tujuh

6.7K 282 5
                                    

Kembali, aku mengundang Sarah, Gita, dan Jihan ke rumahku. Aku tidak mau frustasi sendiri dan aku memang butuh bantuan mereka yang jauh lebih berpengalaman.

Begitu mereka datang, aku langsung menceritakan kegagalanku kemarin.

Jihan yang berpengalaman dalam percintaan bertahun-tahun dengan kekasihnya. Gita yang sering gonta-ganti pacar. Dan Sarah yang sering dekat dengan laki-laki meski tidak ada yang berakhir serius. Ketiga legenda ini mendengarku dengan hikmat.

“Sebenarnya, dia nggak ngapa-ngapain lo pas pake baju seksi aja udah aneh.” Sarah mengutarakan pendapatnya lebih dulu.

“Seksi apanya? Dia tuh cuman pake celana pendek!” Gita menatapku sengit. “Gue udah bilang, pake underware aja, Mika.”

“Mika nggak kayak lo, ya,” sela Jihan.

Aku mengangguk dengan wajah memelas.

“Tapi Han, masa Mika meluk malah dilepas sama dia. Aneh tau,” kata Gita. “Minimal peluk balik lah, biar anak orang nggak overthinking.”

Aku mengangguk lagi. Sebenarnya aku bukannya berharap kami akan melakukan aktifitas suami istri pada umumnya, namun aku jadi bertanya-tanya sendiri kenapa Mas Danu kelihatan tidak tertarik melakukan kontak fisik denganku.

Sekedar berpegangan tangan atau minimal mencium keningku lah tiap berangkat kerja. Seperti pasangan-pasangan di film. Tapi Mas Danu tidak begitu.

“Mungkin suami lo gerah.” Sarah membela Mas Danu. “Atau dia nggak suka dipeluk pas tidur. Biasanya kan ada orang kayak gitu.”

Masuk akal, tapi aku tidak menerima alasan itu. Harusnya dia menceritakan tentang apa yang dia suka dan tidak suka. Bukannya membuatku berpikir yang tidak-tidak.

“Rumah gede gini masa nggak ada AC-nya,” bantah Gita. Aku mengangguk setuju.

“Dia nggak suka dipeluk berarti. Gampang geli.” Sarah masih berprasangka baik.

“Nggak!” Gita menjentikkan jari, membuat semua pasang mata yang duduk di ruang tamu ini mengarah padanya. “Mika, jangan-jangan suami lo suka sama cewek lain.”

Mataku terbelalak kaget. Sejauh ini, aku tidak pernah berpikir seperti itu. Mas Danu yang punya perempuan lain terlalu menyakitkan.

“Terus kenapa dia nikahin Mika? Bukannya dia yang minta dikenalin sama Mika?” tanya Sarah.

“Bisa aja kan dia nggak cukup sama satu cewek.,” kata Gita semakin membuat perasaanku tidak karuan.

Sarah membekap mulutnya. Kelihatan lebih terkejut daripada aku, istrinya. “Atau jangan-jangan, suami lo gay! Dia suka sama cowok, Mik!” pekik Sarah.

“Bener!” Gita memukul-mukul paha Sarah. “Dia nikahin Mika cuman buat nyembunyiin jati dirinya.”

Sarah mengangguk-angguk. “Jadi itu kenapa dia nggak nafsu sama Mika!”

Jihan mengembuskan napas panjang dan geleng-geleng kepala. “Jangan dengerin mereka,” katanya padaku.

Gita melirik Jihan dengan kening mengerut. “Han, itu kemungkinan paling masuk akal. Suaminya Mika—”

“Stop!” Aku bangkit dari duduk. Meminta mereka semua diam. Kalau tidak salah dengar, itu suara deru mobil Mas Danu. Atau aku salah dengar? Karena harusnya, Mas Danu masih ada di rumah sakit siang-siang begini.

“Kenapa?” tanya Sarah, nyaris berbisik.

Aku menempelkan jari telunjukku di depan bibir dan menajamkan pendengaran. Apa mobilnya sudah terparkir? Atau tidak lagi mendengar ada suara-suara di luar sana.

Ajari Aku BercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang