Team

161 19 2
                                    

Sir Gerrard menghela napasnya sembari menggaruk rambutnya yang berantakan -entah mengapa. "Nah," katanya, entah pada siapa. "Kalian berdua yang bersembunyi disana...,"

"... keluarlah sekarang juga."


Aku membatu.

Dia mengetahui kami? Tapi bagaimana bisa? Dan sejak kapan...?

Aku melirik ke Riki. Dia sama kagetnya denganku. Aku memberinya isyarat yang mengatakan 'apa yang harus kita lakukan?'

Namun Riki membalasnya dengan isyarat yang mengatakan 'aku juga tak tahu'. Bagaimana ini? Mengapa dia mengetahui kami bersembunyi di sini? Dan, apa yang akan dia lakukan pada kami?

"Kalian berdua," ucap Sir Gerrard sekali lagi. "Aku minta kalian keluar sekarang juga." Dia menekankan kata 'sekarang'-nya.

Aku semakin terdesak. Dan di saat-saat terdesak itu, aku melihat Riki keluar dari persembunyiannya. Mau tak mau, akupun keluar dari tempat persembunyianku.

Aku dapat merasakan kakiku bergetar ketika berjalan menuju Sir Gerrard. Dan aku juga dapat merasakan keringat dingin mengalir dari pelipis hingga daguku. Semuanya terasa sangat lambat. Yang kupikirkan hanyalah nasib kami selanjutnya. Apa kami akan dihukum? Atau di diskors? Atau akan ditahan?

Sir Gerrard menyilangkan tangannya di depan dadanya. Dia menatap aku dan Riki satu persatu. "Sekarang, jelaskan apa yang kalian lakukan disana?"

"Kami hanya-" Riki menjawab. Suaranya bergetar. "Hanya ingin mengetahui kebenaran dari kasus ini." Oke, untuk anak laki-laki seukuran Riki, itu adalah jawaban yang sangat jujur dan to the point. Tapi, jika aku menjadi Riki, aku akan menjawab hal yang sama. Apalagi, ini berurusan dengan kepolisian.

Sir Gerrard duduk di kursi meja rapat guru. Dia menyilangkan kakinya dan menopang dagunya dengan tangannya. "Apa kalian tahu, perbuatan kalian itu melanggar hukum?" Ujarnya dengan enteng.

"Maaf sir, ini.... ini semua salahku."kata Riki. Aku tersentak. Tentu saja itu bukan salah Riki! Tapi ini salah kami, atau salahku. Seandainya saja aku melarang teman-teman untuk melakukan misi konyol ini. "Kalau anda ingin menghukun kami, tolong hukum aku saja." Ujar Riki lagi. Aku sangat-sangat ingin membantah kata-kata Riki, tapi aku dapat mendengar keseriusan dalam nada bicara Riki. Aku tak bisa membantahnya.

Aku pusing. Kepalaku rasanya berputar-putar.

"Jadi, jika kalian meminta maaf, kalian pikir perbuatan kalian akan bebas dari hukum?" Sir Gerrard melempar pertanyaannya dengan tegas.

Tak ada yang menjawab. Atau memang tak ada yang mau menjawabnya, baik aku maupun Riki. Suasananya sangat tegang -dan sunyi.

"Apakah kalian tahu, perbuatan kalian itu perbuatan yang salah?" Dia bertanya sekali lagi. Kami tak bisa berkutik. Aku tahu ini salah, namun aku tetap melakukannya.

"Apa kalian tahu, kalian bisa ditahan karena perbuatan kalian itu?" Dia melemparkan pertanyaannya lagi. Aku mengaku bersalah atas perbuatanku.

"Apakah kalian sadar, ini adalah perbuatan yang salah?" Dia melemparkan pertanyaan bertubi-tubi. Ya aku sadar, dan kumohon, hentikan pertanyaan itu, ini membuatku semakin bersalah.

"Apa kalian mengerti, keluarga korban akan tersinggung atas perbuatan kalian?" Oh, astaga, ini mulai menyebalkan.

"Apa kalian tidak pernah diajarkan untuk menjaga sopan santun?" Astaga, tidak bisakah dia menghentikan pertanyaan-pertanyaan itu?

"Apa anak jaman sekarang kelakuannya begini semua?" Astaga, menyebalkan sekali!

"Aku tak tahu mengapa para orang tua membiarkan anak-anaknya berlaku semaunya," aku tidak bisa menahannya lagi! Dia menyebalkan sekali!

Pandora BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang