sembilan

6.5K 258 3
                                    

“Iya, Mas. Dah!” Aku menjauhkan ponsel dari telinga dan kembali memejamkan mata. Menikmati pijatan di kepalaku.

Creambath setelah kuliah dan menyelesaikan masalah dengan Mas Danu adalah hal ternikmat hari ini. Kalau bukan karena Gita yang super cerewet, mungkin mataku sudah terpejam sejak tadi.

“Hebat juga suami lo. Bisa nahan diri berbulan-bulan, padahal mungkin dia kepengen,” kata Jihan, yang berada di sebelah kiriku. Sementara Sarah dan Gita berada di sebelah kananku.

“Kalo gue sih, nggak kuat. Semisal ada laki-laki seganteng suami lo, wah dari malam pertama udah gue telanjangin,” timpal Gita. Ya temanku satu ini memang punya mulut yang sulit dikontrol.

“Agresif amat,” komentar Sarah.

“Biarin, suami suami gue juga,” balas Gita.

“Siapa yang mau nikah ama lu?” balas Sarah tidak mau kalah.

Dua orang ini memang paling suka berdebat. Biasanya cuman perkara kecil. Aku dan Jihan sudah terbiasa, jadi cukup diam dan menikmati perdebatan mereka.

“Jadi, gimana rasanya ciuman?” tanya Jihan di tengah-tengah cekcok Gita dan Sarah.

“Aneh, Han.” Aku bergidik mengingatnya lagi. “Gue nggak tau jelasinnya, tapi aneh aja pas ada yang kenyal-kenyal nempel di bibir gue.”

Jihan terkekeh. “Ya emang gitu. Lo belum terbiasa aja.”

“Gue amatir banget,” gumamku.

Kira-kira Mas Danu akan mempermasalahkan keamatiranku tidak, ya? Bagaimana kalau Mas Danu tidak merasa puas denganku?

Apalagi aku banyak membaca curhatan-curhatan istri yang berseliweran di sosial media, tentang suami yang akhirnya selingkuh karena tidak puas dengan istrinya.

“Emang ada orang baru ciuman langsung jago? Kita semua juga belajar, Mika. Lo tenang aja, suami lo pasti ngajarin lo.” Perkataan Jihan membuatku sedikit tenang.

Tapi ngomong-ngomong soal Mas Danu, aku mendadak kepikiran sesuatu. “Setelah gue pikir-pikir kalo dia ajarin gue, berarti dia udah jago dong? Belajar dari mana?”

“Mana gue tau? Kenapa nanya sama gue? Tanya sama suami lo sana,” balas Jihan.

“Wajar dong. Cowok umur 30, masa nggak pernah ciuman. Bukan maksud gue bikin lo overthinking lagi, ya.” Gita bermaksud menenangkan, tapi aku juga jadi bertanya-tanya.

“Tapi Mika, lo tetap pemenangnya walaupun dia punya banyak mantan.” Sarah ikut menghibur.

“Mantan?” ulangku.

Benar juga. Laki-laki setampan Mas Danu, mana mungkin tidak pernah pacaran. Perempuan papasan sama Mas Danu aja bisa dibikin terpesona sama dia.

“Jangan dipikirin, itu masa lalu. Sekarang lo istrinya,” kata Jihan lagi.

Tapi tetap saja, aku tidak tenang. Aku penasaran dengan kehidupan Mas Danu sebelum menikah denganku.

**

Mas Danu baru saja selesai mandi. Dia sudah berpakaian lengkap—celana selutut dan t-shirt warna abu-abu—dan kini sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

Kurasa ini waktu yang tepat untuk menanyakannya.

“Mas..” aku memanggil ketika dia duduk di tempat tidur.

“Hmm?” Mas Danu menoleh ke arahku yang tengah berbaring ditutupi selimut.

“Sebelum kita nikah, Mas punya berapa mantan?” tanyaku tanpa basa-basi.

Ajari Aku BercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang