Apologize

48 12 4
                                    

Tok...tok...tok...

   Liz langsung tersentak ketika mendengar suara ketukan pintu. 'Itu pasti Vanka!' serunya dalam hati. Ia segera berlari menuju pintu dan membuka pintu kamarnya dengan penuh semangat. "Vanka! Selamat dat..."

   Ucapan dan semangat Liz tiba-tiba terhenti ketika ia mendapati orang yang berada di depan kamarnya ternyata bukan Vanka yang ditunggu-tunggunya . Melainkan seseorang yang tidak dikenalnya..

   Liz terdiam di depan pintu kamarnya yang terbuka. Di hadapannya, seorang gadis berambut cokelat panjang dengan ponytail berdiri dan tersenyum padanya. Gadis itu sedikit lebih tinggi daripada Liz, dan juga wajahnya terlihat tenang. Entah mengapa, gadis itu masih memakai seragam sekolah Azalea Academy, padahal kini sudah malam. Dari papan penanda kelas yang berada di bahu kiri gadis itu, Liz dapat mengetahui bahwa orang yang berdiri di hadapannya itu adalah kakak kelasnya. Liz tak tahu harus mengatakan apa, ia merasa bingung dengan situasinya sekarang, dan juga ia merasa sedikit malu karena telah salah menyapa orang.  

   "Selamat malam," kata gadis itu secara tiba-tiba, memecahkan keheningan diantara mereka.

   Tersentak dengan situasi formal yang datang secara tiba-tiba, dengan spontan Liz membalas ucapan gadis itu. "Se-selamat malam!" balasnya dengan gugup. 

   "Perkenalkan nama saya Agria Florence, ketua osis sekolah menengah pertama Azalea Academy." ucap gadis itu memperkenalkan dirinya.

   'Ketua osis? Kenapa ketua osis mendatangiku?'  

   Melihat Liz yang kebingungan dan tak tahu harus berkata apa, gadis bernama Agria itu kembali berkata, "Eliza Scarlett, bisakah saya meminta waktumu sebentar?"

   'Eh?'

***

   Liz menatap susu cokelat panas yang berada di depannya dengan gelisah. Dia merasa canggung dengan situasinya sekarang. Beberapa saat yang lalu, seorang gadis bernama Agria yang mengaku sebagai ketua osis sekolahnya mendatangi kamarnya dan mengajaknya ke ruang santai asrama. Dan sekarang, disinilah dia berada, duduk berhadapan dengan kakak kelasnya dengan dua mug berisi susu cokelat hangat.

   Liz menatap sekelilingnya. Ruang santai asrama terlihat begitu sepi. Biasanya, ruang santai ini selalu ramai oleh penghuni asrama baik siang ataupun malam. Namun sepertinya malam ini tak ada satupun yang berani keluar dari kamarnya, terutama setelah kejadian penyerangan salah satu siswi Azalea Academy. Mungkin hanya dirinyalah dan Kak Agria yang berani keluar kamar pada malam ini.

   Liz menundukkan kepalanya. Ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Ia tak pernah terbiasa dengan situasi yang formal. Apakah mereka tak akan dimarahi oleh guru penjaga asrama jika berada di luar kamar pada jam segini? Lagipula, kenapa salah satu pengurus sekolah seperti Kak Agria mengajaknya keluar dari kamar?

   Perlahan, Liz melirik Kak Agria. Kakak kelasnya itu terlihat begitu tenang, dengan santai ia mengambil mug berisi susu cokelat hangatnya dan menyeruputnya perlahan. Kak Agria terlihat tidak takut dengan situasi sekarang, berbeda dengan  dirinya yang terlihat gelisah.

   Perasaan Liz kini dipenuhi rasa ketidaknyamanan. Di ruangan ini, hanya ada dia dan Kak Agria. Sepintas, ia menaruh rasa curiga pada Kak Agria.

   'Tidak!'

   Liz menampar dirinya secara mental. Dia berusaha mengusir perasaan negatif yang perlahan menyelimuti dirinya. Bagaimana mungkin dirinya telah mencurigai Kak Agria? Tidak mungkin Kak Agria akan berbuat sesuatu yang buruk padanya. Dia tidak boleh langsung menilai seseorang yang baru ditemuinya!

   "Maaf, telah memanggilmu malam-malam begini." ucap Agria yang membuat Liz tersentak. "Aku tahu aku telah membuatmu tidak nyaman."

   "E-eh, ah, ti-tidak sama sekali!" balas Liz berbohong. Liz tahu, berbohong itu tidak baik, namun dia telah mengatakannya secara spontan.

   Agria tersenyum lembut. Senyumannya membuat Liz menjadi sedikit tenang juga merasa kesal pada dirinya yang telah mencurigai Kak Agria yang baik hati ini.

   Melihat Liz yang sudah tenang, Agria segera membuka percakapan. "Aku memanggilmu kesini sebagai perwakilan dari dewan sekolah."

   "Dewan sekolah?" Liz bergumam, keheranan.

   "Ya. Kami, sebagai dewan sekolah meminta maaf sebesar-besarnya kepada Eliza Scarlett." kata Agria, kemudian membungkuk meminta maaf kepada Liz.

   "E-eh??" Liz kewalahan, dia benar-benar heran melihat Kak Agria yang tiba-tiba membungkuk di hadapannya. Ada apa sebenarnya? tanyanya dalam hati. "Mi-minta maaf? tapi kenapa Kak?"

   Agria kembali duduk tegak. Kali ini sorot matanya terlihat tajam. "Kami telah membuatmu tidak nyaman disekolah ini. Padahal kamu barusan saja pindah, namun tiba-tiba saja terjadi kasus penyerangan di sekolah ini. Sekali lagi, kami meminta maaf karena telah membuatmu merasa tidak aman di sekolah ini."

   Liz tertegun. Ia tak menyangka, dewan sekolah akan mengutus ketua osis untuk meminta maaf padanya. Ini benar-benar diluar dugaannya.

   "Ti-tidak!" sanggah Liz. Ia menggeleng-geleng kepalanya keras. "Kak Agria tak harus meminta maaf! Apalagi dewan sekolah! Sebaliknya, akulah yang harusnya berterima kasih, di sekolah ini bisa mendapatkan teman-teman baru!"

   Liz sedikit kaget dengan jawabannya sendiri. Dia tidak akan menyangka akan berkata se-spontan itu. Namun jawaban itu benar-benar berasal dari hatinya. Dia benar-benar bersyukur bisa masuk di sekolah ini, dan bertemu dengan teman-teman barunya.

   Disamping itu pula, Agria nampaknya sedikit terkejut dengan jawaban Liz yang spontan. Namun ia segera mengganti wajah terkejutnya menjadi senyuman tulus. Ia bisa mengerti perasaan Liz.

   "Begitu ya..." ucap Agria. "Baguslah. Kuharap kau bisa betah di sekolah ini."

   Liz membalas ucapannya dengan anggukan dan senyuman kecil. Kemudian, dia meneguk susu cokelat hangatnya hingga habis dalam satu tegukan.

   "Baiklah, karena urusanku sudah selesai. Aku akan kembali ke kamarku. Sebaiknya kau juga kembali ke kamarmu." kata Agria kemudian bangkit dari duduknya. Diikuti oleh Liz.

   "Selamat malam." ucap Agria begitu mereka berpisah. Liz hanya mengangguk kecil dan kembali beranjak ke kamarnya. Namun, langkah keduanya terhenti, ketika Agria memanggilnya kembali. Kali ini suara gadis yang lembut itu tersirat nada yang memohon, putus asa, dan sedikit pasrah. Agria berkata pada Liz ;

   "Kuharap kau akan tetap berada di sekolah ini."

***To be continued***

Author's Note

Setelah lama tidak muncul, akhirnya bisa datang lagi dengan membawa chapter baru ini dan dengan visualisasi dan nama yang baru. Hope you'll like it.

Ruuna, 10 Juni 2017

Pandora BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang