VOTE YAHH, MAKASIH
"Jika kita menyukai seseorang dalam diam, maka kita harus bisa menerima semua konsekuensinya"
°°Revan Sagara Caesar°°Malam itu, Asa disibukkan dengan kegiatan yang ia lakukan. Ia menuliskan semua yang sedang mengganjal pikiran nya akhir akhir ini pada sebuah notebook miliknya.
Karena dia sering menuliskan isi pikiran nya, kepada notebook tersebut. Sampai sampai ia menamai notebook tersebut 'my star'
Wednesday, 03-07-24
My Star, aku bingung. Saat ini aku sedang dilanda penyakit gugup yang sering kali kambuh di depan dia.
Sebut saja dia 'Ravin' lelaki yang baru saja memberiku pertanyaan bak kegiatan versi anak kuliah. Membingungkan untuk dijawab olehku yang masih kekanak kanakan seperti ini.
Yesterday, i have one questions. But, i'm not answer this questions.
Aku masih belum yakin jika akan memilih jawaban iya untuk jawaban dari pertanyaan itu. Jujur saja, aku belum yakin dengan perasaanku sendiri.
Entah mengapa, aku takut jika jawabanku akan menjadi pilihan yang salah. Star, aku sepertinya membutuhkan bantuanmu. Walaupun aku tau, mustahil jika kau akan memberikan jawaban kepadaku.
Setidaknya, aku sudah memberitahu dirimu. Bodoh nya diriku, mana mungkin kau akan menjawabnya. Kau saja benda mati yang sedang ku ukir permukaan tubuhmu.
Now, i'm not with him
Asa, menutup notebook tersebut dan membiarkan tubuhnya jatuh pada kasur empuk miliknya.
"Huftt, kadang gue suka berpikir kalau nggak seharusnya gue berhubungan sama dia" gumam Asa sambil melihat ke langit langit kamarnya. Kemudian ia menutup kedua netra nya yang sedang dilanda lelah.
~~~~~
"Apa gue terlalu keras sama dia ya?" batin Ravin yang membuatnya melamun saat berkumpul bersama temannya di KPR.
"Lo sadar nggak sih si Ravin ngelamun mulu dari tadi?" bisik Pati kepada Alvin yang sedang menyeruput kopi panas.
"Iya, dari tadi keluar SMA dia gitu kan? Gue tadi sempet liat dia ngobrol sesuatu sama Asa, terus dia kesini dengan keadaan dia yang kayak gini. Dia kenapa yah?" balas Alvin tak kalah bingung
Lava yang duduk di samping mereka, dan mendengar pembicaraan mereka, bersuara. "Nggak usah ikut campur urusan orang lain" tukas Lava
"Astagfirullah, pinter pinter gitu lo nyebelin ya Va" ucap Alvin seenaknya, namun tidak digubris oleh Lava.
"Eh lo ngomong apa barusan? Lo nyebut kata 'istigfar' ya?" seru Laksana dari seberang
"Eh iya, gue lupa. Eh, boleh nggak sih sama Tuhan? Tuhan nggak marah kan? Semoga nggak" balas Alvin
"Hayoloh, Tuhan lo marah loh Vin. Lo berdosa haha" ejek Abraham
"Heh, nggak usah gitu lo Ham. Dewa lo juga marah kan kalau lo ngejek?" balas Alvin
"Mana ada, sok tau lo. Kita beda agama, Tuhan kita beda. Lo kan nggak tau agama gue aturannya kek gimana" jawab Abraham
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVINSA
Roman pour AdolescentsTempat dimana seorang laki laki yang di cap berandalan, sekaligus anak dari pemilik sekolah tersebut singgah. Laki laki yang tidak pernah menaati peraturan di sekolah. Ia selalu menganggap bahwa dirinya bebas melakukan apapun tanpa khawatir terken...