dua puluh

4.4K 222 16
                                    

“Mika.”

Tanpa berucap apa pun, aku berlari menghampiri Mas Danu untuk merebut ponselku. Sayangnya, begitu aku tiba di hadapannya, Mas Danu segera mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

Meskipun aku berupaya berjinjit, aku tidak bisa menggapai ponselku. “Mas..”

Tidak berhasil, kali ini aku melompat. Dan sekali lagi, Mas Danu mencegahnya dengan ikut berjinjit.

“Balikin, Mas,” aku memohon sambil menahan rasa malu.

Tiba-tiba Mas Danu merengkuh pinggangku menggunakan tangannya yang bebas. Secara otomatis aku berhenti dan menatapnya.

“Siapa yang ajarin kamu nonton ginian?” Mas Danu menginterogasiku.

Aku memalingkan muka. “Balikin dulu hapeku.”

“Jawab dulu, Mika,” tegas Mas Danu.

“Gita,” gumamku.

“Siapa? Mas nggak denger.”

“Gita,” ulangku dengan lebih jelas.

Mas Danu melepas rengkuhannya di pinggangku kemudian menyerahkan ponselku. Buru-buru aku merebutnya dan menyembunyikannya di balik punggungku, takut Mas Danu mengambilnya lagi.

“Kamu lebih suka nonton porno daripada praktek langsung sama aku?” tanya Mas Danu yang berhasil membuatku melotot.

Aku menggeleng cepat. “Nggak gitu!”

Mas Danu menyugar rambutnya. “Terus apa, sayang?”

Aku mengusap tengkukku sembari mengalihkan pandangan. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan semacam ini sekaligus menatap Mas Danu langsung. “Aku mau belajar teori biar Mas Danu nggak capek-capek banget ngajarin aku. Makanya Gita ajarin aku,” jawabku lirih.

“Mika.”

“Aku belum selesai,” selaku. “Aku kan nggak punya bayangan sama sekali, Mas. Kalo nonton kan aku jadi tau harus lakuin apa.”

Aku melipat bibirku ke dalam. Maaf, Mas, aku tidak sepenuhnya jujur.

Mas Danu maju selangkah. Mengangkat daguku hingga mata kami bertemu. “Mika, Mas bisa ajarin kamu berapa lama pun itu. Film porno tuh nggak bisa dijadiin patokan.”

Aku terdiam. Tiba-tiba saja perkataan Gita menggema di telingaku, “Gue kasih tau, ya. Kayaknya nggak mungkin laki lo nggak pernah nonton porno. Laki-laki sama film porno tuh dua hal yang jalan beriringan. Kalo bener laki lo pernah atau sering, bukan nggak mungkin dia punya fantasi lakuin apa yang dia nonton sama pasangannya.”

“Mas nggak pernah nonton?” tanyaku.

Mata Mas Danu mengerjap lalu pegangannya di daguku terlepas. Dilihat dari reaksinya, aku jadi tahu jawabannya. Tapi memilih tetap diam dan menunggunya menjawab dengan mulutnya sendiri.

“Pernah,” jawab Mas Danu.

“Sering?” tanyaku lagi.

“Nggak bisa dibilang sering juga.”

“Lumayan sering?”

Sebelah alis Mas Danu terangkat. “Mika.”

“Maaf, Mas.” Aku membekap mulutku.

Mas Danu menghela napas. “Mas cuman nggak mau kamu tercemar sama film-film kayak gini.”

“Jadi Mas nggak bolehin aku nonton film porno?” Kalau sampai Mas Danu jawab tidak, selanjutnya di mana aku bisa belajar?

“Nggak boleh, kecuali sama aku.”

Gantian aku yang mengerjapkan mata. Aku tidak salah dengar, kan? “Nonton sama Mas?” ulangku.

Ajari Aku BercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang