{ 17 }

46 4 2
                                    

HELOO AKU COME BACK!!

huhu maaf banget yaa gess baru on. Soalnya udah semester 5, dikit lagi ke skripsi xixixi... semoga semua pekerjaan kita dilancarkann!

So, aku janji bakal namatin novel ini kok. Bagi kalian yang sempet suka, tolong stay dulu yaa wkwkwk

OKE HAPPY READING ALL!!

Sepasang sepatu boot menghalangi penglihatan Lars. Perlahan kepala lelaki itu terangkat, mendapati sosok Nara dengan senyuman sarkasme. Setelan pakaian yang serba hitam memperkuat identitasnya sebagai seorang brutal.

"Lo budeg juga yaa, dibilangin ada gas beracun, malah sengaja masuk. Nyari mati pake jalur dongo ya lo," ledek Nara.

"Terus lo ngapain nguntitin gue kayak intel begitu?"

"Nguntit? Orang gue ga sengaja doang lewat, terus ngeliat lo nekat mau mati. Kan kita satu atap."

Dengan gemetar, jemari Lars menunjuk lawan bicaranya.

"Gausah dramatis gitu anjay!!"

"Gimana gue gak panik... soalnya lo yang teriak tadi kan? Gue baru ngeh suaranya persis sama lo."

"Well, lo takut banget sih. Gue jadi ngeraguin kodrat lo sebagai cowok. Masii untung yaa gue tolong." Nara melipat tangan di depan dada sembari menatap langit-langit dengan santai.

"Lo tega bikin rencana gue berjalan cuma setengah. "

"Gue sengaja teriak biar lo segera keluar. Ntar lo keasyikan di dalem, malah mokad duluan. Kan lucu bangett."

"Alasan doang lo, padahal ada sesuatu yang mau lo sembunyiin untuk gagalin penyelidikan gue."

Nara terkekeh kecil, masih memasang tatapan intimidasi, tidak habis pikir terhadap tingkah konyol rekannya.

"Bukan woyy... gue justru berterima kasih sama lo karena udah ngebantu gue nemuin bukti. Anggap ajalah balas budi ke lo."

"Tapi udaranya terdeksi non-racun woy. Pasti lo udah netralin campuran racun biar lo juga bisa masuk, lalu menghilangkan petunjuk bekas pembunuhan tadi."

"Netralin pake apa? Lo liat kan nih gue lagi ga bawa apa-apa." Nara merentangkan tangan dengan santai, bahkan membiarkan Lars memeriksa seluruh isi kantong pakaiannya.

"Bohong mah, siapa tahu lo udah buang semua campuran itu pas di kamar Ber-"

"Periksa dulu! Bacot ah," paksa Nara.

"....."

"Malah diem... mau periksa atau gue yang paksa lo duluan!"

"Mana bisa lo keras? Status lo aja masih tahanan."

"Penilaian lo terlalu subjektif, ga cocok dijadiin teori. Tau gitu sekalian aja gue bunuh lo di dalem kalau seandainya gue beneran yang bunuh Berline. Ribet amet pake ngebebasin lo segala!!"

Kali ini Lars kalah telak. Tangan lelaki itu terkepal erat dengan basuhan keringat. Hanya menatap nanar ekspresi Nara yang seolah merendahkan dirinya.

"Ga percaya? Yaudah masuk lagi, periksa sono! Kali ini gue gak bakal nyelamatin lo."

Nara sukses meyakinkan pemikiran Lara yang keliru. Rasanya sungguh bodoh jika meladeni anak ini terus. Dalam sekejap, punggung Nara sudah menjauhi Lars yang terus mengawasi kepergiannya. Sesekali Lars berpikir, mempertimbangkan argumen-nya sekali lagi sebelum menuduh Nara lebih mendalam.

πππ

Lars memijat kepala frustasi, kebetulan Askar berada di satu ruangan.

"Sebegitu yakin kah lo bisa ngelawan Nara?" Askar menata berkas-berkas.

Theory 247 || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang