Drama

152 21 1
                                    

Jam digital yang terletak di meja belajarku menunjukkan pukul 06.30. Setengah jam lagi aku akan berangkat ke theater sekolah untuk menonton pertunjukan drama Vanka.

Aku menatap pantulan diriku di cermin. Aku akan datang ke pertunjukan Vanka dan akan melupakan segala hal yang memenuhi pikiranku akhir-akhir ini. Vanka telah menganggapku sebagai sahabat dan aku bahagia akan hal itu. Sejak kejadian itu, aku tak pernah lagi memiliki seorang sahabat ataupun seorang teman. Awalnya aku berpikir itu tak masalah, toh, aku sudah tidak mau memperdulikan mereka lagi dan mereka tidak memperdulikanku juga. Tetapi entah sejak kapan, aku aku mulai berpikir, apakah kesendirian yang kualami ini adalah kebahagiaanku? Karena itulah aku masuk ke Azalea Academy, untuk mencari arti sesungguhnya dari kebahagiaan. Dan aku akan menghargai kesempatan dari Vanka ini untuk menjadi seorang sahabat yang baik sebagaimana semestinya .

Ya, hari ini aku akan berubah. Aku akan menulis ulang sejarah kehidupan menyedihkan seorang Eliza Scarlett.

Setelah memastikan aku telah membawa tiket teathernya, aku berjalan meninggalkan asrama

***

Setelah melewati antrian di loket karcis, aku masuk kedalam theater. Panggung theater masih ditutup oleh tirai merah yang besar, aku dapat menebak, dibalik tirai itu pasti sangat sibuk.

15E, itulah nomor tempat dudukku. Setelah menempati tempat dudukku aku menyadari, bahwa tempat duduk ini persis berada di tengah-tengah theater, sehingga aku dapat menonton dengan pemandangan terbaik di kursi ini. Sepertinya aku harus berterima kasih kembali pada Vanka.

Beberapa menit kemudian, theater mulai ramai oleh para penonton. Lalu lampu di dalam theater tiba-tiba mati dan 2 spotlight diarahkan ke arah tirai merah yang mulai terbuka dan menampilkan seorang narator. Dibawah sorotan lampu theater, narator itu mulai membawakan dongeng klasik Cinderella.

Drama dimulai. Cinderella yang telah kehilangan ayah beserta ibunya kini tinggal dengan ibu tiri dan kakak-kakak tirinya. Dan, astaga, ternyata peran ibu tiri diperankan oleh Vanka! Ya, ampun, aku hampir tak menyadarinya, dia benar-benar pandai berakting.

Drama berjalan normal dan fantastik. Semua pemeran berakting dengan baik. Beberapa adegan juga sukses membuat penonton tertawa dan juga terdiam dalam kesedihan .

Drama mulai mencapai klimaks. Cinderella yang telah diberikan sihir ajaib oleh ibu peri 'pun pergi ke pesta yang diselenggarakan di istana. Tamu yang menghadiri pesta itu terkejut akan kecantikan Cinderella dan begitu pula sang pangeran.

Loh? Bukannya itu si Riki? Oh, astaga, ternyata itu memang si Riki. Riki ternyata berperan menjadi sang pangeran!. Aku tidak ingin mengakuinya, tetapi dia terlihat sempurna dengan kostum pangerannya.

Cerita tetap berjalan. Sang pangeran yang terpesona melihat kecantikan Cinderella 'pun ingin berdansa dengan Cinderella. Begitu pula Cinderella yang jatuh cinta pada pemandangan pertama pada sang pangeran. Mereka berdua pun berdansa di tengah-tengah aula kerajaan. Mereka berdansa dengan dengan sempurna. Sangat sempurna.

Dan saat itulah. Hatiku diserang oleh perasaan yang tak memiliki nama.

***to be continued***

Authors Note:

Karena author sudah lama tidak publish, author bakal publis beberapa part secara berturutan beberapa hari kedepan ini. Maaf kalau cerita ini semakin gaje.
Keep enjoy~

(Haruna_ika, 25 February 2016)

Pandora BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang