke."

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, dimana para siswa dan siswi akhirnya terbebas dari pelajaran sekolah. Naya keluar dari kelasnya, bersama dengan Sakila. Hanya bersama Sakila, karena Fika sedang dalam persiapan untuk mengikuti osn.

ARLAN (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang