Investigation (3)

167 16 6
                                    

Beberapa detik kemudian, aku tersadar, aku tak sendirian di ruangan ini...

.

Aku membatu di tempat awalku. Mungkin karena ruangan ini sangat gelap, jadi aku tak menyadari sebelumnya, tetapi ada seseorang selain diriku di ruangan ini!

Aku tak bisa melihatnya dengan jelas, aku hanya dapat melihat siluet bayangan seseorang. Siluet itu membelakangi cahaya matahari yang berasal dari ventilasi membuatnya wajahnya tak nampak.

Bagaimana ini?! Bagaimana jika orang itu seorang satpam yang sedang bertugas?! Atau seorang polisi? Atau yang lebih buruk, mungkin dia adalah pelaku penyerangan ini!

Siluet bayangan itu sama sekali tak bergerak, mungkin karena kaget akan kedatanganku. Sepertinya dia tak dapat melihat wajahku karena gelapnya ruangan ini. Mungkin sebaiknya aku kabur sebelum dia mengetahuiku? Aah, tapi tetap saja nanti aku ketahuan atau bisa saja aku dicugai!

Hm? setelah kulihat baik-baik,siluet bayangan ini lebih kecil daripada bayangan orang dewasa, setinggi denganku. Kalau 'seseorang' ini hanya siswa AzCa, itu takkan masalah 'kan? Aku tinggal beralasan disuruh guru untuk memeriksa tempat ini.

"Siapa kamu?!"
"Siapa kamu?!"

Oops, kami mengucapkannya berbarengan.
Eh? Tunggu, sepertinya aku mengenal suara ini...? Kalau tidak salah suara ini suara...

"Riki?!"
"Liz?!"

Eh?!

Siluet bayangan itu berjalan menuju kearahku dan aku menyadari ternyata siluet bayangan itu adalah Riki!

"Riki?! Apa yang kau lakukan disini?"

"Liz?! Apa yang kau lakukan disini?"

Oops, kami mengucapkannya berbarengan lagi!

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku pada Riki. "Tempat ini dilarang dimasuki sembarang orang!"

Riki nampak kaget, "Kamu sendiri ngapain disini?"

"Ah, soal itu..."aku tersendat, benar juga, aku juga memasuki tempat yang dilarang dimasuki ini. "Um, jadi sebenarnya begini ceritanya..."

***

Aku menceritakan semuanya pada Riki, tentang bagaimana aku merasa tak berguna ketika menemani Vanka menjalankan tugasnya, dan bagaimana aku memutuskan untuk menyelidiki TKP ini.

"Jadi begitu...," ucap Riki setelah aku menceritakan padanya.

"Kamu sendiri?" Aku bertanya balik padanya. "Kenapa kamu berada disini? Ini toilet cewek tahu."

"Ah, soal itu," dia berkata. "Aku juga merasa tak berguna saat membantu Rei, jadi aku rasa sebaiknya aku ke tempat TKP ini untuk mencari petunjuk."

Aku tertawa kecil, ternyata, aku dan Riki itu mirip. Rasanya tidak buruk juga mencari petunjuk di toilet ini bersama Riki.

"Baiklah, bagaimana kalau kita menyelidiki bersama?" kataku mencoba mengajaknya. "Sebagai teman yang senasib, rasanya lebih menyenangkan jika menyelidikinya bersama-sama!"

Riki nampak kaget dengan ajakanku, namun senyuman langsung terukir di wajahnya. "Ya!" Serunya bersemangat.

Dan penyelidikanku dengan Riki pun dimulai dengan high-five kecil.

Aku dan Riki mulai berpikir. Ada banyak hal yang masih menjadi misteri dalam kasus ini. Pertama-tama, senjata yang digunakan pelaku ketika menyerang korban. Menurut hasil otopsi, kemungkin besar senjatanya berupa pisau dapur. Namun menurut koki-koki yang bekerja di dapur AzCa, mereka tak kehilangan pisau dapur mereka satupun. Apa mungkin pelakunya menusuk korban dengan pisau milik dia sendiri? Namun setahuku, dilarang membawa senjata tajam ke dalam Azalea Academy, itu melanggar peraturan sekolah dan setiap minggu dilakukan pengecekan barang-barang siswa oleh pihak guru. Apakah pelakunya menyembunyikan senjatanya? Tapi dimana?

Pandora BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang