Agenda beralih menuju jam istirahat. Setiap peserta maupun panitia memiliki acara konsumsi bersama, bebas membawa makanan sendiri atau meminta ke teman dekat.
Hari ini Lars sedang menghirup banyak hidayah, karena nasi kotak yang sudah ia siapkan sejak tadi. Konon, Lars berinisiatif ingin membagikan makanan kepada rekan-rekan sesama camp-nya.
"Lauknya bikin gue gak doyaan bjirr!"
Yaa, meskipun Lars juga harus tahan banting dari kelakuan Askar yang sangat shibal. Komentar mengalir, mulut pun mengunyah.
"Saking aktifnya lo ngomong, sampe ga sengaja nelen makanan ya? Mana udah tinggal separuh lagi. Woee pelan-pelan! Gak ada yang ngerebutt jatahh loo!!" tegur Lars.
"Clap... clap... clap... gapapa, mumpung gue inget makan."
"Baru aja mau gue ajakin makan bersama di perumahan camp."
"Mana gue sempet bjir? Lagi semenit aja gue udah ngurusin hal lain."
"Siapp dehh si paling sibuk, mentang-mentang jadi sesepuh mahasiswa." Lars berkacakak pinggang, berkali-kali hatinya meneriaki Askar kuda nil.
Lars pergi mencari target berikutnya, mengabaikan Askar yang tiba-tiba keselek akibat tidak ada air. Teriakan Askar bagaikan butiran debu. Lars tetap berjalan lurus menemui Elsya dan Berline, berhubung mereka berdua masih akrab (membahas materi).
"Guyss, gue punya nasi kotak nih. Kita makan bareng di dalem kuy, ntar gue ajakin Nara sama Kenav juga."
"Kesambet apa lo barusan?" Berline mengernyit heran sebelum tangannya dipaksa menerima pemberian. Lars hanya tersenyum lembut.
"Dari dulu gue emang suka berbagi gini kok, Line. Maaf yaa tadi gue merasa bersalah banget. Sekarang gue bakal kasih Kenav makan juga."
"Hm" ketus Berline.
"Ohh yaudah ayo kita makan bareng kak, mumpung aku-"
"Eits, siapa juga yang mau ngajak lo? Deket aja engga."
Elsya menghela nafas, berusaha menahan denyutan di tulang rusuknya. Elsya melepas senyuman tipis untuk memaklumi perkataan Berline secara paksa.
"Elsya, sini makan sama kitee!!"
Bersyukur karena akhirnya Elsya diajak oleh teman sekelasnya. Elsya langsung berpamitan kepada Lars, hingga meninggalkan mereka dengan perasaan sedikit antusias.
"Tega banget lo njirr sama temen sendiri."
"Diem lo, cuma gue yang tahu apa yang gue mau. Dia pun cuma boneka bagi gue."
"Ckckck... yowes deh, bukan urusan gue. Kite cari Kenav aja kalau gitu."
🔪🔪
Ternyata Nara dan Kenav sudah ber-santuy di halaman, sambil romantis tipis-tipis. Dari sekian anggota Camp, Lars hanya bisa mengumpulkan 3 orang. Mereka berdua langsung duduk mengikuti posisi couple gesrek ini.
"Gue harap kalian suka sama nasi langganan gue." Lars mulai membongkar kreseknya.
Lars rela dipandang sebelah mata demi membangun kerjasama tim, bahkan tanpa sadar Nara sudah membidik lelaki itu dengan tatapan elang.
"Habis ketempelan malaikat bersayap ni anak," ejek Nara.
"Mungkin dedemitnya yang bikin dia tobat," timpal Berline.
"Amit-amit, bukan atas hasutan makhluk lain. Kalian aja yang belom tahu sifat asli gue," sangkal Lars. "Baik kan? Ga nyangka kan? Gue dong, laki-laki langka!!"
"Habis ini bakal ada kasus lagi ga ya? Biasanya kan suka banget tuh ada orang mati pas habis makan." Nara asal ceplos membuat mereka kaget. Nyaris saja Kenav ingin menyembur Lars.
KAMU SEDANG MEMBACA
Theory 247 ||
Mystery / Thriller6 tokoh penting Universitas Antajaya Indonesia harus berkutat dengan kasus pembunuhan mahasiswa berprestasi. Bukannya bekerjasama, mereka justru terlihat saling memojokkan, sampai akhirnya satu persatu menjadi target dari pembunuh. Lantas, teori sia...