The Invitation

206 21 1
                                    

   Aku tidak berselera untuk sarapan pagi ini. Tidak setelah kejadian kemarin malam, tentang Nyx, ataupun tentang Pandora -apalah itu-.

   Nyx adalah salah satu dewi dalam mitologi Yunani yang merupakan Dewi Malam. Penjelasan di Wikipedia itu... apa maksudnya? Nyx adalah dewi? Dewi malam?

   Rasanya aku memiliki sebuah firasat buruk dengan semua ini.

   Firasat bahwa akan ada sesuatu yang besar akan terjadi di Azalea Academy. Entah apa itu.

   Aku harap firasatku ini tidak benar.

   "Hei, Liz! Kau dengar tidak sih?!"

   "Eh, ah, a-apa?" Panggilan-atau lebih mirip gertakan- Vanka sukses memecahkan lamunanku. Eh, tunggu, sejak kapan dia duduk di depanku?

   Vanka mengerucutkan bibirnya beberapa senti, tanda dia sedang kesal. "Kau mikirin apa sih, sampai tidak mendengar perkataanku?"

   "Eh, ah, ma-maaf." Balasku sekenanya tanpa menjawab pertanyaan Vanka. Sepertinya aku terlalu banyak melamun sampai-sampai aku tidak mendengar perkataan Vanka. "Emm, memangnya ada apa Van?"

   Vanka mendengus lalu air mukanya berubah menjadi ceria kembali. "Kamu mau nggak menonton drama kami?"

   "Drama?"

   "Iya, klub drama kami akan mempertunjukan drama Cinderella di teater sekolah."

   Oh iya, Vanka kan ikut klub drama.

   "Hmm, okelah, aku mau kok. Toh, aku nggak sibuk-sibuk amat kok." Putusku. Mungkin juga, aku bisa mendapat teman baru disana. "Emang pertunjukannya kapan Van?"

   "Sebentar malam, pukul tujuh malam di teater sekolah, kamu taukan?" Kata Vanka antusias lalu memberikanku sebuah tiket. "Ini tiket untuk masuknya, khusus buat kamu, sahabat sejatiku, akan kuberikan secara cuma-cuma!"

   Aku tersenyum mendengar kata 'sahabat sejati' yang dilontarkan oleh Vanka. Aku berharap, gelar sahabat sejati itu terus berada padaku selamanya. "Makasih, ya, Van."

   Vanka memasang cengiran kudanya. "Eh, ngomong-ngomong aku berperan jadi--"

   Perkataan Vanka terputus ketika sebuah teriakan histeris dari beberapa cewek yang berkerumun di sekitar pintu masuk ruang makan. Mereka sedang mengerumuni seseorang, entah siapa.

   "Oh, lihatlah! Kak Kevin akhirnya datang!" Seru Vanka seraya menunjuk seorang cowok yang-sepertinya- tampan yang berhasil keluar dari kerumunan cewek-cewek di depan pintu.

   Aku mengalihkan pandanganku dari kehebohan disana lalu bertanya pada Vanka, "Siapa Kak Kevin?"

   "Oh, dia adalah salah satu cowok Most Wanted Boy di AzCa dia sangat tampan bukan?" Kata Vanka dengan menatap cowok yang bernama Kak Kevin itu dengan tatapan memuja.

   Aku melihat kembali Kak Kevin. Yeah, kuakui dia cukup tampan dengan badan yang tinggi semampai dan rambut hitam legamnya serta garis wajahnya yang tegas namun juga tenang. Tapi aku tidak tertarik dengan dia.

   "Hei! Hei! Lihat! Kak Serena menghampiri Kak Kevin! Owhhh... mereka sangat serasi bukan!"  Seru Vanka histeris ketika seorang cewek berparas cantik dengan rambut wavy blonde  yang panjang menghampiri  Kak Kevin lalu bercakap-cakap bersama.

   "Kak Serena?" Tanyaku sekali

   "Oh, Kak Serena juga salah satu Most Wanted Girl, dia selalu kelihatan bersama dengan Kak Kevin, tapi mereka belum resmi berpacaran." Vanka mengalihkan pandangannya dari dua sejoli itu lalu menatapku dengan teliti. "Kau tahu? Kau bisa saja menjadi Most Wanted Girl jika kau lebih percaya diri dengan penampilanmu."

   Aku tersipu. Mana mungkin juga sih. "Kau terlalu berlebihan, Van."

   "Lha, aku serius ko--"

   Kriiiing...kriiiing ...kriiiing

   Lagi-lagi ucapan Vanka harus terputus untuk kedua kalinya dihari ini karena bel masuk sekolah telah berbunyi.

   "Yuk, udah bel tuh," ajakku seraya menenteng tas sekolahku.

   "Eeh, tunggu!" Cegat Vanka lalu menunjuk piring sarapanku. "Kamu gak mau habis sandwichmu?"

   "Nggak, aku gak lapar. Kalau kamu mau, ambil aja,"
  

***

   Tidak ada.
 

    Teman sebangkuku a.k.a si anak bernama Riki itu tidak ada di bangkunya. Mungkin dia terlambat? 10 menit lagi pelajaran akan dimulaikan? Atau mungkin dia sakit? Yah kalau dia gak datang itu untung buat aku sih, aku tidak akan merasa terganggu oleh kehadiran dia. Eh, tapikan dia tidak pernah mengangguku, dia selalu terlihat tertidur di kelas(?). Yah, kalau diingat-ingat, dia gak banyak bertingkah padaku sejak pertemuan pertama kita di kantin. Dia jadi lebih pendiam. Ah, tapi bagaimana pun dia pernah bilangin aku culun! Atau mungkin Riki itu anak yang baik dan cuman aku aja yang terlalu berlebihan padanya? Mungkin aku harus minta maaf padanya. Argh, mana mungkin dia bisa dibilang anak baik setelah mengatakan aku anak yang culun?! Harusnya dia yang minta maaf padaku, dong! Ngomong-ngomong kenapa juga dia bilangin aku culun? Hanya sekedar ejekan? Jangan-jangan dia membenciku! Tapi kenapa? Kamikan baru saja bertemu! Atau dia punya motif lain? Tapi apa?

   Eh...


   Tunggu.

   Kok aku jadi overthinking  pada dia sih?

   Aneh.

  ***to be continued***

Author's Note:
Setelah terlalu lama hiatus, akhirnya author bisa juga nerbitin part. Pertama-tama author mohon maaf atas keterlambatan cerita ini. Jangan-jangan pada lupa sama jalan ceritanya? Haha. Maaf kalau ada typo~

Please enjoy~

(Haruna_ika, Senin 26 Januari 2016)


 

Pandora BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang