enam belas🔥

8.4K 200 1
                                    

"Kamu yang mulai atau Mas yang mulai?"

Aku sempat menahan napas ketika pertanyaan itu terlontar dari mulut Mas Danu. Bukannya jadi tenang, Mas Danu malah membuatku makin berdebar. "Mas aja. Aku nggak tau."

Mas Danu tersenyum. "Ikutin Mas."

Aku mengangguk kikuk.

Mas Danu menaruh satu tangannya di pipiku. "Siap?"

Aku mengangguk lagi.

Mas Danu membimbing kedua tanganku agar memeluk lehernya. Lagi-lagi aku dibuat terkejut. Posisi ini membuat kami semakin menempel.

Secara alami tangan Mas Danu menuju tengkukku dan satunya lagi diletakkan begitu saja di pahaku. Saat bibir Mas Danu akhirnya menempel, mataku langsung terpejam kuat.

Kata Mas Danu, aku hanya perlu mengikutinya. Dan mengingat ciuman yang sebelum-sebelumnya yang kami lakukan.

Dan itulah yang aku lakukan. Dalam keadaan pandangan yang gelap dan yang kutahu hanya Mas Danu ada di depanku, aku ikut menggerakkan bibir seperti yang Mas Danu lakukan.

Aku membuka mulut lalu mengatupnya dengan sedikit mengisap, sembari memiringkan kepala berlawanan dengan Mas Danu.

Debaran yang aku rasakan bukanlah debaran karena gugup, tapi entahlah, mungkin tubuhku yang mulai terasa panas. Debaran kali ini membuatku ingin terus melakukannya bersama Mas Danu.

Lebih dan lebih.

Mas Danu merapatkan tubuhnya sampai aku perlahan jatuh dan akhirnya berbaring. Dengan setengah tubuh Mas Danu menindihku.

Namun meski sedikit terkejut dengan posisi ini, aku tidak mendorong atau berniat menghentikan Mas Danu.

Tempo ciuman Mas Danu segera berubah, menjadi lebih menggebu. Mas Danu melumat dan mengisap bibirku dengan tergesa. Bahkan aku bisa mendengar bunyi cecapan bibir kami.

Namun yang lebih mengejutkan dari itu adalah aku. Di luar dugaan, aku mulai bisa mengimbangi Mas Danu. Aku bisa mengatur napas dan tidak lagi harus berhenti untuk memberiku jeda narikan napas panjang.

Disela ciuman yang entah kapan berhentinya, tiba-tiba kedua mataku terbuka ketika kurasakan tangan Mas Danu menjalar masuk ke dalam kausku.

Tanganku menahan tangan Mas Danu yang telah sampai ke pinggangku. Dan seketika itu juga, bibir Mas Danu berhenti bergerak.

Mas Danu membuka mata dan mengambil jarak untuk menatapku. Mas Danu tersenyum lalu menarik tangannya dari dalam kausku.

"Mas.."

Mas Danu bangkit dan kembali duduk. Baru setelah itu dia menarikku agar ikut duduk.

"Mau lanjut?" tanyanya.

"Lanjut apa? Masih ada tahap selanjutnya?" tanyaku sembari merapikan rambutku yang sedikit berantakan.

Mas Danu mengangguk. "Ada. Ini tahap terakhir dari ciuman."

Aku terdiam. Tahap ciuman banyak juga. Belum yang lain nantinya. Berapa banyak yang harus Mas Danu ajarkan padaku? Semoga saja dia sabar menungguku hingga bisa.

"Oh gitu. Apa, Mas?"

"Pake lidah."

Aku membeku dengan mata melotot. Aku tidak menyangka jawabannya akan seekstrim itu. "Ciuman pake lidah itu gimana?" tanyaku.

"Sini Mas contohin."

Mas Danu bermaksud mendekat. Ingin meraih tengkukku lagi, tapi aku menarik tubuhku menjauh. "Jangan!" cegahku.

Ajari Aku BercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang