A New Home and Noisy Friend

765 50 9
                                    

Menjadi anak dari orangtua yang memiliki pekerjaan yang sering berpindah-pindah tidaklah menyenangkan. Tidak akan pernah. Kau tidak akan pernah memiliki teman dekat dan kau hanya akan memiliki kesepian. Setidaknya, seperti itulah yang kurasakan. Orang tuaku memiliki pekerjaan yang selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota yang lainnya. Aku yang selalu mengikuti orangtuaku pun selalu bergonta-ganti sekolah. Oleh karena hal itu, aku tidak memiliki teman dan kurang pergaulan atau istilah kerennya kuper.

Namun karena hal itulah kedua orangtuaku memasukkanku di sekolah berasrama Azalea Academy, agar aku dapat bergaul seperti anak remaja yang lainnya.

"Kami ingin kau dapat bergaul seperti anak remaja pada umumnya, Liz," kata Mama kemarin saat kami merencanakan kepindahanku. "Kami tidak ingin kau menjadi anak yang penyendiri hanya karena pekerjaan kami." lanjut Papa.

Awalnya, aku tidak terlalu senang dengan rencana itu, selain aku tidak ingin berpisah dengan orangtuaku, aku juga tidak suka tinggal bersama orang lain yang tak kukenal. Tapi akhirnya kusetujui rencana tersebut karena aku juga ingin mempunyai teman untuk menghapus kesepianku.

***

"Liz, kita sudah sampai," panggilan Papa memecahkan lamunanku dikala pagi itu. Aku segera turun dari mobil keluarga kami dengan membawa tas selempang miniku dan koper berwarna biru lautku.

Azalea Academy ternyata lebih bagus daripada perkiraanku. Sebuah gerbang pagar menjulang tinggi dihadapanku. Disisi lain dari pagar itu, nampak bangunan bertingkat tiga berdiri kokoh dengan dinding berbatu bata sekitar 10 meter dari pagar. Diantara pagar dan bangunan berbatu bata itu, terdapat air mancur yang cukup tinggi.

"Ekhem..."

aku terperanjat ketika menyadari keberadaan seorang wanita separuh baya yang ternyata sedari tadi berdiri di samping gerbang. Wanita itu memiliki rambut cokelat kemerahan yang dicepol kebelakang dengan rapi. Wanita itu memakai blouse ungu dengan pencil skirt berwarna coklat serta high heels yang senada dengan bajunya.

"Perkenalkan, nama saya Giselle E. Mariella. Panggil saya Miss Giselle." ucap wanita paruh baya itu dengan senyum yang hangat. "Mari saya antarkan anak anda pada sekolah barunya."

"Nah,Liz, Papa dan Mama sudah harus pergi sekarang. Kami sudah mengurusi segala keperluanmu." kata Papa sambil memegang bahuku.

"Tapi..." belum sempat kuselesaikan kata-kataku, Papa dan Mama sudah berjalan menuju mobil. "Telepon kami setiap hari agar kami tahu kabarmu." kata Papa dari mobil. "Jadilah anak yang baik, kami menyayangimu."tambah Mama. Mobil pun melaju meninggalkan Azalea academy.

Aku mengantar kepergian Papa dan Mama dengan lambaian tangan lemah. Harusnya aku tidak setuju masuk ke sekolah ini. Sekarang aku ditinggalkan ditempat asing bersama orang-orang yang tak kukenal.

"Tenanglah," sahut Miss Giselle lembut. "Semua anak yang datang ke sekolah ini juga memiliki perasaan yang sama denganmu. Kau akan merasa nyaman disini."

Aku hanya mengangguk pelan. Aku tidak begitu yakin dengan hal itu. Aku bukan anak yang pandai bergaul, terlebih lagi aku anak yang kudet. Mungkin masa SMP-ku bakal suram dikelilingi orang asing yang tak kukenal.

"Mari masuk, saya akan mengantarkanmu ke kamar barumu." Kata Miss Giselle lalu beranjak masuk. Aku hanya mengikutinya dari belakang sambil menarik koper berwarna biru lautku.

Aku dan Miss Giselle berjalan memutari gedung kokoh yang tadi kulihat di depan gerbang. Ternyata, gedung asrama berada di belakang gedung yang entah namanya. Gedung asrama ternyata cukup besar dan bertingkat tiga. Gedung asrama berjumlah empat, dan berjejer secara vertikal menghadap gedung asrama SMA. Dan diantara gedung asrama SMP dan gedung asrama SMA, terdapat taman kecil dengan berbagai jenis bunga, kursi taman , gazebo, dan air mancur sebagai pusatnya.

Miss Giselle membawaku ke area asrama SMP yang dikelilingi oleh pagar kecil. Ternyata, keempat gedung asrama itu dibagi atas dua, yaitu asrama perempuan dan asrama laki-laki. Miss Giselle berjalan menuju asrama yang berdiri di samping asrama laki-laki.

"STELLA GIRL DORMITORY"

Tulisan itu terpampang jelas pada pintu besar berdaun dua di depanku. Kupikir Stella adalah nama gedung asrama ini. Miss Giselle membuka pintu berdaun dua itu dan berjalan menuju sebuah koridor di bagian timur Asrama Stella ,akupun mengikutinya.

Kami berhenti tepat didepan sebuah pintu kamar bernomor 39. Lalu Miss Giselle berkata padaku, "Disinilah kamar barumu, Ingat, kelas akan dimulai esok hari."Lalu pergi berjalan meninggalkanku.

Aku mengalihkan pandanganku dari Miss Giselle ke pintu bernomor 39 dihadapanku sekarang. Aku berharap anak yang berada di kamar ini bukan anak yang hyperactive dan cerewet yang bertolak belakang dengan sifat pendiamku.

Aku menarik napas perlahan dan menghembuskannya pelan. Siapapun anak yang yang berada di balik pintu ini, akan menjadi roommates-ku selama tiga tahun kedepan. Apapun yang terjadi aku harus akrab dengannya. Aku mengangkat tanganku dan mengetuk pintu mahogany coklat itu.

Tok...tok...tok!

Selama beberapa menit tidak ada jawaban. Hingga akhirnya aku mendengar suara kaki yang berlari menuju pintu. Dan pintu terbuka.

"Hai!" seru gadis berambut side tail pendek sebahu membukakan pintu. Gadis itu nampak mencolok dengan hairpin berbentuk bintang biru disisi kepalanya. Rambutnya berwarna cokelat, beda sekali dengan rambutku yang hitam panjang sepunggung yang selalu kuikat dua. "Kau anak baru yang akan sekamarku kan? Mari masuk!" serunya kegirangan.

Aku masuk ke kamar itu dengan merasa canggung -ini pertama kalinya aku masuk ke kamar bersama orang asing-. Kamar asrama itu ternyata sangat sederhana. Ada dua tempat tidur yang dipisahkan oleh dua meja belajar. Terdapat 2 lemari disamping tempat tidur masing-masing serta 1 kamar mandi di sudut barat kamar. Terdapat jendela yang terletak didepan meja belajar yang berhadapan langsung dengan taman depan asrama SMP.

"Duduklah..." ucap gadis berambut coklat side tail itu sambil menggeser kursi belajar agar aku dapat duduk. Akupun menuruti gadis itu.

"Nah, namamu siapa?" tanya gadis itu dengan senyuman yang tak hilang-hilang.

"Na... namaku Eliza Scarlett... panggil aku Liz... " jawabku malu-malu.

"Hai Liz!!" serunya kegirangan lagi. "Namaku Vanella Fredericka! Panggil aku Vanka! Salam kenal ya!" seru gadis itu sembari mengambil tanganku lalu menjabatnya. Sepertinya dia senang sekali mendapat teman sekamar. Vanka... nama yang unik, cocok dengan sifatnya yang ceria.

"Ayo rapikan barangmu! aku akan membantumu!" seru Vanka lagi lalu meraih koperku tanpa basa-basi menuju lemari pakaian.

Game over, Liz. Pikirku. Kau mendapatkan roommates yang cerewet. Lihat saja, sepanjang merapikan barang-barang, Vanka mengoceh tak jelas dan menanyakanku hal-hal yang kepo seperti makanan kesukaan, tinggi badan, nama orangtua, jumlah saudara dan lain-lain.

Hufft... apa aku bakal nyaman di Azalea Academy bersama teman yang cerewet ini? Apa masa SMP ku bakal suram atau...?

*** To be Continued***

Authors Note:

Hai readers~ terima kasih pada yang telah membaca ceritaku, yang sudah memberi vote, comment, atau yang menjadi silent readers. Maaf banget kalau ceritaku gaje, aneh , gak nyambung, jelek, ada typo, atau yang sejenisnya. Maklum, authors masih newbie. Maaf kalau ada kesamaan nama tokoh,tempat,judul, ataupun alur cerita karena itu hanyalah ketidaksengajaan semata.

Gerbang saran dan kritik terbuka bagi siapa saja. Jika ingin memberikan saran atau kritik pada author silahkan tulis pada message boards author. Dan silahkan memberi vote dan comment bagi yang mau~

Silahkan yang mau baca Pandora Box part 2 (kalau ada yang mau)...!


Pandora BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang