Sebelumnya, jangan lupa votement ya manteman untuk mendukung alur cerita. Makasih
.
.
.
Sebuah berita menampilkan korban kecelakaan motor. Cairan merah berserakan menodai separuh jalan raya tol. Identitas korban terbukti melalui jas abu yang menggabarkan salah satu universitas ternama. Logo burung garuda bertaut persegi panjang dengan tulisan Antajaya Indonesia.Punggung lelaki itu menduduki sofa dan menghadap layar televisi. Perlahan sudut bibirnya terangkat sumringah. Posisi lehernya berubah sedikit membungkuk agar bisa lebih fokus menyimak topik.
"Kenav, Papa mau beli kucing baru sebentar. Nanti kamu jagain blacky biar gak ngambil makanan tetangga lagi yaa."
Tiada jawaban dari Kenav sama sekali membuat alis pria paruh baya itu bertaut kencang. Sepintas Papa Kenav yang bernama Anand sengaja menundukan kepala, bermaksud mengecek anaknya dari belakang sofa.
"Cieee seneng banget tuh kayaknya ngedate online sama ayank," godanya
Sejak tadi Kenav belum bisa menahan senyuman, karena buble chat pacarnya yang tumben over romantis melebihi dosis narkoba. Ajaibnya, setiap kali Kenav mengirim pesan, lawan bicaranya langsung membalas dalam waktu sedetik. Tentu saja membuat Kenav menjadi kecanduan untuk terus bermain handphone bahkan rela mengabaikan acara TV.
"Pa, minta restunya yaa. Kenav sayang banget sama ni cewek."
"Hh mulai deh bucin... bubur cina. Dah ya, Papa pamit healing bentar."
"Papa ga kasih restu dulu nih?"
"Hmm gimana yaa... bukannya Papa gak suka sama cewek kamu, cuma yaa... kamu kan belum cukup umur. Fokus kuliah dulu lah biar mapan kayak Papa."
Antusias Kenav menurun. Perlahan senyum manis yang terpancar juga mulai pudar, Kenav merasa tertampar hari ini. Namun punggung Anand sudah semakin jauh sampai tatapan Kenav terus mengawasi kepergiannya.
"Maafin Kenav Pa belum bisa ngasi yang terbaik untuk keluarga kita," lirih Kenav kemudian urung mengetik handphone.
Tanpa sengaja, keyword handphone bersentuhan dengan sofa saat Kenav melemparnya secara sembarangan, hingga kepencet tanda send.
Hasil menyatakan bahwa Kenav sebenarnya mengobrol dengan pacarnya berbasis fitur bot.
---
Nara yang asli ternyata sedang asyik balap motor. Deruman masih menggelegar di seluruh kawasan liar ini.
"Ayooo sapuu bersihh skor 40!!"
Para penonton bersorak riang mendukung jagoan mereka. Dari ujung kanan terlihat deretan poster sesuai dengan lambang geng motor masing-masing. Sebanyak 10 peserta sudah tersalip motor milik Nara. Betapa bangganya kapten itu sekarang. Otak Nara sudah membayangkan mandi uang segepok saat pulang nanti.
"Walaupun gue mesen ayam geprek tapi datangnya malah risol, setidaknya gue bisa menang tanpa bantuan ojol!!" monolog Nara random.
"SEMANGATT NARAA, I LOVEE YOUU!!"
"What?!"
Krieettttt....
Mendadak motor Nara oleng akibat suara biadab di bagian penonton. Nara tak habis pikir atas tingkah menyebalkan Askar, padahal sudah diberi peringatan agar tidak nekat datang. Larangan itu justru menjadi perintah bagi Askar.
Beruntung Nara sukses menyeimbangkan motornya kembali. Kendati Nara juga sudah berpengalaman selama puluhan tahun. Nara menggunakan sisa waktunya agar lebih fokus ke pertandingan.
Brumm!!
Brumm!!
Brumm!!
"Wohoooo!!"
Prok... prok... prok....
Kemenangan berpihak pada Nara karena ban motor sudah mencapai garis finish. Seisi studio memenuhi gelak dan sorakan meriah dalam menyambut Nara.
Namun pembalap lain justru saling berbisik, seolah terjadi kejanggalan pada pertandingan. Mereka kian berusaha menanyakan beberapa orang sebelum berkumpul kembali.
"Gimana bro?"
"Gawat, sejak tadi dia udah ilang!"
---
"Kenapa sih lo niat banget nyariin gue?"
Kini mereka berdua menikmati lembayu senja. Ekspresi Nara juga terlihat lebih tenang, sehingga membebaskan Askar untuk mengobrol hangat. Tak lupa, Askar membelikan dua botol jus alpukat sebagai teman cemilan.
"Gaada salahnya kan gue pengen nonton lo?"
Dua pasang bola mata bertemu satu sama lain. Nara bisa merasakan tatapan hangat Askar, sungguh menenangkan hati.
"Anggap aja lah gue fans lo sekarang," tutur Askar lembut.
"Ntar kalau lo ketangkep gimana? Selama ini lo terkenal sebagai mahasiswa teladan."
"Ya gapapa dong, emang udah jadi resiko gue disorot ke media. Biarin kapten kampus Antajaya Indonesia ini keciduk!" Askar melanjutkan sesi minum.
"Gak, gak, gue gak mau reputasi lo hancur." Seketika Nara gemetar membayangkan jika seandainya Askar beneran tertangkap.
"Ra, gue bukan tersangka. Buat apa gue takut terhadap kesalahan yang engga gue lakuin? Gue cuma penonton, ya wajar dong gue masuk penjara selagi balapannya masih ilegal."
"Lo... gila bener—"
"Demi dukung lo. Gue rela ngelakuin apapun. Sekalipun reputasi gue hancur Ra."
Deg!
Nara terdiam mencerna setiap kalimat tulus yang keluar dari lelaki itu.
"Tapi lo jangan khawatir yaa... gue juga bakal sogok polisi biar lo bebas."
Alis Nara langsung bertaut. Gejolak emosi kembali meletup di dalam hatinya. Baru saja luluh, eh Askar justru seenaknya ingin mencari masalah.
"Lo kira gue gak mampu hah?! Gue bukan pengemis yang murah bantuan!"
"Ehh bukan gitu maksud gue..."
"Nih, makasih!!"
Dengan lagak kesal, Nara menaruh botol alpukat secara kasar kemudian hendak meninggalkan Askar. Kakinya sempat berhenti membelakangi badan Askar.
"Dan satu hal lagi.... gue udah punya pacar. Mulai sekarang stop ngincer gue!"
Nara bergegas menjauhi lelaki yang masih terpaku di pinggir jembatan. Seiring dengan tenggelamnya matahari, keberuntungan semakin sempit bagi nasib Askar untuk mendapatkan Nara. Langit sengaja memanggil mentari pulang agar bulan bisa menghiburnya sebagai pengganti cahaya.
#BERSAMBUNG
Hihihi sekian dulu ya guys, makasih udah nyempatin waktu buat baca part ini. Lopee youu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Theory 247 ||
Mystery / Thriller6 tokoh penting Universitas Antajaya Indonesia harus berkutat dengan kasus pembunuhan mahasiswa berprestasi. Bukannya bekerjasama, mereka justru terlihat saling memojokkan, sampai akhirnya satu persatu menjadi target dari pembunuh. Lantas, teori sia...