[ - 6 ]

100 12 1
                                    

Stimulus atas peristiwa tadi telah menimbulkan pertanyaan bagi sistem kinerja otak manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Stimulus atas peristiwa tadi telah menimbulkan pertanyaan bagi sistem kinerja otak manusia. Kumpulan neuron menghubungkan koneksi melalui sinapsis membuat akson bekerja tanpa henti.

Kenav mungkin hampir menyerah terhadap perdebatan di pikirannya sendiri. Penglihatan lelaki itu berpusat kepada Lars yang sedari tadi berjalan mondar-mandir dalam diskusi.

"Udah jelas banget itu pembunuhan! Mana ada lompat diri sampe berbusa gitu?" tanggap Lars.

"Iyaaa, kita juga tau... intinya kita kudu waspada ajaa," sahut Askar.

"Jaga diri doang mah kaga cukup bre."

"Ohh lo mau jadi super hero di kampus? Lo pasti mengira dunia ini fiksi! Ngungkapin kasus itu lo anggap segampang narasi penulis," sangkal Askar.

"Kenapa lo yang panas? Lagian dia juga kok yang bakal bayarin detektif sama polisinya," Nara menunjuk Lars dengan entengnya, seolah semua masalah akan beres di tangan lelaki naruto itu.

"Gue mikir logis aja Ra. Kadang pihak berwajib aja kewalahan nyariin penjahat, apalagi kita yang cuma mahasiswa."

"Lo aja kali yang mau menghambat rencana! Awas aja yaa lo terbukti pembunuhnya," tuduh Nara.

"Yowes, gue tahu lo bakal berpikir negatif ke guee. Nyawa lo yang terancam, gue gak ikut campur."

"Ya enggalah, gue aja tampang dah begini. Mana ada yang berani sama ketua geng ini?! Lagian gue gak pernah minta bantuan lo!"

Sejak tadi Berline berkutat bukan karena mengidentifikasi kasus tadi, namun ada hal yang lebih mempersulit saraf otaknya. Berline tertegun setelah suara perdebatan memutuskan alam bawah sadar-nya.

"Gue malah khawatir sama UKM Pers. Makin susah proker (program kerja) UKM berjalan." Berline menarik perhatian.

"Ya makanya kita harus selesaiin dulu kasusnya biar proker lo kembali jalan dan UKM Pers ga bakal terancam berhenti," sahut Lars.

"Tapi gue bisa apa? Kalau gue gak segera melaksanakan proker, kita gak bakal bisa ikut study banding ke luar negeri. Kalau kita gak study banding, dimana gue bakal dapet piagam buat kampus kita?"

"Yaa kita harus gimana Berline? Kita gak bisa maksain keadaan!"

"Study banding itu demi kepentingan kampus atau kepentingan lo?"

Terselip suara Askar yang ternyata sudah selesai beradu argumen dengan Nara. Kini Askar justru semakin heran terhadap reaksi gadis tinggi di hadapannya. Seisi ruangan langsung hening, seolah semua udara ikut menyaksikan situasi tegang yang terjadi.

"Logikanya, lo kan menjadi ketua UKM, otomatis lo yang paling banyak mendapatkan kepercayaan dari dosen. Jadi, nilai lo di UKM pasti lebih gede dibandingkan anggota lo. Itu artinya lo takut kalau gak dapet nilai itu kan?!"

"Urusan kakak apa ya? Kan gue juga yang ngejalanin ini semua," sangkal Berline.

"Gue yakin ada keterkaitan sama kasus pembunuhan disini. Semakin gede poin lo, semakin besar lo dapet peluang buat menguasai semua media kampus, bahkan di luar kampus. Itu artinya lo ingin menjatuhkan nama kampus yang udah bikin lo setres!"

Suara Askar telah menyanyat hati Berline untuk kali pertama. Hebatnya, gadis itu masih ingin berusaha terlihat biasa saja, karena terlalu ekspresif di hadapan banyak orang bukanlah keahliannya.

"Woy, lo kira cuma adek gue doang yang punya peluang? Lo lihat noh... partner si Berline ituu perannya juga gak kalah penting di pers. Dia ponakan dosen, gak perlu nyari poin pun bisa menguasai media. Hanya saja masih nunggu waktu yang tepat biar adek gue yang kena tuduh!" Mata Kenav jatuh kepada Lars.

"Sotoy banget anying! Ga ada faedahnya gue buat jadi yang terbaik di kampus. Jangan lupa lirik pacar lo juga! Dia si paling brutal, suka nyakitin atau begal orang. Makanya kampus mulai ga aman sejak ada dia." Lars mencodongkan kepalanya ke arah Nara.

"Gue emang suka nyerang orang, tapi gak pake cara pengecut kayak gitu! Sekalipun kalau seandainya gue pembunuh, gue akan merasa malu nyerang dari belakang!" sangkal Nara.

"Ya tapi kan lo bisa aja ngubah rencana demi tujuan utama lo.

"Apa tujuan gue? Jawab!!" bentak Nara.

"Yang jelas gue gatau isi pikiran orang cerdik, apapun bisa terjadi!"

Puck!!

Tanpa segan bogeman meluncur di pipi kanan Lars, sontak hampir mengundang situasi yang panas.

"Nara!!" Kenav langsung menahan kedua tangan pacarnya.

"Kalian kira emosi bisa nyelesaiin masalah hah? Harap semuanya tenang! Siapapun itu, intinya kita jangan mikir terburu-buru. Minimal jernih dulu," suara Berline.

"Shit!"

Kini mereka semua terasa sangat kalut, hanya saling menyalahkan tanpa hasil. Dengan frustasi, mereka menjauh satu sama lain hingga meninggalkan ruangan.

***

BRAKKK!!!

Hantaman membelah keramaian. Rasa antuasiasme berubah drastis, puluhan senyum yang awalnya mencerahkan suasana, kini langsung pudar. Kedatangan Berline pun disambut oleh wajah-wajah tegang mahasiswa.

Bukan menghiraukan respon mereka, melainkan Berline mengalihkan perhatian kepada Elsya. Tanpa segan gadis tinggi itu langsung menerkam pergelangan tangan Elsya sekuat mungkun.

"Kemana aja lo barusan?!" bentak Berline.

"Tadi... tadi... gue-"

"Apa?!!"

"Gue nenangin diri sebentar..."

"Terus, ada mayat yang berjatuhan gitu aja waktu lo menghilang kan?!!"

Manik Elsya melebar kaget hingga mempengaruhi pergerakan tubuhnya. Elsya nampak gemetar hebat. Sontak lidahnya susah dikendalikan.

"Eh cewek aneh! Lo pasti sengaja menghilang H- beberapa jam biar ga ninggalin jejak kecurigaan!"

Berline semakin mengangkat tangan lawan bicaranya.

"Hahaha bagus... nih bukti gue makin kuat sekarang! Tangan lo bau apek. Saking paniknya yaa sampe lupa bersihin tangan?" sarkas Berline.

Tiba-tiba salah satu mahasiswa melepas paksa cengkraman Berline hingga mengajak Elsya menjauh.

"Sya, udah gausah dipikirin. Gue yakin lo ga mungkin terlibat," bisik mahasiswa disebelah Elsya.

"Stop, gue ga butuh belas kasihan lo!" Elsya langsung mengalihkan perhatian menuju tempat duduk bagian belakang.

"Sekuat apapun usaha lo buat menghindar, gue pastiin lo ga bakal hidup tenang setelah ini," ancam Berline.

Di balik jendela, sudah ada sosok Lars yang mengawasi keributan. Cowok itu berusaha menetralisir perasaan. Lagi-lagi Lars menghela nafas, entah berapa kali dadanya selalu sesak.

Sekilas ingatan Lars memperlihatkan wajah mayat mahasiswa itu. Usai berkumpul di sebuah ruangan tadi, Lars memutuskan untuk mencari tahu identitasnya. Alhasil, Lars tidak menyangka bahwa orang yang sudah kehilangan nyawa adalah kakaknya sendiri.

#Bersambung

Hello guys makasi banyak yaa udah nyempatin waktu buat baca. Jan lupa support kalian selalu! Love you all🥳

Theory 247 || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang