CHAPTER 9

440K 28.9K 1.6K
                                    

Keduanya menatap atas panggung yang dimana ada orang yang bernyanyi diatas panggung itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keduanya menatap atas panggung yang dimana ada orang yang bernyanyi diatas panggung itu

Favorit girl - Justin Bieber

You're who I'm thinking of
Girl, you ain't my runner-up
And no matter what you're always number one

My prized possession
One and only
Adore ya
Girl, I want ya
The one I can't live without, that's you, that's you

Naya tersenyum, lagi kesukaannya diputar! Naya mengikuti nada lagi itu, gadis itu seperti terbawa perasaan karena mendalami lagu itu dalam hatinya.

Sedangkan Arlan yang diam saja sambil memandangi Naya. seperti memandangi bunga yang indah. lelaki itu tersenyum, Naya begitu cantik.

Untung saja sebelumnya dirinya tidak menolak perjodohan itu.

Beberapa menit kemudian, lagu itu selesai di nyanyikan. orang-orang sedikit demi sedikit mulai ada yang bubar. Naya menatap Arlan lagi.

"Abis ini mau kemana lagi?" tanya gadis itu pada Arlan. Alis lelaki itu terangkat. sudut bibir nya terangkat.

"Lo mau nya kemana?"

"Pulang?"

"Mau pulang sekarang? Cepat banget, mau keliling-keliling lagi?" ajak Arlan, Naya mengangguk nya.

"MAUU!" gadis itu bersemangat, sampai berteriak. Arlan terkekeh,

"Jangan teriak-teriak juga." Kata Arlan. Naya tersenyum kikuk, lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.

"Hehe maaf. Btw kak, lagunya enak banget ya." ucap Naya, lelaki itu acuh, dia menaruh kedua tangannya di kedua jas nya. Mulai berjalan, Naya panik, dia mau ditinggal?!

"KAK ARLANN MAU NINGGALIN NAYA??!" tanya gadis itu dengan nada tinggi, dia mengejar Arlan, dan mulai mengekornya.

"Enggak mungkin lah." Jawab Arlan di dalam hatinya. tapi dia tetap diam saja.

Brug! lelaki itu mengehentikan langkahnya mendadak, Naya terkejut, sampai-sampai dahi nya menabrak punggung belakang Arlan.

Itu karena dirinya berjalan di belakang Arlan. Arlan mengerutkan keningnya. Berbalik.

"Kenapa di belakang?"

Naya belum menjawab, dia memegangi dahinya yang terasa sakit. Arlan menghela nafas berat. Dia memegangi lengan Naya lalu menariknya berdiri di sampingnya.

"Sini aja."

"Sakit?"

"Pake nanya lagi,"

"Kok marah?" bingung lelaki itu.

ARLAN (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang